-------------------
Di kamar HongEr.
HongEr duduk menyandar di atas ranjangnya, menatap sebuah Jade emblem dengan lonceng emas berukuran kecil yang menggantung di tali berwarna merah, Jade berukiran khas Hua yang diberikan KaiLe padanya.
Sesaat lalu.
KaiLe tersenyum, mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya dan membuka telapak tangan HongEr, meletakkan benda itu ke tangannya.
"Ini, untuk adik Hong"
HongEr mengerutkan dahinya, melihat Jade berwarna biru muda berukiran burung Elang, lambang KaiLe, benda yang kerap menggantung di pinggang Kai dan mengeluarkan suara indah saat ia berjalan.
"Kak Kai ini.."
"Ini, Jade pemberian Ibunda sebagai lambang kelahiranku"
HongEr membuka matanya lebar, ia mendorong benda itu kembali pada Kai.
"Ini begitu penting buat kak Kai, bagaimana bisa memberikannya pada HongEr, nanti kalau Hong menghilangkannya bagaimana? Jangan deh kak"
KaiLe tersenyum, ia mendorong kembali tangan Hong dan menutupnya.
"He kak Kai percaya adik Hong tidak akan menghilangkannya, sebenarnya, kakak punya dua Jade dengan bentuk serupa seperti ini, kak Kai tidak bisa memakai dua-duanya khan, adik Hong pegang satu yah, Jade ini memiliki mantra pelindung, dalam kesulitan sangat dalam ia masih bisa melindungimu, anggap saja, kak Kai yang melindungi adik Hong yah"
HongEr tertegun.
Tangan Kai merapihkan rambut depannya, menyangkutkannya lembut ke belakang telinganya, ia melihat Hong lama, tatapan yang dalam.
"He, adik Hong, apa, adik Hong masih mau menerima kak Kai lagi lain kali di dekat adik?"
Hong mungkin tidak begitu mengerti maksud KaiLe tapi ia mengangguk cepat.
"Tentu kak, kak Kai akan selali disambut dengan baik, Hong, tidak begitu tahu apa yang terjadi selama Hong tertidur tapi menurut Ibunda kak Kai juga sudah berusaha menolong HongEr, terima kasih yah kak, dan ini, Hong akan menyimpannya dengan baik, sampai kita bertemu lagi nanti"
KaiLe tersenyum, begitu juga boleh, pikirnya, ia mengangguk.
"He tentu, jaga yang baik yah dik, dan, jaga dirimu dengan sangat baik untuk kakak yah"
Hong mengangguk cepat.
"Yah kak!"
KaILe tertawa kecil melihat wajah imut Hong saat mengangguk.
"He adik Hong ini"
HongEr berdiri di dekat pintu melihat KaiLe melambaikan tangannya pada kakaknya dan DaHuang.
"Tuan muda pelan-pelan" seorang pelayan muda membantunya keluar kamar, walau sudah membaik tapi terkadang tubuh HongEr sangat lemas, ia bahkan tidak mampu jalan dua tiga langkah tanpa bantuan orang lain.
"Kak Kai"
..................
Angin musim panas datang.
Daun yang kering di atas dahan meluncur dengan mulus sesaat terlepas dari tangkainya, beberapa ekor burung yang beristirahat saat musim dingin keluar menikmati hangatnya udara.
Pintu besar kediaman Jie.
Kereta kencana besar milik TangYi akan berarak pulang ke istana setelah lama tinggal di kediaman Jie, TangYi melihat wajah manis Hong yang tersenyum lebar padanya.
"Jangan sakit lagi yah dik, kau membuat semua orang cemas, bahkan Baginda Ayahanda hampir memindahkan tempat kerja ke sini karena ingin melihatmu, kau tahu betapa semua orang mengkhawatirkanmu khan" ujar TangYi sambil mencubit pipi Hong.
HongEr meraba pipinya yang merah, sudah berapa orang mencubitnya gemas.
"Iyah kak, HongEr tahu, maaf sudah membuat semua orang cemas"
Fei mendekat.
"Kak semua barang sudah masuk kereta, kata Ibunda Fei disuruh memastikan karena banyak pesanan bibi Ratu juga di dalam"
TangYi memutar matanya.
"Heh dasar Ibunda itu, situasi seperti ini masih sempat memikirkan soal kosmetik, memangnya sudah tidak ada yang bagus di dekat istana"
Fei mengangkat pundaknya, ia meraih tangan Hong di sampingnya.
"Hong bilang yah kalau lelah, ayahanda bilang adik tidak boleh terlalu lelah dulu"
Hong mengangguk.
"Iyah kak Hong tahu"
Fei melihat wajah adiknya dengan tatapan dalam, tak menyangka ia hampir mati merana karena hampir kehilangan adik kesayangannya, apa jadinya dunia ini tanpa Hong di sisinya, diacak rambut HongEr gemas.
"Ih anak ini"
TangYi tersenyum, apapun yang dirasakan olehnya pada Hong tidak mungkin bisa mengalahkan perasaan FeiEr pada adiknya, ia sudah pasti kalah.
"Hehehe kalian ini"
....................
Lembah Jie yang indah.
Luas penuh dengan tanaman indah Padang rumput yang hijau, air dari kali kecil yang mengalir bersih, hingga air terjun kecil tak jauh di belakang bukit.
Fei dan Hong terlihat menikmati mandi yang begitu menyegarkan di tengah kolam air terjun yang dingin, DaHuang berdiri dekat pohon dengan posisi siaga, ia seorang pengawal pribadi yang profesional, menurutnya karena ia tidak ikut terjun ke dalam air, padahal, sebenarnya alasannya karena DaHuang tidak bisa dekat-dekat dengan tuan Muda Hong-nya yang bertelanjang dada di dalam air, bahkan dari jauh ia bisa melihat tubuh tuan mudanya yang bersih, halus bagai porcelain, bagaimana ia bisa tahan melihat semua itu dari dekat, DaHuang mengalihkan pandangannya saat Hong melihat ke arahnya.
"Kak DaHuang ayo main ke sini, ini enak kak segar!"
Fei melirik DaHuang, dasar pemuda itu memang selalu bersikap aneh kalau dekat mereka, padahal sudah saling mengenal sejak ia usia sepuluh tahun tapi kenapa sikapnya masih seperti itu, seperti dengan orang asing saja.
"Fei, kenalkan, ini DaHuang, ia murid ayahanda yang paling muda, mulai sejak hari ini DaHuang akan tinggal di sini dan belajar bersama kalian, kalian harus baik-baik yah"
Tahun itu ayahandanya membawa DaHuang kecil pulang dari ekspedisinya di luar kota, entah bagaimana cerita sebenarnya soal identitas DaHuang tapi ayahandanya pernah bercerita kalau keluarganya dihabisi bandit gunung dan beruntung ayahanda tiba tepat waktu untuk menyelamatkannya.
DaHuang kecil begitu lucu, bahkan sejak ia kecil tubuhnya sudah besar sekali, pipi tembem seperti bakpao yang sering menjadi bulan-bulanan Hong kecil karena ia gemas, DaHuang yang melihat Hong pertama kali mengira ia anak perempuan yang sangat manis dan imut, kemana-mana akan menggendong Hong memanjakannya memberikan segala yang ia bisa, menaikkannya ke atas pohon, ke atas kuda, menggendongnya siang dan malam tanpa lelah, kalau bukan karena FeiEr melototinya saat ia menggendong Hong mungkin pemuda itu akan terus melakukannya hingga Hong tumbuh besar.
DaHuang baru mengetahui HongEr adalah anak laki-laki di hari ke sepuluh dia tinggal di rumah, tapi itupun tidak menurunkan kesukaan DaHuang pada Hong, bahkan hingga kini.
Padahal tuan besar Jie sudah memberikan pilihan pada DaHuang jika ia ingin keluar rumah dan tinggal di rumahnya sendiri dengan hadiah pemberian dari Kaisar, tapi, ia tidak punya keluarga lain, baginya, lembah Jie adalah rumahnya, dan tuan muda Fei dan Hong adalah keluarganya, ia, tidak mungkin pergi kemana-mana lagi.
"DaHuang! Ayo turun!" Suara keras FeiEr membuyarkan lamunan DaHuang, ia gagap.
"Eh t tidak usah tuan muda, hamba di sini saja"
FeiEr melirik dengan mata tajam.
"DaHuang cepat ke sini kalau tidak nanti kau akan pulang jalan kaki!" Ancam FeiEr.
DaHuang menarik napas panjang, oh ini berat sekali pikirnya sambil membuka pakaiannya selembar demi selembar.
"I Iyah tuan"
Hong tertawa melihat wajah kikuk DaHuang.
"Hehehe kak DaHuang lucu sekali"
Fei tahu itu, tapi ia memang sudah gatal ingin mengerjai DaHuang sejak dulu, pemuda itu, masih seperti batu saat berada di dekat mereka.
"Hehehehe biarkan saja dia, biar tahu rasa"
Suara tawa Hong yang renyah terdengar hingga penjuru area, terlebih melihat DaHuang yang benar bertelanjang dada dan menyisakan celana pendek turun ke kolam.
"Hahahaah kak DaHuang"
Semak tinggi tak jauh dari kolam bergerak, seseorang dengan pakaian dan penutup wajah hitam seluruhnya baru saja menyibak semak dan menintip ke arah kolam, lama mengamati tiga pemuda belia itu bermain air hingga ia melesat pergi dengan cepat.
------------------------