Hiii...
Happy Reading!
***
"Ini eskrim?!" tanya Rindu memastikan, nada bicaranya berubah drastis saat merasakan firasat baik.
Mereka mengangguk, salah satunya berbicara mewakili semua pria. "Itu buat Rindu, dari kami, fanboy Rindu.."
Doeng!
Seraya menatap kotak dingin di tangannya, Rindu menerjab beberapa kali untuk memahami situasi yang terjadi sekarang. Mereka membawakan eskrim sebanyak ini, dalam rangka apa? Ah!
"Tapi, gue gak ultah.."
Tentu saja semuanya menggeleng, mereka saling lirik, tampaknya tengah kebingungan hendak menjelaskan dari mana. "Eum, begini ... eumm.."
Lagi dan lagi Rindu tidak menangkap maksud dari para fanboy-nya sendiri, Karena tidak ingin berpikir terlalu lama, Rindu akhirnya menerima eskrim tersebut tanpa meminta penjelasan dari lelaki di hadapannya. "Makasih yah, bye bye.." sambil mengantar mereka pergi, Rindu membuka sebungkus eskrim dan memakannya cepat.
Wah, Rindu menyukai Eskrim!
Begitu beberapa fanboy-nya pergi, Rindu menatap tumpukan eskrim di depannya, tidak mungkin Rindu bisa menghabiskan semua itu kan?
Sadar akan kehadiran teman sekelasnya, langsung saja gadis itu menyuruh mereka semua mengambil Eskrim milik Rindu. "Uwaaah! Makasih Rinduu!" pekik mereka senang, mukbang eskrim di kelas 11 Ipa 4 menarik beberapa murid yang berlalu lalang.
Kebersamaan yang terjalin, tidak akan pernah putus. Rindu akan mempertahankan orang di sekitarnya sekeras mungkin, yah, setidaknya dia akan berusaha keras.
Lagi asik-asik makan, keributan dari luar terdengar jelas. Salah satu suara itu milik Bunga, Rindu bisa mengenali suara Bunga yang terkesan kencang. "Iih! Apaan sih, dorong-dorong?!"
"Gue kepeleset! Tolong to*olnya di kendaliin, kan lu numpahin air Jir!"
Perdebatan Bunga dan Kamboja menjadi tontonan warga kelas, sambil menjilati eskrim, mereka menonton film drama di dunia nyata. Ah, ini saat-saat yang menyenangkan!
Sambil menonton, mereka semua membuat teori teori akhir dari perdebatan Bunga dan Kamboja. Sejauh ini sudah ada tiga teori, satu, pasangan yang saling mencintai dengan cara yang berbeda. Dua, salah satunya menyukai yang lain, sehingga mencari cara agar berkomunikasi terus meski dalam perkelahian. Dan ketiga, akan ada plot twist di perdebatan ini.
"Coba tebak, teori mana yang bener?!" tanya Ederson mengajak teman sekelasnya melakukan taruhan.
Lima murid memilih teori ke dua, dan sisanya bertaruh untuk teori ketiga. Kenapa? Saat ditanya mereka hanya menjawab, "Bunga itu tidak terdebat, mustahil dia mendekati pria garam tanpa ada tujuan."
"Kalau Gue ... teori pertama."
Semua terdiam, antara percaya dan tidak terhadap seorang Rindu yang berani bertaruh hal yang berbeda dari lainnya. Entah apa yang di pikirkan Rindu, biarkan saja lah, mari berfokus mendengarkan hadiah yang Ederson sampaikan.
"Hadiahnya adalah, yang kalah bakal jadi babu bagi yang menang!" seru Ederson membuat semuanya bergemuruh.
Itu artinya, jika menang mereka bisa menyuruh hal hal yang tidak bisa Rindu setujui sebelumnya kan?! Seolah tahu apa yang di pikirkan oleh mereka, Rindu berkata. "Jangan ngayal, gue yang bakal menang."
Dengan kaku Ederson mengangguk, setelah dia puas mendapatkan semua uang taruhan, Ederson kembali tenang dan memerhatikan apa yang tengah terjadi antara Bunga dan Kamboja.
Tanpa terasa, bel masuk telah berbunyi, sayangnya suara bel kalah dengan perdebatan yang semakin kasar. Mulut tanpa filter milik Kamboja, serta sumbu kecil amarah milik Bunga.
"Pshh, kira-kira dramanya sampai jam berapa yak? Kan bentar lagi Pak Polin dateng buat ngambil tugas kemarin?"
Jder!
Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rayhan membuat semuanya duduk tegak, apa mereka tidak salah dengar? Kapan guru Kimia itu memberikan tugas?!
Srek!
Ederson menarik kerah seragam Rayhan dan menariknya mendekat, "Bilang kalau itu semua, candaan!" paksa pria berseragam tanpa dikancing, dilengkapi kaos hitam dan bekas tindik membuat membuat Rayhan meringis.
Rayhan harus apa? Jawab jujur, atau bohong? Jika dirinya jujur, wajah tampannya pasti akan babak belur. Jika bohong pula, dia akan kena marah Pak Polin. Aihh, kenapa dirinya selalu mendapat posisi yang tidak tepat?!
Sambil menarik kerah Ederson mundur, Rindu menatap keduanya malas. "Hari ini Free, jadi santuy." Terang Rindu menepuk bahu Ederson pelan.
Gadis itu berhasil menenangkan macan yang tengah mengamuk, mereka kembali menyaksikan perdebatan antara Bunga dan Kamboja yang kian memanas.
"Heh! Tepos jan sok keras!"
Satu kelas sontak berseru marah, Kamboja sudah keterlaluan, bukan kah ini termasuk body shaming? "WOII! JAN BERLEBIHAN DONG! TENGKAR YA TENGKAR, TAPI JANGAN MAIN BODY ANJ*R!"
Dalam kurun waktu beberapa detik, Kamboja telah mendapat banyak cacian dari teman sekelasnya sendiri. Tubuhnya bergetar, bukan karena cacian mereka melainkan saat matanya melihat wajah Bunga yang murung setelah mendengar kalimatnya. "Bung ... gu--"
Enggan mendengar penjelasan dari Kamboja, Bunga berlari keluar di ikuti Rindu yang membawa kotak eskrim di tangannya. Sekarang sahabatnya butuh yang manis-manis, seperti Rindu contohnya.
Saat ingin ikut menyusul Bunga, Pak Polin datang dengan wajah sangar seperti biasanya. "Mana tugas kalian, cepat! Saya ada rapat sebentar lagi." Pinta Pak Polin membuat semuanya terdiam.
Ternyata mereka di tipu Rindu! Katanya Free, kok guru Kimia itu masih bisa datang dan menagih tugas yang diberikan kemarin?!
Menyadari ada yang salah, firasat seorang gurunya memberitahu segalanya. "Jangan bilang kalian tidak mengerjakan tugas dari saya?!" bentak Pak Polin murka.
"P-pak, kita bisa jelas--"
Brak!
"Segera berkumpul di lapangan dan bersihkan semua sampah yang berserakan!" titah Pak Polin tidak terbantahkan.
***
"Rin ... ." panggil Bunga pada Rindu yang asik memakan eskrim pemberian fanboy-nya.
Gadis itu menoleh, menatap Bunga dengan wajah bertanya-tanya. Akhirnya setelah saling berdiam diri selama beberapa menit Bunga membuka suara, yah, Rindu bukan tipe orang yang membuka suara setelah berpacaran dengan Samudera, jadi jangan berharap Rindu mencari topik.
Ngomong-ngomong soal Samudera, kata Eduard, Pacarnya terpaksa pulang cepat karena belum sembuh sepenuhnya. Jika saja Bunga tidak dalam kondisi yang buruk, mungkin Rindu sudah bolos dan menyusul Samudera ke Rumah sakit.
"Lu pernah jatuh cinta, gak?" tanya Bunga setelah berpikir panjang.
Berkat pertanyaan itu, Rindu terbengong seperti orang bodoh. Kenapa dia bertanya sesuatu yang sudah pasti?! Jika Rindu berpacaran dengan Samudera, itu artinya dia pernah jatuh cinta kan?!
Helaan napas panjang membuat Bunga waspada, apa sahabatnya itu akan mengejek Bunga? "Bung, menurut gue perasaan kaya gitu gaboleh di tentuin dengan tergesa-gesa. Utamakan 'TSPU', dengar? TSPU!" tekan Rindu membuat Bunga memiringkan kepalanya heran.
TSPU, adalah singkatan dari. Tenang, Selidiki, Putuskan dan Utarakan. Jika kau menyukai seseorang, hal pertama yang harus di lakukan adalah Tenang. Lalu, selidiki dengan teliti seluk beluk keluarganya. Setelah mendapat bukti yang cukup maka Putuskan, barulah jika hatimu merasa yakin dengan pria itu, Utarakan!
Yah, setidaknya itulah prinsip utama Rindu. Tetapi, Rindu sama sekali tidak menggunakannya pada Samudera, sedikitpun tidak.
"Jadi, gue harus ngelakuin itu? Tapi ribet Rin, gue mager.." rengek Bunga memeluk Rindu yang asik dengan ponsel.
Meski begitu, Rindu tetap mendengarkan dan memberikan saran untuk Bunga, itu menandakan bahwa otak Rindu sedang bersama Bunga.
Sekarang, saran apa yang harus Rindu berikan di saat sahabatnya tengah kebingungan dan tidak ingin berpikir, hmm ... .
Ponsel yang tadinya di tangan Rindu masukkan ke dalam saku seragam, ditatapnya Bunga secara intens dan menepuk pipi gadis itu pelan. "Kalau lu gamau ribet, yaudah, utarain aja langsung! Diterima syukuran, kalo ditolak berarti tuh bunga kuburan buta!" cetus Rindu berhasil membuat Bunga terkekeh pelan.
Sebenarnya, Rindu sangat ingin mengintrogasi Bunga, dari segi mana rasa suka sahabatnya muncul, karena tidak pernah mengagumi orang selain Samudera, Rindu juga tidak bisa memberi banyak saran.
Tetapi, jika di perhatikan, Bunga dan Kamboja juga berpotensi menjadi sepasang kekasih yabg amat luar biasa. Bisa Rindu bayangkan hari-hari mereka senantiasa berdebat, ahahaha, menyenangkan tampaknya.
Tap!
Rindu tersentak saat merasakan sentuhan di keningnya, Bunga terlihat khawatir karena Rindu termenung dalam kurun waktu lumayan lama. "Rin, are you okay?" tanya Bunga khawatir.
"Bung, lu yakin suka?"
****
Makasih udah baca
luv yuuu!