Naya terheran-heran dengan kedatangan Syeril, Syeril dan Catrin terlihat sangat akrab.
"Kakak kenal sama Syeril?" bisik Naya yang tidak dapat di dengar oleh Syeril.
"Iya, dia temen aku waktu di SMK." Jawab Catrin.
"Eh ada mama muda rupanya di sini, gimana masaknya udah?!" tanya Syeril dengan lirikan sinis.
Naya hanya menunduk tak mau menjawab, lantas ia pamit pergi untuk kembali bekerja.
"Catrin! Hati-hati loh sama mama muda yang ini, bisa-bisa pekerjaanmu hancur berantakan dibuatnya." sindir Syeril dengan suara yang lantang.
Catrin mengernyitkan kedua alisnya, "Apaan sih Ril, justru Naya ini yang membantu aku untuk kembali bekerja di sini. Awalnya kan pak Hamdan cabut kontrak kerjanya, tapi berkat Naya aku bisa kerja lagi di sini." ucap Catrin membela Naya.
Naya hanya tersenyum meledek, membuat Syeril geram dan merasa kalah dari Naya.
"Euhhh awas ya Lo Naya, Gue akan buat Lo malu di depan semua orang!" batin Syeril mengancam.
Ia pun pergi dari tempat masak dengan penuh kekesalan. Catrin hanya menggeleng tak percaya dengan kelakuan Syeril yang sudah berubah.
"Maafin temen aku ya Nay," ucap Catrin yang langsung diangguki oleh Naya.
Tak lama dari itu datanglah pak Hamdan mengontrol Naya dan Catrin, ia sangat senang ketika melihat berbagai macam lauk yang sedang disiapkan dari berbagai daerah.
Dengan itu semua tamu yang datang akan mengenang masakan yang sangat beragam di acara tunangan anaknya. Tak lupa pak Hamdan pun mengapreasi kinerja Naya dan Catrin.
"Oh ya, Naya! Kamu jangan lupa untuk persiapan masak 2 menu yang special ya. Mau masakan tradisional atau internasional yang penting rasanya memuaskan!" ucap pak Hamdan.
Naya mengangguk paham.
"Ah iya satu lagi, bahan-bahannya bisa kamu liat di sana!" tunjuk pak Hamdan pada kulkas besar yang ada di dekat pintu keluar.
Naya kembali mengangguk dan siap untuk melaksanakan tugas dari pak Hamdan.
Masakan pertama usai ketika acara inti selesai, semua tim pengantar makanan menyajikan ke meja tamu. Catrin beristirahat dan Naya bersiap akan membuat masakan spesial. Naya pergi menghampiri kulkas bahan masakan setelah menggendong Mauren sekejap, lalu ia memikirkan akan memasak apa dengan bahan yang ia lihat sekarang.
""Jangan lupa buatkan pudding! Kalo minuman sudah disiapkan Catrin dan timnya. 2 pudding!" Naya membaca secarik kertas dari dalam kulkas bahan masakan. Ia terkejut dengan perintah pak Hamdan, karena tidak diperintahkan sejak awal.
Dari sana Naya pun bergegas membuat pudding terlebih dahulu, agar bisa ia masukkan ke dalam pendingin dan disajikan dengan lezat.
"Pudding alpukat saus kelapa muda dan oriental aprikot melon pudding!" gumam Naya saat dirinya memanaskan agar-agar putih. Dua pudding ini akan dibuat dengan sangat cepat namun tetap tidak akan mengecewakan hasilnya.
Dari kejauhan Dito menatap Naya dan mengajak Mauren untuk melihat ke arah kakaknya itu. Naya melambai tangan dan tersenyum.
Usai pudding dituangkan ke dalam wadah, Naya langsung menyiapkan bahan untuk masak menu spesial.
"Hemmm... cocoknya masak apa ya?!" Naya bergurau.
Kedua mata Naya menatap satu persatu bahan masakan di sana. Salah satu alisnya mengangkat ke atas, dan....
"Ya! Aku mau masak Chilled Zucchini Avocado Soup dan Mashes Potato Saus Jamur. Lagian, mereka hanya sekedar nyicipin ini kan? Gak makan berat." Naya bergerutu seorang diri.
Nampaknya semua bahan yang ada di hadapannya akan diracik menjadi makanan yang berbeda. Hanya saja, ia akan tetap menggunakan cobek peninggalan ibunya.
Naya terlihat masih fokus, tiba-tiba suara bising terdengar mengejutkannya.
"Argghh!!" teriak seorang wanita bersaman dengan pecahnya barang di ruang masak.
"Syeril?!" gumam Naya mengamati apa yang sudah Syeril pecahkan.
Naya mendekat dan, " Cobekku?!" kejut Naya saat benda pecah itu adalah cobeknya sendiri.
Emosi Naya meningkat, gemuruh di dadanya sangat meluap-luap ingin menghabisi Syeril. Syeril menjatuhkannya bukan tanpa sengaja, menghancurkan cobek yang terbuat dari batu andesit itu memerlukan tenaga yang luar biasa.
"Lo?!" geram Naya yang masih tak percaya cobeknya membelah menjadi dua.
Bukannya merasa bersalah, Syeril malah tersenyum sinis merasa puas. Sejak kedatangannya tadi Naya mulai curiga kenapa Syeril datang dan terlihat mencari sesuatu. Setelah mendapatkan apa yang ia tuju, kedua matanya terus tersorot pada cobek yang sedang digunakan Naya.
"Pasti Lo gak bisa masak kan, kalau tanpa cobek butut Lo itu?!" ledek Syeril tanpa merasa salah.
Naya tak bisa membendung air matanya, kesedihannya memuncak setelah menyadari ini benar-benar terjadi.
Naya rela membawa cobek asli peninggalan ibunya itu meskipun bobotnya yang berat, terbuat dari batu andesit dan dipenuhi bumbu-bumbu kasih sayang di dalam cobeknya. Kini cobek itu hancur sekejap, membuat Naya terluka.
"Sama cobek ko nangis, gue bahagia dong bisa membuncahkan emosi gue karena Lo berani main-main dengan Syeril, si chef ternama!" ujar Syeril lagi terus membuat emosi Naya bergejolak.
Tak tahan dengan ocehan Syeril, plak! Naya bangkit dari lantai dan menampar Syeril dengan kencang.
"Naya?!!" panggil Dito cemas, ia baru saja kembali dari luar.
"Cobek ini peninggalan ibu gue, Lo gak bisa seenaknya ngerusak barang berharga milik gue. Lo bukan chef ternama, Lo gak mampu untuk masak di acara tunangannya anak pak Hamdan. Lo juga bukan chef ternama, karena chef ternama itu tau sopan santun dan tatakrama!" tekan Naya tak kuasa menahan amarah, selama berbicara Naya terus meneteskan air mata.
Syeril mengelus pipinya yang terasa perih, kini emosi ada di dadanya.
Dito mencerna apa yang sudah terjadi, kemudian ia paham setelah melihat cobek Naya di bawah sana yang sudah terbelah menjadi dua bagian.
"Heh, Lo apain cobek itu?!" tanya Dito dengan terus mendorong Syeril ke belakang.
Syeril merasa terintimidasi, ia tak suka diperlakukan begitu.
"Karena gue gak suka sama mainan Lo!" teriak Syeril penuh emosi.
Plak!
Lagi-lagi Syeril mendapat tamparan yang menyakitkan dari Dito. Tentu Naya menangis di belakang ketika mendengar ucapan Syeril barusan.
"Jaga omongan mu! Harusnya Lo sadar, Lo itu tak lebih dari sekedar haus pujian!" timbal Dito yang emosinya pun terus menggebu.
"Lo wanita yang terus menganga, mengemis, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan Lo sendiri. Termasuk menghina dan menghancurkan barang berharga Naya." geram Dito.
Syeril mendengus kesal, ia membalikkan tubuhnya dan pergi tanpa kata.
Dengan cepat Dito menghampiri Naya, sedangkan Mauren hanya melingak-lengok tak paham apa yang sedang terjadi. Karena masih bayi!
"Dit... masaknya bentar lagi, gimana ini?" lirih Naya.
Dito hanya meminta Naya sabar, ia tak bisa mengelus punggung Naya ataupun lengannya karena mereka memang tak bisa bersentuhan.
"Lo tau kan cobek ini peninggalan ibu gue, gue gak bisa liat kenyataan ini." keluhnya lagi.
Dito meletakkan telapak tangan Mauren di pundak Naya, Naya melirik dan memanggil adiknya penuh haru.
Naya kembali menangis sambil memeluk Mauren, ia rindu ibunya, ia rindu kelembutannya.
"Ibu...." panggilnya lirih.