webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Jangan kayak gini lagi, bikin jantungan tau

Ibu Cakya menerobos masuk ke kamar rawat inap Gama. "Assalamu'alaikum...", ibu dan ayah Cakya bicara saat melewati daun pintu.

"Wa'alaikumsalam...", Erfly dan Gama menoleh ke arah pintu.

Erfly menyalami ayah dan ibu Cakya seperti biasanya.

"Kamu apa kabar nak...?", ibu Cakya mencium kening Erfly.

"Erfly baik-baik saja ma", Erfly bicara pelan, Erfly bergelayutan manja dileher ibu Cakya.

Ayah Cakya mengacak pucuk kepala Erfly, "Kumat ini manjanya", ayah Cakya bicara pelan.

"Yang sakit di sini kali orangnya, kok malah Erfly yang disayang-sayang", Gama pura-pura protes.

Erfly langsung mengacak kasar rambut Gama, "Ne... Erfly sayang-sayang", Erfly tertawa renyah.

"Ini sayang, atau ngejorokin dek...?", Gama merapikan rambutnya yang berantakan.

Saat masuk waktu ashar, ayah dan ibu Cakya memutuskan untuk pulang mandi dan mengambil perlengkapan untuk menginap dirumah sakit. Sedangkan Gama dijaga oleh Erfly dan Cakya.

Cakya tertidur diatas sofa karena merasa keletihan habis perjalanan jauh. Erfly setelah sholat ashar memilih duduk di kursi disamping tempat tidur Gama.

"Jangan kayak gini lagi, bikin jantungan tau", Erfly bicara pelan.

"Maaf dek", Gama mengacak rambut Erfly dengan sayang.

"Abang mau makan apa...? Biar Erfly cari diluar", Erfly menawarkan.

"G'ak lagi pengen apa-apa sih dek. Abang cuma pengen istirahat aja", Gama bicara jujur.

"Ya udah, tidur sana", Erfly bicara pelan. Erfly meraih HPnya membuka aplikasi Al-qur'an, Erfly mengaji dengan suara paling pelan.

"Dek...", Gama bicara lirih.

"Hem...", Erfly menoleh ke arah Gama.

"Bisa gedein suaranya dek", Gama bicara penuh harap.

"Lha... Katanya mau tidur...? Ntar malah berisik bang", Erfly bicara bingung.

"Kamu tahu g'ak dek...? Mengaji itu suara paling merdu didunia", Gama bicara disela senyumnya.

Erfly mengikuti permintaan Gama. Cakya terbangun, akan tetapi tetap pura-pura tidur. Cakya meletakkan lengan tangan kanannya keatas keningnya untuk menutup silau cahaya lampu.

***

"Halo dok...?", Alfa mengangkat telfon saat berada di lorong ruang operasi.

"Maaf dok, saya mau konfirmasi. Biaya operasi kemarin sudah di transfer dari pihak rumah sakit. Maaf rada telat, soalnya ada audit dari yayasan kemarin", dokter Firman memberi informasi.

"Oh...itu. Terima kasih dokter. G'ak perlu repot-repot dok", Alfa bicara sungkan.

"Itu hak dokter. Oh ya, rumah sakit mengajukan dokter jadi dokter tetap DKT", dokter Firman kembali menawarkan.

"Aduh dok, seperti yang pernah saya bilang ke dokter. Saya sudah fokus disini dok. Takutnya nanti malah merepotkan dokter yang lain", Alfa bicara keberatan.

"Tapi... Dokter tetap mau kan membantu kita, kalau-kalau ada pasien gawat seperti kemarin-kemarin...?", dokter Firman kembali mengejar jawaban. Tetap tidak mau melepaskan Alfa begitu saja.

"Iya dokter, pasti. Kalau saya bisa kenapa g'ak", Alfa memberi jaminan.

"Terima kasih dokter", dokter Firman mengucapkan ucapan terima kasih dari lubuk hatinya.

"Sama-sama dok", Alfa bicara pelan sesaat sebelum menutup telfon.

***

Cakya memutuskan untuk mengantar Erfly pulang satelah sholat magrib, agar Erfly bisa istirahat.

"Kita ke bukit sentiong dulu bisa g'ak...? Ada yang mau Erfly omongin", Erfly bicara pelan.

Cakya hanya mengangguk pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Erfly. Cakya menghentikan motornya di tempat biasa mereka ke bukit sentiong.

"Erfly mau ngomong apa...?", Cakya bertanya pelan, tatapannya dilemparkan kebawah bukit.

Erfly menggenggam jemari tangan kanan Cakya, kemudian menempelkan dihidungnya yang mancung.

"Erfly minta maaf... Gara-gara Erfly menerima donor dari Asri, Cakya sama bang Gama jadi berantem. Erfly minta maaf... Gara-gara Erfly bang Gama akhirnya kecelakaan. Erfly minta maaf...", Erfly tidak sanggup menyelesaikan kalimat berikutnya, tangisnya pecah tidak mampu dibendungnya lagi.

Cakya menarik Erfly kedalam pelukannya, mengusap pelan punggung Erfly agar lebih tenang. Sesaat kemudian, Erfly melepaskan diri dari pelukan Cakya. Cakya mengusap lembut jejak air mata Erfly.

"Erfly g'ak perlu minta maaf, Cakya baik-baik saja kok", Cakya bicara dengan nada paling pelan.

"Tapi kan... Tapi... Cakya...", Erfly bicara terbata-bata disela tangisnya.

"Cakya memang orang yang paling menentang soal donor organ itu", Cakya mulai bercerita, Cakya berhenti sejenak untuk menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Gama sudah cerita semuanya waktu dimobil ambulance", Cakya kembali memutar ingatannya.

"Asri punya cita-cita mau menjadi dokter, katanya dia ingin menyelamatkan banyak nyawa. Asri juga punya ibu yang menunggu donor, tapi... Beliau keburu meninggal sebelum dapat donor.

Dan... Itu yang membuat Asri memutuskan mendaftar menjadi pendonor organ.

Sekarang Cakya sudah mengerti, setidaknya... Yah... Walaupun Asri tidak bisa jadi dokter. Dia sudah berhasil menyelamatkan nyawa orang. Cakya berharap dia bisa tersenyum bangga diatas sana", Cakya merebahkan diri keatas trotoar jalan, menatap kelangit yang penuh bintang.

"Tapi... Kenapa Erfly sama Gama merahasiakan soal donor ini dari Cakya...?", Cakya bertanya seketika.

"Cakya tahu sendiri alasannya", Erfly memilih memberikan jawaban yang diplomasi, dia tidak mau salah bicara dan akan kembali memperburuk hubungannya dengan Cakya. Atau malah nantinya Gama mendapat imbasnya.

***

Erfly masuk kedalam kelas langsung disambut oleh Mayang yang membawa Pembukuan ketringan. Cakya hanya memberi isyarat memberitahukan dia mau kelapangan, Erfly hanya mengangguk pelan mengiakan.

"Gama g'ak masuk lagi hari ini...?", Mayang bertanya pelan, saat melihat kursi Gama masih kosong.

"Gama masih dirumah sakit", Erfly menjawab santai, tetap fokus dengan laporan keuangan yang dibuat oleh Mayang.

"Rumah sakit...? Kenapa...? Kok bisa....? Sakit apa...?", Mayang melemparkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Woi... Santai mbak. Satu-satu... Kayaknya khawatir amat nih si mbaknya...? Mbak naksir ya sama abang saya...?", Erfly mulai dengan candaannya.

"Apaan sih...?", Mayang langsung salah tingkah. Mukanya terasa panas seketika.

"Kalau g'ak suka, santai aja kali mbak, g'ak usah grogi gitu kali", Erfly mencolek lengan tangan kiri Mayang, membuat Mayang semakin salah tingkah.

"Apa sih...!", Mayang mulai kesal karena digoda oleh Erfly sedari tadi.

Erfly tersenyum puas melihat ekspresi Mayang, "Kemarin waktu di Bulian, bang Gama keserempet mobil. Jadi... Harus dirawat beberapa hari di rumah sakit", Erfly merangkum kejadian dalam satu kalimat.

"Gama luka parah g'ak...?", Mayang kembali bertanya cemas. Membayangkan Gama diserempet mobil, langsung membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kalau khawatir, mending jenguk sendiri mbak. Diruang Danau kaco 5", Erfly bicara santai. Kemudian menyerahkan pembukuan ketringan kembali ketangan Mayang.

"Kok dibalikin...?", Mayang bertanya bingung.

"Kan Erfly udah bilang, Erfly terima beres aja. Keuntungannya bagi 70:30 aja. 50 buat ibuk, dan 20 buat Mayang yang mengelola pesanan dan pembukuan. 30 buat Erfly. Transfer aja ke rekening Erfly, kan udah Erfly kasih ke Mayang sebelumnya", Erfly bicara pelan.

"Tapi kan...?", Mayang berusaha protes.

"Apa lagi...?", Erfly bertanya bingung.

"Itu... G'ak perlu. Mayang sama keluarga udah lebih dari cukup kok menerima keuntungan yang 50%. Mayang g'ak enak kalau harus mengambil 20% lagi dari keuntungan Erfly", Mayang bicara jujur.

"Kan Mayang kerja hitungannya. Masa g'ak digaji...?", Erfly kembali protes.

"Mayang di gaji seperti pegawai yang lain saja. Sama seperti Kak Rheno. 1 juta sebulan. Jadi... Ntar keuntungannya tetap bagi dua", Mayang bicara dengan keyakinan penuh.

"Kamu itu aneh, dikasih duit kok malah nolak", Erfly nyeletuk asal. "Mayang atur ajalah. Sebaiknya keuntungan dihitung pas tutup buku aja akhir bulan, biar g'ak repot Mayangnya. Terus... Yang buat Erfly langsung transfer aja, Erfly mau goyang-goyang kaki, kayak bos besar, hanya terima uang mengalir kerekening", Erfly nyengir kuda, sambil mengangkat alisnya cepat naik turun.

"Erfly... Yakin percayain masalah ketringan sepenuhnya ke Mayang...? Emang g'ak takut Mayang curang nantinya...? Bisa ajakan Mayang ntar bohong masalah keuntungan ketringan, uangnya Mayang makan sendiri sama keluarga...?", Mayang kembali mengajukan pertanyaan. Dengan tidak sabar menunggu tanggapan dari Erfly.