webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Gunung Kelimitu

Cakya masih duduk terpaku menatap wajah putra semata wayangnya, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Erca.

"Erca udah jarang ketemu mama, setiap hari mama selalu berangkat pagi-pagi buta, dan pulang larut malam. Lagian... Erca mana berani nanyain hal begituan sama mama", Erca bicara sendu, kepalanya masih tertunduk dalam.

Cakya menarik putra semata wayangnya kedalam pelukannya, tangis Erca pecah seketika. Cakya berusaha melepaskan pelukannya berniat ingin melihat wajah putranya, akan tetapi Erca malah memeluk Cakya lebih erat.

Cakya mengusap lembut pucuk kepala Erca, "Nanti papa coba ngomong sama mama kamu", Cakya bicara pelan.

Erca melepaskan pelukannya, menghapus kasar jejak air matanya.

"Udah mau magrib, papa mau mandi dulu. Nanti kita sholat berjamaah di masjid depan", Cakya bicara pelan sebelum berlalu meninggalkan Erca.

Sesuai rencana, Cakya dan Erca sholat berjamaah di masjid dekat rumahnya.

"Kamu mau makan apa...?", Cakya bertanya lembut setelah sholat berjamaah.

"Apa aja", Erca bicara pelan.

"Sate ayam...?", Cakya menawarkan begitu melihat penjual sate ayam langganannya lewat.

Erca hanya mengangguk pelan.

"Cak... 2 porsi, yang satu pakai lontong 2 satunya lagi satu aja", Cakya menyebutkan pesanannya.

Penjual sate segera beraksi, setelah menyerahkan bangku plastik untuk Erca dan Cakya duduk.

"Gimana sekolah kamu...?", Cakya bertanya lembut.

"Bulan depan UKK", Erca menjawab santai, ikut membantu tukang sate mengipasi deretan tusukkan daging ayam.

"Udah mau kelas 2 SMP aja kamu", Cakya bergumam pelan.

"Masih sedih karena g'ak jadi ikut Porda...?", Cakya kembali melemparkan pertanyaan.

Erca menyerahkan tugas mengipasi sate kepada penjual sate, kemudian duduk tepat di samping Cakya.

"Kecewa lebih tepatnya pa", Erca menjawab jujur.

"Kok gitu...?!", Cakya bertanya bingung.

"Kecewa saja sama diri sendiri, kok Erca bisa segitu begoknya mau saja terpancing emosi sama mereka. Padahal berita itu belum tentu benar salahnya, benar kata papa, seharusnya Erca tanya dulu kebenarannya sama mama", Erca menjawab dengan penjelasan yang sangat panjang.

"Itu artinya kamu harus fokus sama ujian", Cakya nyeletuk asal.

"Iya kali ya", Erca manggut-manggut pelan.

"Papa kira kamu sudah liburan semester minggu depan", Cakya bicara pelan.

"Kenapa pa...?", Erca bertanya bingung.

"Papa kemungkinan minggu depan mau ke NTT", Cakya menjawab santai.

"Ngapain...?", Erca bertanya jauh lebih bingung.

"Naik gunung Kelimutu", Cakya menjawab ringan.

"Sendiri...?", Erca bertanya lagi.

"Sama anaknya pak Jendral", Cakya menjawab sesingkat yang dia bisa.

"Tante Putri...?", Erca kembali melemparkan pertanyaan lain.

"Iya, bareng teman-temannya. Ada pertemuan KPA se-Indonesia disana", Cakya menjawab pelan, setelah menerima piring berisi sate.

"Ah... Erca mau ujian lagi", Erca bicara kesal mendengar ucapan ayahnya.

"Belum rejeki kamu. Ntar... Kalau kamu dapet juara kelas, papa ajakin naik gunung", Cakya melemparkan tawaran kepada putra semata wayangnya.

"Gunung apa pa...?", Erca bertanya antusias.

"Kamu yang pilih", Cakya kembali menawarkan.

"Bener ya...? Erca yang pilih", Erca kembali mengulang ucapan ayahnya.

Cakya hanya mengangguk pelan.

"Oke", Erca tersenyum lebar.

***

Keesokan harinya seperti biasa semua keluarga mengelilingi meja makan, untuk melakukan sarapan. Erfly masih sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan si kembar.

Erfly kecil masih terlihat murung.

"Jadi kita berangkatnya hari apa bun...?", Husen tiba-tiba bertanya setelah meneguk susunya.

"Berangkat apa...?", Erfly kecil bertanya bingung.

Semua mata langsung menatap Husen.

"Ups... Husen salah ngomong. Dedek belum tahu ya...?", Husen memasang muka watados alias wajah tanpa dosa.

Hasan segera tertawa terbahak-bahak melihat reaksi saudara kembarnya.

"Ini ada apa...?", Erfly kecil bertanya bingung.

"Kita akan ke Flores, ayah dapat tugas disana selama sebulan", Husen akhirnya memutuskan untuk cerita.

"Lalu...?", Erfly kecil bertanya antusias.

"Kita boleh ikut acara KPA di gunung Kelimutu. Masa gitu aja harus di jelasin", Husen mulai tidak sabar menghadapi si bungsu.

"Bunda...?", Erfly kecil menatap ibunya penuh harap.

"Iya... Boleh", Erfly menjawab pelan.

Erfly kecil segera berlari memeluk ibunya, "Terima kasih Bunda...", Erfly kecil mencium pipi ibunya.

"Hem... Jadi Bunda aja nih...?", Satia mengeluarkan HP dari saku celananya. "Ayah batalkan juga ini tugas ke NTT nya", Satia bicara santai.

Erfly kecil segera merangkul ayahnya, "Terima kasih ayah...", kemudian mengecup lembut pipi ayahnya.

"Jadi... Kita berangkatnya kapan...?", Erfly kecil bertanya antusias.

"Seminggu lagi, bareng sama anggota ayah. Jadi kita bisa langsung gabung sama KPA", Hasan menjelaskan pelan.

"Lho... Mepet, keburu g'ak ya...? Kenapa tidak berangkat sehari sebelum acaranya aja...?", Erfly bertanya bimbang.

"Masih ada yang harus bunda kerjakan. Pendaftaran sekolah kalian juga belum beres. InsyaAllah semua akan baik-baik saja, selama ada bunda dan ayah g'ak akan ada masalah", Husen memberikan janji.

Setelah sarapan, Erfly memutuskan untuk berangkat ke kantor diantar oleh Satia yang juga harus ke kantor.

Erfly sengaja menggunakan kruknya agar mempermudah langkahnya, begitu sampai di kantor Erfly segera di sambut oleh Nadhira di depan pintu.

"Titip teh, assalamu'alaikum", Satia bicara lembut setelah mencium kening Erfly.

"Wa'alaikumsalam", Erfly dan Nadhira menjawab hampir bersamaan.

Erfly segera masuk keruangannya, duduk di balik meja kerjanya yang terbuat dari kaca. Nadhira memilih untuk duduk tepat di hadapan Erfly.

"Teh... Bagaimana nego tanah yang kemarin itu...?", Erfly bertanya setelah memakai kaca mata bacanya.

"Oh... Itu diurus Dirga", Nadhira menjawab sesingkat mungkin.

"Em...", Erfly bergumam pelan, kemudian memencet salah satu nomor di telfon. "Tolong keruangan saya, dan bawa berkas nego tanah yang kemarin", Erfly bicara dengan nada tegas seperti biasanya.

"Baik buk", terdengar suara lelaki dari ujung lain telfon.

"Baik saya tunggu, terima kasih", Erfly segera mengakhiri hubungan telfon.

Hanya hitungan detik, seorang lelaki muncul dari balik daun pintu.

"Permisi buk", Dirga bicara sangat sopan.

"Masuk, silakan duduk", Erfly bicara pelan.

"Terima kasih buk", Dirga segera menjalankan perintah Erfly, kemudian menyerahkan map yang dia bawa ke tangan Erfly.

"Bagaimana posisi barunya...?", Erfly bertanya pelan.

"Alhamdulillah, masih perlu banyak penyesuaian dan belajar", Dirga menjawab dengan sangat hati-hati.

Erfly membaca lembar per lembar kertas yang ada di map. Keningnya segera mengkerut, kemudian menatap lekat wajah Dirga.

"Kamu g'ak salah, jumlahnya segini...?", Erfly bertanya bingung.

"Ada apa buk...? Apa itu terlalu besar...?", Dirga mulai berkeringat dingin.

"Kamu dapat harga dari siapa...?", Erfly bertanya bingung, kemudian menyerahkan map ketangan Nadhira.

Nadhira segera membaca map yang ada ditangannya.

"Saya... Langsung ke pemilik lahannya buk. Begitu tahu kalau kita membeli tanah untuk membangun rumah bersubsidi, pemilik lahan langsung memberikan harga segitu buk. Ada apa buk...? Apa saya salah...? Saya... Bisa nego lagi dengan pemilik lahannya hari ini", Dirga bicara dengan terbata-bata, keringat dingin mengalir membanjiri punggungnya.

"Kamu tahu. Kita dapat harga dari makelar itu tiga kali lipat dari harga yang ada disini. Dan dengan harga segini, kita bisa jual rumah dengan jauh lebih murah, dan kita bisa mendapatkan keuntungan yang sama", Nadhira bicara dengan penuh semangat.

"Astagfirullah...", Dirga bicara lemas, Dirga kira dia baru saja membuat kesalahan. Dan takut akan di pecat, padahal dia baru saja mendapatkan pekerjaan ini.

Erfly tersenyum penuh arti, "Erfly akan ke NTT selama sebulan, Erfly minta tolong teteh urus sekolah barunya si kembar. Dan... Urusan proyek ini, Erfly percayakan sama Dirga", Erfly bicara kata per kata penuh penekanan.

"MasyAllah...", Dirga masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Ternyata saya g'ak salah pilih orang", Nadhira bicara puas.

***

Sesuai rencana Erfly, Satia dan si kembar berangkat ke NTT. Satia sudah menyewa rumah di dekat kaki gunung Kelimutu, sehingga Erfly bisa mengontrol si kembar setiap waktu.

"Finally, Gunung Kelimutu", Erfly kecil tersenyum puas melihat pemandangan di depan matanya.

Gunung Kelimutu merupakan gunung berapi yang masih aktif, terletak di pulau Flores Provinsi NTT. Lokasi gunung ini tepatnya terletak di desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.

Gunung ini memiliki keunikan tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna, disebut demikian karena danau ini memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.

Erfly tersandung batu karena tidak hati-hati, beruntung seseorang menangkap tubuh Erfly, kalau tidak Erfly bisa membentur batu.

"Astagfirullah", Erfly bicara kaget. "Terima kasih", Erfly bicara lirih, kemudian menatap dewa penolongnya.

"Kamu...?", suara Erfly tercekat, begitu melihat wajah lelaki yang baru saja menolongnya.