webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Dokter yang aneh

Erfly menyelesaikan pekerjaannya mencuci piring. "Barusan aja Erfly makan Ko, tadi ada Gama sama keponakannya makan disini", Erfly bicara apa adanya.

"O... Koko bawa martabak telor ini", Alfa memamerkan kantong kresek yang dia bawa.

"Iya Ko, di ruang tamu aja. Ntar Erfly nyusul", Erfly bicara pelan, sembari meletakkan cucian piringnya ke rak piring.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Erfly menyusul Alfa dengan membawa mangkuk kecil dan dua botol minuman dingin.

"Koko g'ak kerumah sakit...?", Erfly bertanya saat menyalin kuah martabak kedalam mangkuk.

"Koko capek dek, bosan ngeliat rumah sakit mulu", Alfa bicara santai, memasukkan suapan besar martabak kedalam mulutnya.

"Koko itu seorang dokter, terus mau kemana lagi seorang dokter kalau bukan ke rumah sakit Ko...? Kan Koko sendiri yang bilang begitu", Erfly mengingatkan ucapan yang sering diucapkan Alfa.

"Cakep, udah bisa ngbales sekarang ya...?", Alfa manggut-manggut pelan dengan bertopang dagu.

"Bukannya gitu Ko, seorang Koko yang begitu mencintai pekerjaannya. Bilang capek, kan Erfly aneh jadinya", Erfly menjawab santai, kemudian mulai memasukkan potongan martabak kedalam mulutnya.

"Mungkin, Koko hanya jenuh dek sama rutinitas", Alfa mencoba memberikan alasan.

"Ada gitu dokter yang jenuh ngeliat rumah sakit...? Dokter yang aneh", Erfly geleng-geleng kepala mendengar pengakuan Alfa.

Alfa bukannya menjawab, malah mengacak rambut Erfly.

"Koko lagi g'ak ada jadwal operasi. Lagian Koko juga g'ak ada jadwal praktek. Makanya Koko kesini dek", Alfa bicara pelan. "Dokter juga manusia kali dek. Bisa merasa bosan, capek, jenuh, kesal dan marah juga kali", Alfa bicara santai.

"Kenapa...? Koko lagi ada masalah...?", Erfly bicara asal, menebak sikap aneh Alfa.

Alfa terdiam sesaat, "Bukan masalah dek, hanya merasa capek aja dek sama jadwal operasi yang maraton beberapa hari ini", Alfa bicara jujur kali ini.

"Kenapa...? Memangnya g'ak ada dokter lain yang bisa gantiin atau bantuin Koko...?", Erfly kembali bertanya.

"Dokter syaraf cuma Koko dirumah sakit. Sedangkan dokter jantung, sedang cuti seminggu anaknya nikahan", Alfa mulai bercerita.

"Itu resiko Ko. Berani berbuat ya harus berani bertanggung jawab Ko. Koko yang memilih jadi dokter, resikonya ya Koko menghabiskan waktu dirumah sakit dan bertemu pasien", Erfly bicara asal.

"Koko tau dek", Alfa merasa bersalah.

"Saat Koko jenuh, coba Koko ketemu pasien atau ajak ngobrol keluarga pasien yang udah Koko selamatin. Lihat reaksi bahagia mereka bisa kembali bertemu keluarganya. InsyaAllah Koko hanya butuh pengingat aja", Erfly bicara pelan, senyumnya menghiasi bibirnya.

Alfa mengacak rambut Erfly, "Terima kasih dek, kayaknya memang itu yang Koko butuhkan saat ini", Alfa bicara antusias, senyumnya mengembang membayangkan wajah bahagia keluarga pasien yang diselamatkan olehnya.

"Tapi... Koko tetap harus jaga kesehatan. Jangan suka memaksakan diri. Kan Koko sendiri yang bilang, Koko itu dokter bukan robot. Robot aja butuh waktu buat ganti baterai, apalagi Koko yang cuma manusia biasa, butuh waktu buat istirahat plus... Satu lagi, jangan suka telat makan", Erfly kembali mengingatkan.

"Siap bos", Alfa melakukan posisi hormat bendera. "Koko balik ya, udah malam", Alfa bicara pelan, kemudian memasukkan HP kedalam saku celananya.

"Hati-hati Ko", Erfly mengingatkan.

"Udah, kamu dirumah aja. Koko bisa sendiri kok kedepan", Alfa kembali mengacak pucuk kepala Erfly.

***

Alfa memutuskan untuk kembali kerumah sakit. Suasana UGD terlihat panik, ada kasus keracunan makanan di sebuah acara pernikahan.

Tidak perlu aba-aba, Alfa langsung membantu mengecek keadaan pasien. Dua jam berlalu begitu saja, semua pasien berhasil ditangani dengan baik. Ada yang langsung pulang dan rawat jalan, ada lagi beberapa yang dirawat karena kekurangan cairan.

Alfa memilih duduk di taman rumah sakit, Rima menghampiri Alfa dan memberikan minuman kaleng. "Diminum doktek", Rima bicara santun.

"Terima kasih suster", Alfa menerima minuman pemberian Rima, langsung meminum minuman kaleng tersebut tanpa basa-basi.

"Terima kasih dokter"

"Untuk...?"

"Bantuannya malam ini, kalau tidak ada dokter. Sudah terbayang berapa banyak pasien yang akan terbangkalai"

"Jangan berterima kasih suster"

"Kenapa dok...?"

"Kesannya tidak ikhlas, menyelamatkan nyawa orang lain sudah menjadi kewajiban kita sebagai dokter. Jadi... Tidak perlu berterima kasih suster, saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai dokter"

"Kok dokter kerumah sakit...? Bukannya hari ini dokter tidak ada jadwal ya...?"

"Saya hanya bosan dirumah, makanya memutuskan untuk kerumah sakit"

"Dokter Alfa, bisa ke kamar pasien VIP sebentar...?", Kahfi berteriak panik dari dalam rumah sakit.

"Saya permisi suter", Alfa langsung berlari mengikuti Kahfi.

Benar saja, ada pasien yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Alfa melakukan pertolongan pertama, hingga pasien kembali normal.

Alfa kembali mengecek daftar riwayat penyakit pasien.

"Sepertinya kita harus melakukan operasi kepada pasien...", Alfa menjelaskan kepada wali pasien.

"Kenapa dokter...? Apa ada yang salah dengan kakak saya...?", seorang perempuan berumur 24 tahun menahan tangis mendengar ucapan Alfa.

"Ada penyumbatan pembuluh darah pada jantung pasien. Dan... Itu yang menyebabkan pasien sering merasakan nyeri dada dan sesak nafas", Alfa menjelaskan keadaan pasien.

"Jadi... Kakak saya harus segera operasi dokter...? Dadanya dibedah...?", wali pasien bergindik ngeri membayangkan operasi yang akan dijalani kakaknya.

Alfa tersenyum mendengar pengakuan wali pasien. "Tidak seperti itu", Alfa bicara pelan.

"Lalu...?", wali pasien mengejar jawaban.

"Kita melakukan prosedur Angioplasti atau nama lainnya Percutaneous Coronary Interventions (PCI). Dilakukan untuk membuka pembuluh darah jantung yang tersumbat.

Caranya dengan memasukkan alat khusus pada arteri yang tersumbat untuk membantu melebarkannya.

Nanti kita akan memasukkan tabung plastik tipis kedalam arteri melalui pangkal paha atau lengan.

Selanjutnya kateter dipasangkan melewati tabung plastik tersebut untuk diarahkan pada arteri yang mengelilingi jantung.

Beruntungnya pasien tidak punya penyakit diabetes, lemah otot jantung dan pembuluh darah jantung tidak terlalu banyak yang bermasalah. Sehingga kita tidak perlu melakukan operasi Bypaas", Alfa menjelaskan panjang lebar.

"Lakukan yang terbaik dokter untuk kakak saya", wali pasien setuju untuk melakukan operasi.

"Dokter, tolong pesan ruang operasi sekarang", Alfa memberi perintah kepada Kahfi.

"Baik dokter", Kahfi langsung berlalu dari hadapan Alfa, pasien dan wali pasien.

Satu jam kemudian, Alfa melakukan operasi kepada pasien.

***

Cakya masih berkutat dengan gitarnya, Gama berbaring disamping Cakya membaca buku.

"Om", Cakya bicara pelan.

"Hem...", Gama menggumam pelan.

"Erfly punya duit segitu banyak dari mana ya Om...?", Cakya bertanya pelan, berusaha menghilangkan rasa penasaran yang ditahannya dari pagi.

Gama menutup buku yang dia baca, kemudian duduk dengan posisi tegak. "Erfly itu gadis yang luar biasa", Gama bicara pelan.

"Ah... Maksudnya...?", Cakya mulai tertarik dengan penjelasan Gama.

"Darah pengusaha mengalir deras pada Erfly dari ayahnya, sejak SMP dia sudah punya usaha rumah kontrakan dan kos-kosan. Jadi... Dia tidak pernah bergantung pada uang saku yang dikirim oleh orang tuanya setiap bulan", Gama menjelaskan cerita kehidupan Erfly.

"Uang segitu banyak hanya dari kos-kosan Om...?", Cakya bertanya sanksi.

"Kalau hanya satu kamar dua kamar, ya mana bisa Cakya. Lain cerita kan kalau punya puluhan kamar kos-kosan ditempat yang berbeda", Gama kembali berbaring dan fokus lagi membaca buku yang tadi ditutupnya.

"Hah... Puluhan...? Ditempat yang berbeda...?", Cakya mengulangi ucapan Gama.