webnovel

BAB 3

Edgar yang masih mengingat hal itu dengan sangat jelas, tiba - tiba saja mengeluarkan emosi kemarahan yang tak terbendung dengan sekuat tenaga ia mencoba menahan kemarahannya itu, dan mulai mengatur nafasnya agar kembali tenang.

*****

Riana berjalan menuruni tangga menuju kantin dengan masih memegang piring bekas makan di tangannya dengan santai. Pada undakan tangga terakhir ia melihat seseorang yang berdiri dengan sopan, ketika ia berjalan mendekat langsung saja orang itu membukukan setengah badannya sebagai rasa hormat.

" ada apa? " tanya Riana tanpa ekspresi sedikitpun.

" Nona muda, Tuan besar ingin bertemu dengan anda " ucap Tony

" beliau ada di parkiran " lanjutnya.

" kembalikan ini ke kantin "

" baik Nona " ujar Tony, dengan mengambil Piring bekas yang di pegang Riana.

Riana berjalan melewati Tony yang mulai membungkuk kan badannya lagi, ia masih berjalan dengan santai hingga dering ponsel membuatnya terganggu dan menghentikan langkahnya.

Riana mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan menatap nama yang tertera di dalam ponsel tersebut, Riana segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.

" halo... " ucap Riana dengan kembali berjalan sambil mendengarkan jawaban dan penjelasan dari orang di seberang telepon.

...

" pantau terus, letak kan orang - orang mu sebanyak mungkin disana " ujar Riana sembari melihat segerombolan siswa dan siswi yang sedang nongkrong di lorong sekolah yang sedang sepi.

" Aku akan datang nanti " lanjutnya, sambil menutup telepon sepihak tanpa mempedulikan protesan dari orang di seberang telepon.

Riana mulai berjalan melewati mereka yang sedang menatap dirinya dengan berbagai ekspresi, dari wajah yang diperhatikan olehnya hanya dua orang yang di kenali oleh mata Riana, yaitu Darren dan Wanda Lee.

Saudara kembar itu melihat Riana dengan pandangan benci yang sangat kentara, hingga Riana melirik Wanda yang sedang memberikan kode kepada teman lelakinya. Sehingga teman Riana melihat teman lelaki dari Wanda itu berjalan mendekatinya dari belakang dan hendak melecehkannya.

Dengan gerakan cepat Riana memutar tubuhnya dan menangkap tangan anak itu dalam sekali gerak, Riana memutar pergelangan tangan dari laki - laki itu hingga terdengar suara patahan tulang yang di susul dengan suara teriakan yang sangat menggema di lorong koridor itu.

Semua yang melihat kejadian itu sangat tercengang tidak terkecuali Darren dan Wanda. Mereka semua berpikir bahwa Riana tidak sehebat itu dalam bertindak, karena yang mereka lihat Riana tidak pernah menunjukan kekuasaannya.

Mereka menganggap Riana hanyalah seorang gadis yang pendiam yang tidak bisa melawan, bahkan bukan hanya mereka tetapi semua orang yang ada di sekolah yang tidak takut padanya pasti berpikir seperti itu. Tapi ternyata mereka salah besar Riana benar - benar orang yang tidak bisa di singgung oleh mereka.

****

" mau bermain - main?, Baiklah aku akan meladeni mu dengan senang hati " ucap Riana dengan berjalan mendekati laki - laki yang masih meringkuk menahan sakit di tangannya.

Riana mulai menarik kerah baju laki - laki yang baru ia ketahui bernama Reymond Glay itu dengan cukup kuat, kemudian menendang dengan cukup kuat hingga kembali tersungkur dengan hidung yang mengeluarkan darah.

Wanda yang melihat teman laki - lakinya yang di jadikan samsak oleh Riana mulai turun untuk menyelamatkannya, namun sebelum itu terjadi ia lebih dulu di tahan oleh Darren.

" jangan gegabah " ujar Daren dengan gelengan dan tatapan tajam.

Wanda kembali melihat kearah Reymond yang benar - benar sudah babak belur, tidak cukup sampai di sana ia melihat Riana membuat Reymond kembali berdiri dan membenturkan kepalanya ke tembok dengan cukup keras dan mengeluarkan darah yang sangat banyak di kepalanya.

Semua orang yang ada di sana dan menyaksikan semuanya benar - benar bergetar hebat, bahkan tanpa mereka sadari hal ini di tonton oleh semua murid yang berkerumun sejak tadi yang tidak kalah merinding.

" masih mau bermain? " tanya Riana dengan tatapannya yang masih menggelap.

" a...a...a ampun " kata Reymond dengan nada lirih dan tersendat - sendat.

" Riana... " panggil seseorang di belakang Riana dengan lirih.

Riana menoleh kebelakang, tatapannya dan orang tersebut saling bertemu, tanpa kata yang terucap hanya saling memandang dalam diam.

Riana segera mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi seseorang. Hingga panggilannya tersambung.

" Aku ingin perusahaan Glay Grup menghilang hari ini " ucap Riana dengan tatapan datarnya.

Orang - orang yang mendengar perkataan Riana di buat bungkam, ia benar - benar membalas orang yang mengganggu nya sampai ke akarnya. Mereka sungguh tidak menyangka akan hal ini.

Riana berjalan meninggalkan semua orang termasuk sang kakek, ia bahkan merasa tidak bersalah sama sekali dengan apa yang ia lakukan. Semua orang yang di lewati oleh Riana menunduk takut.

" siapa yang memprovokasinya? " tanya Fritz sambil masih menatap sang cucu dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.

Orang - orang yang terlibat dalam masalah ini hanya menunduk takut, tidak ingin bernasib sama seperti teman mereka. Dan memang seharusnya mereka tidak pernah bermain - main dengan Riana.

" Tony cek cctv untuk kejadian hari " perintah Fritz pada Tony yang berdiri di sampingnya.

" Baik tuan " balas Tony segera beranjak menuju ruang cctv berada.

" aku harap ini terakhir kalinya kalian mengganggunya, ini peringatan untuk kalian semua, jika kalian masih mengganggunya... " ujar Fritz dengan men jeda ucapannya.

" aku sendiri yang akan menghancurkan kalian dan keluarga kalian " lanjut Fritz, dan mulai berjalan meninggalkan semua orang dengan rasa takut yang ia ucapkan.

****

Riana duduk di sebuah taman buatan sambil menatap pohon maupun kolam ikan Koi yang indah, ia melirik seseorang yang berdiri beberapa meter di belakangnya.

" apa yang kau inginkan? " tanya Riana masih menatap kearah depan.

Edgar yang mendengar perkataan Riana hanya tersenyum tipis, ia berjalan ke arah Riana dan duduk di sebelahnya.

" tidak ada, aku hanya memikirkan bagaimana caramu untuk membalas dendam, siapa tahu aku bisa bergabung denganmu untuk menghancurkannya " jawab Edgar dengan santai.

" mau menikah dengan ku? " tanya Riana dengan santainya.

Edgar yang mendengar pertanyaan Riana hanya bisa terbengong dengan mulut yang sedikit terbuka.

" apa kau serius dengan pertanyaan mu? "

" iya, aku membutuhkan partner yang setia dalam setiap rencana ku "

" aku tidak ingin gagal di pertengahan jalan, hanya karena ada yang berkhianat di antara kita nantinya "

" baiklah aku setuju "

Riana dan Edgar saling memandang untuk memastikan jalan yang mereka ambil sudah tepat atau belum.

" Oke, kita akan menikah besok "

Edgar kembali di buat tercengang oleh oleh perkataan Riana yang menurutnya sangat gila.

" apa kau yakin? " tanya Edgar mulai ragu dengan langkah yang ia ambil.

" Kenapa, kau tidak yakin? " tanya Riana dengan sinis

" tidak, aku hanya ragu kau bisa mengurus semuanya " jawab Edgar merasa gugup.

" hah, kau mulai lagi "

" apa? " tanya Edgar dengan bingung.

" meragukan seorang Orlando "

" baiklah maafkan aku, apa yang harus aku siapkan? " tanya Edgar.

" Dirimu, siapkan saja dirimu " ucap Riana sambil berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Edgar yang menatap dirinya dalam.

" semoga saja ini jalan yang benar " keluh Edgar.