webnovel

BAB 4

Malam hari di kediaman utama keluarga Orlando, Riana, kakek, nenek, dan Nikita sedang makan malam bersama.

" cucuku sayang, mau tambah? " tanya Marine kepada sang cucu, yang ia lihat makan dengan lahap.

Riana hanya menatap sang nenek dengan sedikit tersenyum dan gelengan halus, sebagai tanda penolakan.

" nenek sengaja memasak beberapa hidangan kesukaan kamu, karena tahu kamu akan datang " ucap Marine dengan tatapan berbinar senang.

" nenek memasak?, Nenek jika chef di rumah ini sudah tidak mau bekerja dengan keluarga Orlando lebih baik di pecat saja " ujar Riana dengan nada dinginnya.

Chef dan para pelayan yang mendengar perkataan dari Riana sungguh di buat takut, tapi mereka juga tidak berani untuk menyela ucapan dari sang nona muda.

" sudah lah, lagi pula hanya memasak sedikit, nenek juga masak karena tahu kau akan datang, tidak ada yang salah. " Balas Marine membela Chef yang ia lihat sudah mulai ketakutan.

" oh iya, bagaimana dengan pelayan yang di pilihkan Steve, apa dia cocok dengan mu? " lanjut Marine dengan mengalihkan pembicaraan.

" Sama saja, aku tidak tahu dimana paman Steve menemukan orang bodoh itu " jawab Riana santai dengan masih memakan makanannya.

Semua orang yang mendengar jawaban Riana menahan nafas, mereka berpikir kesalahan apa yang dilakukan oleh Linda sehingga membuat nona muda keluarga Orlando berkata tajam seperti itu. Terlebih hari ini adalah hari pertamanya bekerja di apartemen Riana.

Para pelayan mengenal Linda karena sebelum ia mulai bekerja di Apartemen, ia sudah bekerja di kediaman tua selama seminggu sebagai masa percobaan, sebelum di kirim ke sana.

****

Setelah makan malam, keluarga Orlando duduk bersantai di ruang keluarga, sambil menunggu tuan besar yang akan memulai pembicaraan.

" Riana, aunty Niki akan menikah " ucap Fritz memulai pembicaraan.

Semua orang menunggu reaksi Riana akan tetapi, akan tetapi semua orang terlalu berharap.

" selamat Aunty, semoga Aunty selalu bahagia dengan pernikahan Aunty " ucap Riana tulus.

Niki yang mendengar perkataan dari sang keponakan merasa terharu, ia segera berdiri dan menghampiri Riana dan memeluknya. Riana yang mendapat pelukan itu segera membalasnya.

Mereka semua tahu Riana hanya keras kepada kepada orang lain dan musuh - musuhnya, tapi kalau untuk keluarganya ia sangat menyayangi mereka semua, bahkan tidak jarang selalu bertanya kesehatan kakek dan neneknya kepada Tony maupun paman Steve.

Rasa perhatian yang ia berikan untuk keluarganya tertutupi oleh tajamnya mulut Riana pada saat berbicara.

Setelah melepaskan pelukan masing - masing Niki segera mengambil tempat di samping kiri Riana. Dan segera menyimak apa yang ingin di sampaikan Riana kepada semua orang.

" Aku juga akan menikah " ujar Riana, mengagetkan semua orang.

Semua orang yang mendengar perkataan Riana terdiam, bahkan paman Steve yang mengantarkan cemilan malam untuk mereka semua seketika menghentikan pergerakannya.

" Ha..ha..ha, Riana. Semua orang pasti akan menikah jika waktunya sudah tepat, jangan khawatir " ucap Fritz yang tidak bisa menghentikan tawanya karena perkataan Riana.

" Iya sayang, kamu juga pasti akan menikah " balas Marine menimpali ucapan suaminya dengan tersenyum.

Niki membenarkan perkataan Ayah dan ayahnya sambil menahan tawanya agar tidak meledak.

Melihat reaksi keluarganya yang menganggap ucapannya hanya lelucon, Riana pun mulai memberikan tatapan serius, kepada semua orang.

" Besok, Riana akan menikah besok Kakek " ucap Riana dengan serius.

Fritz yang mendengar perkataan serius Riana mulai menghentikan tawanya dan menatap sang cucu penuh intimidasi, mencari kebohongan dari perkataannya.

" apa - apaan ini Riana? " tanya Fritz dengan menekan nada suaranya.

Seketika suasana di dalam ruang keluarga berubah menjadi menegangkan dengan tatapan yang menghujam antara Kakek dan cucu itu.

Marine yang merasa suasana sudah tidak enak memegang tangan sang cucu dengan erat, dan Fritz yang melihat jika sang istri mulai tidak nyaman segera berdiri dari duduknya.

" Riana ikut kakek " pinta Fritz sambil berjalan menuju ruang kerjanya.

Riana yang mendengar perintah dari sang kakek segera memberikan ketenangan kepada sang nenek, sebelum beranjak mengikuti kakeknya.

" tidak apa - apa "

****

Di lain tempat, sebuah keluarga sedang meratapi kejatuhan mereka, yang di akibatkan oleh putra mereka sendiri. Aron Glay sang kepala keluarga mulai memecah semua barang - barang yang ada di mansion miliknya.

Sedangkan sang istri Aline Glay tidak berhenti menangisi sang putra yang terbaring dalam keadaan koma di rumah sakit. Dokter bilang jika Reymond mengalami cedera parah di kepalanya akibat benturan yang ia alami, dan bisa saja jika ia bangun nanti akan mengalami kelumpuhan permanen karena adanya sistem motorik yang terganggu.

" TIDAK BISAKAH KAU DIAM?!!! " teriak Aron murka yang melihat istrinya tidak berhenti menangis.

" LIHAT APA YANG DILAKUKAN PUTRA BODOH MU ITU " lanjutnya teriak masih dalam keadaan marah.

" kenapa kau malah menyalahkan putra kita, seharusnya kita meminta pertanggung jawaban dari keluarga Orlando, karena cucu mereka anak kita koma dan terancam lumpuh " jelas Aline dengan tersedu - sedu.

" tutup mulutmu dasar jalang sialan, kau tidak lihat rekaman tadi? Anak sialan itu dengan beraninya ingin melecehkan cucu dari Orlando, kau buta? " Ujar Aron mencoba menekan emosinya.

Saat Aline ingin menjawab perkataan suaminya yang penuh dengan hinaan itu, tiba - tiba seseorang datang menghampiri mereka. Ia adalah orang kepercayaan dari suaminya.

Paul berjalan dengan cepat dan terburu - buru menghampiri sang tuan, yang sedang berdiri dengan rasa frustasinya. Terhadap masalah yang di sebabkan oleh putranya.

" tuan " sapa Paul dengan membukukan setengah badannya.

" Bagaimana perkembangannya? " tanya Aron dengan terburu - buru.

" tuan, semua investor telah menarik investasi mereka dari perusahaan " ucap Paul.

" termasuk Victor Lee? "

" iya tuan, beliau orang pertama yang menarik semua investasi nya "

Aron yang mendengar penuturan dari Paul pun kembali meradang, ia merasa kecewa dengan tindakan yang dilakukan oleh Victor. Ia merasa Victor telah meninggalkannya seperti barang yang sudah tidak berguna untuknya. Ia segera mengeluarkan ponsel dari saku jas yang ia kenakan dan mulai menekan nomor Victor.

" Sial, dia tidak mengangkat telepon ku " gerutu Aron, yang masih terus melakukan panggilan ke nomor Victor.

" BAJINGAN!!! " Aron kembali berteriak marah sambil membanting ponselnya sampai hancur berkeping - keping.

" jadi begini kau memperlakukan orang yang sudah membantumu, baiklah aku juga akan membalas perlakuanmu? " lanjut Aron bermonolog.

Aron menatap Paul yang masih setia berdiri menunggu perintahnya darinya.

" Paul apa tidak ada yang tersisa? " tanya Aron sambil menetralkan pernapasannya yang terasa menghimpit dadanya.

" maafkan saya tuan, perusahaan sudah mendekati valid " jawab Paul dengan perasaan bersalah.

Aron yang mendengar jawaban Paul, tidak terasa meneteskan air matanya, ia merasa bersalah kepada mendiang Ayahnya yang telah memberikan amanat untuk menjaga perusahaan keluarga ini kepadanya, tapi karena kesalahan yang di lakukan oleh putranya semua hancur berantakan.

" Paul, buat janji temu kepada asisten pribadi Fritz Orlando, kita akan berusaha meminta maaf besok "

" baik tuan " balas Paul dan segera pergi dari sana untuk melakukan perintah dari tuannya.

****

Kediaman utama keluarga Orlando...

" Riana... " panggil Fritz kepada sang cucu yang duduk berhadapan langsung dengannya.

" Kakek, aku akan memulainya..."

" kakek sudah menerima laporannya, tentang bagaimana kau mencekik pelayan barumu, sampai terakhir kau menghajar tuan muda dari keluarga Glay " jelas Fritz dengan memotong ucapan Riana.

" apa kau benar - benar tidak bisa berhenti, nak? " tanya nya dengan nada lirih.

" Ayah dan ibu mungkin... "

" aku melakukan ini semua untuk mereka dan juga diriku " ujar Riana menghentikan kalimat yang di ucapkan sang kakek.

" Victor Lee, si bajingan itu yang memulai lebih dulu, dan memberikan aku rasa trauma yang dalam "

" dan hari ini aku melihatnya bahagia dengan kesuksesan yang dia raih karena menghilangkan nyawa kedua orang tua ku, aku benar - benar ingin menghancurkannya, sangat. "

" jadi jangan coba - coba untuk menghalangi ku kek, ini belum seberapa dari rasa sakit yang aku alami, dan Aron Glay menjadi orang pertama yang menerima rasa sakit ku ini " ujar Riana dengan tatapan mata penuh dendam.

Fritz Orlando memang mengetahui jika Aron Glay terlibat dalam tragedi yang menimpa anak dan menantunya sepuluh tahun silam, maka dari itu dia tidak menghalangi Riana untuk menghancurkan hari ini.

" baiklah, dengan siapa kau akan menikah? " tanya Fritz mengalihkan pembicaraan.

" Edgar Lee " jawab Riana santai.

" Apa? "