Daisy membuka matanya ketika supirnya berusaha membangunkannya dari tidurnya yang lama sejak dari makam.
Dengan kesadaran yang utuh dan debaran jantung yang terkejut, ia menatap sekelilingnya. Lalu Daisy menghela nafasnya.
Tadi itu mimpi, batinnya. Padahal tadi ia sedirilah yang mulai mengenang kembali masa-masa kuliah dengan mantan kekasihnya, Reza dan juga kebersamaan Zen yang ikut serta mengikutinya di masa kuliah.
Tapi Daisy menyebutnya mimpi dan ia bersikeras mengatakan itu mimpi, bukan hal yang sengaja ia kenang.
Daisy langsung turun dan masuk ke rumahnya. Ia mengganti pakaiannya dengan yang lebih nyaman. Tidak lupa ia membasuh wajah, tangan dan kakinya karena ia habis dari luar.
"Keputusanku menolak untuk mengobrol bersamanya sudah benar, kan?" tanya Daisy pada cermin yang memantulkan dirinya.
Ia mendadak menyentuh dadanya. "Tapi kenapa rasanya aku menyesal nggak mengikuti keinginannya?"
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください