webnovel

Blood on Rain

Ini adalah sebuah kisah tentang darah yang menetes di atas hujan. Kisah yang dipenuhi oleh darah, dan hujan.

Reines_Herz · ファンタジー
レビュー数が足りません
2 Chs

Dunia apa ini?

Ini adalah kisah tentang darah yang menetes pada saat hujan. Sebuah kisah yang tidak bahagia dan tidak juga sebuah kisah yang tragis.

Pada tahun 2021 sebuah game MMORPG terkenal akhirnya rilis di berbagai negara. Over Heavens, semua kisahku berawal dari tempat ini. Sebuah dunia aneh yang tidak bisa dijelaskan oleh logika manusia. Dunia aneh yang penuh dengan misteri. Sebenarnya dunia apa ini? Itu adalah pertanyaan yang selalu muncul di pikiran orang - orang.

Semua berasal dari dunia nyata. Tahun 2021 sebuah game MMORPG bernama Over Heavens. Sebuah game yang di sebut - sebut sangat sempurna karena banyak fitur yang realistis dan dunia yang sangat luas. Game ini juga akan rilis di sebuah konsul baru yang lebih canggih dari konsul - konsul lama. Dunia game ini hampir seluas bumi. Banyak orang yang menunggu perilisan game ini, termasuk diriku pada saat itu.

{London, Inggris, 26 Juni 2021}

Pada hari itu aku terbangun di depan komputerku karena alarm di ponselku berbunyi. Tanganku meraba - raba meja di sampingku dan akhirnya tanganku meraih ponsel itu. Aku mencoba membuka mataku, kemudian melihat ke handphone yang ku pegang. Penglihatanku masih kabur saat melihat ke ponsel itu. Perlahan penglihatanku membaik. Jam di ponselku menunjukkan pukul empat lewat.

"Huh, sudah pagi." Aku sedikit meregangkan tangan dan pinggangku. Diriku bangun dari kursi itu.

"Apakah pekerjaanku telah sudah ku save?" tanyaku pada diriku sendiri.

"Ahh, sepertinya sudah." Aku berjalan menuju jendela yang masih tertutup oleh tirai. Cahaya yang sangat menyilaukan menusuk mataku, tapi kemudian cahaya itu tidak terasa silau dan berubah menjadi lembut.

Beberapa burung merpati berterbangan di luar. Mobil - mobil sudah terlihat berlalu lalang di jalan walau saat itu masih sangat pagi.

"Ini hari libur ya." Hari ini mungkin akan indah…

"Huh, lanjut bekerja saja." Aku berjalan menuju kamar mandi dengan malas. Mungkin saja air hangat bisa menghilangkan rasa penatku. Dari kemarin aku hanya terus bekerja hingga larut malam.

Air hangat membasahi tubuh dari shower. Mataku menatap ke sebuah cermin di kamar mandi itu. Aku keluar dari kamar mandi itu hanya dengan mengenakan sebuah celana pendek. Tanpa aku sadari kakiku berjalan menuju ke arah jendela itu lagi. Seorang wanita di apartemen sebelah melihat diriku yang sedang bertelanjang dada. Dengan segera aku menutup kembali tirai itu kemudian dengan cepat mengambil sebuah kaos biru dan sebuah celana panjang.

"Ahh, aku tidak akan melihat keluar jendela lagi."

Tubuhku kembali aku baringkan ke kasur. Ponselku tiba - tiba berdering, seorang temanku menelpon. Aku mengangkat telepon itu.

"Hei Rein, apakah kau lupa dengan hari ini?"

"Huh? Memangnya hari ini ada apa?"

"Heeeh, Rein kau sepertinya kebanyakan bekerja. Hari ini adalah tanggal perilisan game Over Heavens, bukannya kau sangat menunggu hari ini?"

"Ehhh! Aku lupa!" Dengan terburu - buru, aku memakai sebuah jaket di gantungan baju kemudian berlari ke arah pintu keluar apartemenku.

"Ahh, kenapa aku bisa lupa!"

Entah kenapa tubuhku bergerak lebih cepat dari biasanya pada saat itu. Tanganku dengan gesit mengunci kunci pintu apartemen. Aku berlari menuju tangga yang berada di ujung lorong.

"Hei, selamat pagi, Rein." sapa Rico, seorang pria berbadan besar, tetanggaku.

"Maaf aku buru - buru, Rico."

Jam di ponselku telah menunjukkan pukul enam. Dari tadi malam aku hanya bekerja hingga larut malam, tanpa aku sadari hari yang telah ku tunggu selama ini terlewatkan. Aku berlari menuruni tangga itu dengan tergesa - gesa, walaupun apartemen itu memiliki sebuah lift tetapi aku rasa itu lebih lambat karena letak apartemenku ada di lantai dua. Juga tangga itu lebih dekat dengan pintu keluar, jadi itu bisa mempersingkat waktu.

Akhirnya aku keluar dari gedung apartemen itu kemudian berjalan menuju sebuah halte bus. Sebuah bus merah berhenti di halte itu, seketika kecepatan berlariku bertambah. Aku berhasil masuk ke dalam bus itu.

Namaku Reines Herz, seorang pria berumur 25 tahun. Pekerjaanku adalah salah satu seorang pegawai dari sebuah perusahaan aplikasi chat terbesar di dunia. Seorang pria yang tidak terkenal, aku adalah seorang yang biasa - biasa saja.

"Huuufth, hampir saja."

"Reeiiin!" Rico terlihat berlari menuju bus yang dinaikiku. Beruntung dia masuk ke dalam bus itu sebelum bus itu berangkat. Dia hampir saja ketinggalan oleh bus ini jika telat beberapa detik. Harus ku akui dia memang memiliki tubuh atletis, dia bisa berlari sekencang itu, aku tidak heran itu.

"Heh, kau juga lupa dengan perilisan game itu ya. Aku langsung ingat saat aku melihat kalender di ponselku. Hehehe, sepertinya aku mulai pikun."

"Ahh, begitu ya."

Bus itu mulai berjalan meninggalkan halte itu. Ponselku tiba - tiba berdering saat di dalam bus. Dengan cepat aku membuka ponsel itu. Sebuah notifikasi kontak yang tidak aku kenal mengirimkan sebuah tautan. Aku mengeklik tautan itu. Tautan itu adalah sebuah website rahasia berisi tentang tempat - tempat penjualan game baru itu yang tidak diketahui banyak orang. Bus yang ku naiki berhenti di sebuah halte dekat dengan salah satu tempat yang ada di website itu.

"Rico, aku tahu sebuah tempat tersembunyi yang menjual game itu. Mungkin di sana tidak terlalu ramai."

"Benarkah?!"

"Ikutlah denganku!"

Aku dan Rico turun dari bus itu kemudian berlari menuju sebuah toko yang tidak terlalu jauh dari halte itu. Toko itu tidak terlihat ramai bahkan hanya terlihat beberapa pengunjung. Aku dan Rico memasuki toko itu.

"Apakah benar ini adalah tokonya, Rein?"

"Hmm, sepertinya begitu."

"Selamat datang." ucap seorang pria penjaga toko itu.

"Ahh…ini, apakah benar toko ini menjual konsul game Over Heavens?"

"Apakah kalian mendapatkan sebuah pesan dari orang misterius yang menunjukkan tempat ini."

"Ahh, apakah pesan ini." Aku memperlihatkan sebuah pesan di ponselku kepada penjaga toko.

"Kau sangat beruntung. Sepertinya nomer teleponmu terpilih menjadi salah satu orang yang berhak mengetahui tempat rahasia penjualan Over Heavens. Ini sebenarnya adalah sebuah program yang dibuat oleh NeW selaku game development."

Penjaga toko itu membungkukkan tubuhnya untuk mengambil sebuah kardus di rak bawah. Kotak kardus itu sepertinya berisi OWS atau Online World Sistem, konsul baru dari game Over Heavens. Konsul itu adalah yang paling canggih untuk saat ini. Over Heavens adalah game pertama dalam debut OWS.

Aku dan Rico berjalan pergi dari tempat itu setelah mendapatkan game itu. Setelah dua tahun menunggu game ini, pada akhirnya aku mendapatkannya. Aku telah menunggu lama, jika aku tidak mendapatkan game ini pasti akan menjadi hal paling mengesalkan untukku.

"Huuft, akhirnya aku mendapatkannya. Ini semua berkatmu, terima kasih, Rein."

"Ahh, tidak apa. Mungkin ini hanya kebetulan."

"Kau memang beruntung, Rein."

Aku hanya sedikit tersenyum kepada Rico. Pembicaraan itu tidak aku lanjutkan. Mungkin aku dan Rico sudah lama tidak saling berbicara.

"Ohh iya, Rein. Apakah kau sudah sarapan?"

"Belum, aku terburu - buru untuk datang kemari hingga aku lupa. Tetapi tidak apa, ini sudah biasa bagiku."

"Heh, begitukah. Kau harus menghilangkan kebiasaan itu Rein, jika tidak kau bisa sakit. Aku tahu tempat sarapan yang enak di sekitar sini." Rico tiba - tiba merangkulku sambil tersenyum.

Rico membawaku ke sebuah kafe kecil di tepi sungai. Kami berdua duduk di sebuah meja di luar dekat dengan sungai itu. Tempat ini terlihat sangat menenangkan.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu Rein?"

"Kurasa biasa saja. Huh, walau beberapa hal terjadi, tetapi pekerjaanku biasa - biasa saja. Mungkin akhir - akhir ini banyak pekerjaan yang aku terima."

"Ohh, begitukah. Pantas saja kau dari semalam bekerja hingga larut malam, aku tahu itu."

"Apa boleh buat lagi, itu memang adalah pekerjaanku. Dalam bulan ini pekerjaanku mungkin akan terus bertambah, mengingat perusahaanku saat ini sedang banyak proyek."

"Sekali - kali keluarlah dari apartemenmu, dan nikmatilah dunia ini seperti ini. Kau juga sudah tiga tahun tidak pernah muncul lagi di klub basket, aku rindu bermain basket bersamamu seperti dulu."

"Huhhhh." Aku menghela nafas panjang sambil meminum secangkir kopi. Sesaat aku memejamkan mataku sambil menyeruput kopi itu. Sudah sejak lama aku tidak pernah merasakan ketenangan seperti ini. Aku membuka mataku kembali, seorang wanita berpakaian pelayan terlihat mendatangi kami.

Pelayan itu membawa sebuah nampan berisi makanan yang kami pesan. Dia menyajikan makanan itu ke meja.

"Silahkan dinikmati." ucap pelayan itu dengan tersenyum. Pelayan itu kemudian berjalan pergi menjauh dari meja kami.

Hari ini mungkin aku akan sedikit bersantai. Sekali - kali aku libur dari pekerjaan membosankan itu. Aku mengambil sandwich yang berada di meja kemudian memak…

"Rico!" teriak seorang wanita yang tidak ku kenal. Wanita itu berjalan mendekati kami berdua.

"Elena! Hei!"

Wanita itu berpelukan dengan Rico. Sepertinya dia adalah pacar Rico ataupun semacamnya.

"Kau jahat! Kenapa tidak mengajakku kemari, padahal ini adalah kafe favoritku."

"Maaf, aku juga sebenarnya tidak berencana untuk ke kafe ini. Kebetulan aku lewat jalan ini dan sekalian saja aku sarapan di sini."

Wanita itu cemberut dan memalingkan wajahnya dari Rico. Hmm, mungkin benar—mereka berdua adalah pasangan kekasih.

"Maaf, Elena. Uhh…jangan marah padaku. Hmm… bagaimana jika nanti kita... pergi ke bioskop malam ini."

"Benarkah."

"Iya."

Ada saja yang menganggu kedamaian ini. Itu sebabnya aku tidak pernah berpacaran. Kurasa memiliki seorang pacar adalah hal yang merepotkan. Juga aku adalah orang yang tidak terlalu terkenal.

"Ohh iya Elena, perkenalkan dia adalah Rein."

"Elena Laurece." ucap wanita itu sambil mengulurkan tangannya padaku.

"Reines Herz." ucapku sambil meraih tangan wanita itu.

Wanita itu membalikkan wajahnya kembali ke arah Rico.

"Apakah sandwich itu enak?"

"Hmm…apakah kau mau mencobanya." Rico menyuapkan sandwich itu ke mulut Elena.

Entah kenapa saat aku melihat pemandangan itu, moodku tiba - tiba menghilang. Hmm, apakah ini yang dinamakan kurang kasih sayang? Dengan cepat aku menghabiskan sandwich di tanganku, dan kemudian berdiri dari kursiku.

"Rico, aku duluan."

"Hmm, hati - hatilah di jalan."

Aku berjalan keluar dari kafe itu. Hari ini sepertinya akan cerah. Langit cerah tidak berawan, matahari bersinar cerah. Diriku berjalan di bawah matahari yang bersinar hangat. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri saat berjalan.

"Heh, hari ini indah juga."

Aku berhenti di sebuah halte dan duduk di sebuah kursi panjang sambil menunggu bus datang. Mobil berlalu lalang melewati jalan di depanku, aku terus memandangi jalanan itu.

"Permisi, apakah aku boleh duduk di sini." ucap seorang wanita di sampingku.

"Ahh, silahkan saja."

"Terima kasih."

Aku memandang wanita itu sebentar. Wanita itu berambut merah kehitaman, ia memakai pakaian jas yang sangat rapi. Sepertinya dia adalah orang yang rajin, hari ini adalah tanggal merah meski begitu dia tetap bekerja.

"Apakah kau bekerja pada hari ini?" tanyaku kepada wanita itu tanpa sadar.

"Ahh tidak, aku belum bekerja. Aku masih melamar pekerjaan."

Heeh, kenapa aku menanyakan itu kepadanya. Ini sangat memalukan. Huh, kasian sekali dia.

"Akhir - akhir ini mencari pekerjaan sulit ya." ucap wanita itu sambil memandangi langit.

"Huh? Apakah kau masih mencari pekerjaan?"

"Hmph, aku masih menunggu salah satu lamaran pekerjaanku diterima."

"Ohh, begitukah."

Aku jadi teringat dengan saat aku pertama melamar pekerjaan. Saat itu aku kesulitan untuk melamar pekerjaan karena sifat pendiamku. Jujur saja, dulu aku adalah orang yang sangat pemdiam hingga aku tidak pernah berbicara jika tidak dalam hal penting. Mungkin sekarang aku sudah mulai berubah, aku sudah bisa berbicara banyak pada semua orang.

Terdengar suara dering ponsel. Wanita itu melihat ponsel di tangannya.

"Haaaa….! Satu lamaran pekerjaanku diterima!'

"Se-selamat ya."

"Terima kasih." Wanita itu memejamkan matanya sambil tersenyum kepadaku.

Sesaat tiba - tiba jantungku berdebar kencang saat melihat senyuman wanita itu. Wanita itu berlari pergi menjauh dariku.

"Tunggu….! Ahh, aku lupa menanyakan namanya. Huhh, sudahlah."

Sebuah bus berhenti di depanku, aku berdiri kemudian berjalan masuk ke dalam bus itu. Beberapa saat kemudian bus itu berjalan meninggalkan halte. Beberapa saat kemudian, aku turun dari bus itu saat di depan sebuah halte dekat dengan apartemenku.

Apartemenku telah terlihat dari kejauhan, aku berjalan menuju apartemen itu. Udara saat ini sudah tidak terasa segar walaupun ini masih pagi. Aku masuk ke dalam apartemen kemudian berjalan menaiki tangga.

"Huuh, akhirnya sampai juga." ucapku sambil membuka pintu kamar apartemen. Kakiku berjalan dengan pelan menuju ke dalam.

Aku langsung membaringkan tubuhku ke kasur. Tubuhku tidak terasa lelah, aku hanya ingin berbaring sebentar saja. Mataku menatap ke arah jendela.

"Hmm, ini aneh. Tadi sepertinya langit masih terang - terang saja. Kenapa sekarang menjadi mendung."

Langit tiba - tiba saja diselimuti oleh awan hitam. Air hujan mulai menetes satu persatu hingga akhirnya menguyur dengan deras. Langit yang tadinya cerah tiba - tiba saja mendung dan kemudian hujan.

"Heeh, cuaca memang tidak bisa ditebak ya." Aku bangun dari kasur itu kemudian berjalan menuju dapur kecil di pojok.

"Hmm, kopi atau cokelat panas. Ahh, tadi sudah kopi, berarti cokelat panas." Aku mengambil sebuah teko dan mengisinya dengan air kemudian merebusnya di kompor.

Aku berjalan menuju jendela. Mataku menatap ke arah luar. Suara tetesan air di luar sangat menenangkan. Diluar mobil dan pejalan kaki terlihat masih berlalu lalang walaupun hujan itu cukup deras. Tak terasa sudah sangat lama aku tidak menikmati hari seperti ini.

Yah, mau bagaimana lagi.

Hari - hariku memang seperti itu. Aku terus bekerja setiap hari hingga lupa menikmati hidup ini. Aku berhenti menatap ke jendela dan kemudian berjalan menuju meja komputerku. Aku duduk sambil menghidupkan komputer di depanku.

"Huh, masih dua jam lagi ya." Di layar komputerku menunjukkan pukul sembilan lewat. Server Over Heavens masih akan dibuka jam sebelas tepat. Aku sudah tidak sabar untuk memainkan game itu.

Sebuah email tiba - tiba masuk.

"Hmm, siapa yang mengirim email ini." Aku menekan email itu. Email itu sepertinya adalah dari salah satu karyawan baru perusahaanku. Di email itu berisi data diri karyawan baru yang akan menjadi partner kerjaku. Dalam email itu ada sebuah foto karyawan baru itu.

"Hhmmm, sepertinya aku tidak asing dengan foto ini." Orang dalam foto itu sepertinya aku pernah melihatnya.

"Huh! Bukankah dia wanita yang tadi duduk di halte bersamaku." Setelah mengingat cukup lama.

…shuiiiiiiiiit… terdengar sebuah suara yang melengking. Aku langsung teringat jika aku masih memasak air. Aku segera berlari ke dapur dan kemudian mematikan kompor itu.

"Huhh, untuk airnya belum habis."

Aku mengambil teko itu kemudian menuangkannya ke cangkir yang sudah berisi sebuah bubuk coklat. Hujan di luar makin bertambah deras saja. Entah kenapa akhir - akhir ini hujan turun secara tiba - tiba. Aku berjalan ke arah jendela itu lagi sambil membawa cangkir dengan kedua tanganku.

Melihat pemandangan luar sambil meminum coklat panas memang sangat menenangkan. Tubuhku menjadi lebih terasa rileks saat ini. Aku sudah bekerja tujuh jam nonstop hingga tengah malam, dan ini adalah saatnya untuk beristirahat. Tetasan air hujan dan petir yang tidak terlalu besar menjadi sebuah musik yang terindah yang dibuat oleh alam. Aku membuka jendela itu. Udara dingin menerpa tubuhku tetapi itu tidak membuatku kedinginan.

Aku meminum secangkir coklat panas di tanganku. Kehangatan memenuhi tubuhku saat tegukan pertama. Hari ini adalah hari paling menenangkan. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri saat menikmati suasana ini. Aku kembali menutup jendela itu kemudian berjalan menuju sofa di tengah ruangan. Aku duduk merenung di sofa itu sambil terus meneguk secangkir coklat panas. Tak terasa aku tertidur di sofa.

…tit…tit…tit… Terdengar suara alarm dari ponselku, seketika aku terbangun. Dengan segera aku mengambil ponsel itu, dan mematikan alarm. Jam di layar ponsel menunjukkan pukul 10.40.

"Huhh!" Aku langsung bergegas membuka dan memasang konsul baru itu. Dua puluh menit lagi server akan dibuka, aku tidak ingin ketinggalan event pembukaannya.

Akhirnya dalam sekejap konsul itu dapat terpasang. Aku mengambil ponselku. Jam di ponselku menunjukkan pukul 10.54. Itu masih sempat untuk mengikuti event pembukaan.

"Kira - kira event pembukaan itu akan seperti apa, ya." Aku menghidupkan konsul.

[Selamat datang petualang pemberani!]

[Masukkan nickname anda : ...... ]

"Rein…nes Herz."

[Nickname : Reines Herz]

|Kelamin : Pria |

[Umur : 25 tahun ]

"Hmm, apakah di game ini bisa memilih karakter selain manusia?"

{Selamat datang Reines Herz}

[Server akan dibuka dalam 00.00.10]

"Hehh, kenapa tidak ada pembuatan karakter? Apakah karakter di game ini dibuat setelah pembukaan server?"

[Server akan dibuka dalam 00.00.06]

"Ayo, cepatlah."

[Server akan dibuka dalam 00.00.04]

"Tiga! Dua! Satu!"

[Over Heavens]

Tiba - tiba sebuah cahaya hijau muncul menusuk mataku. Aku tidak bisa membuka mataku karena cahaya itu terlalu silau.

Cahaya hijau itu menghilang, mataku sudah kembali bisa terbuka.

"Ehhhh! Ini dimana?!" Aku sudah tidak berada di apartemenku lagi. Aku tersadar di sebuah tempat luas seperti sebuah aula. Banyak orang di sekitarku, mereka semua terlihat kebingungan dan bertanya - tanya. Aku melihat sekelilingku, hanya ada lautan manusia yang terlihat.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanyaku dengan nada lirih.

"Selamat datang para player, di Over Heavens." Sebuah suara lantang terdengar memecah kebisingan yang dibuat oleh orang - orang di sekelilingku.

Sesosok makhluk menyerupai iblis di cerita - cerita fantasi–terbang di atas. Makhluk itu adalah yang berbicara tadi. Semua orang yang ada di tempat itu menatap ke arah makhluk itu termasuk diriku.

"Apa yang dia katakan tadi? Over Heavens?" ucap seseorang pria di dekatku.

"Aku adalah Game Master, dan ini adalah duniaku. Selamat datang di Over Heavens."

"Over Heavens! Yang benar saja!"

"Kenapa kami ada disini!"

Seru orang - orang di sekelilingku.

"Tenang para player sekalian, di dunia ini tidak berbeda dari dunia yang kalian tinggali dulu. Aku berani menjamin, dunia ini lebih indah dari dunia nyata."

"Huh? Apa?" Aku bertanya - tanya pada diriku sendiri. Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Aku ada dimana ini? Pertanyaan itu terus berputar - putar di kepalaku.

"Ini yang kalian semua inginkan kan. Dunia ini adalah Over Heavens, game yang ingin kalian semua mainkan. Semua ini adalah fitur Over Heavens, kalian akan memainkan game ini langsung dengan tubuh kalian…"

"Huh, tidak mungkin. Itu tidak masuk akal!"

"Aku tahu apa yang ada di dalam pikiran kalian. Kalian pasti berpikir ini semua tidak masuk akal, tetapi itu telah terjadi. Jadi jalanilah kehidupan baru kalian di dunia ini seperti biasa atau kalian bisa menyelesaikan game ini."

Aku hanya bisa terdiam menatap ke arah makhluk itu. Dalam pikiranku–sedikitpun aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.

"Dunia ini kalian bebas memilih apapun, aku juga akan memberikan kalian semua umur yang panjang. Tetapi, jika kalian mati–kalian tidak bisa hidup kembali seperti dalam game."

"Apa…apa ini!"

"Dunia ini memanglah sebuah game tapi dunia ini nyata."

"Nah, silahkan nikmati dunia ini."

Tiba - tiba cahaya hijau menyelimuti orang - orang di sekitarku–tidak, tubuhku juga ikut diselimuti oleh cahaya hijau. Cahaya hijau itu bersinar sangat terang hingga mataku menjadi buta seketika. Dan kesadaranku menghilang.

–––––

"Aaahhh!" Aku terbangun. Sepertinya semua apa yang terjadi tadi adalah sebuah mimpi.

[SELAMAT DATANG PLAYER!]

"Apa ini?!" Sebuah teks tiba - tiba muncul di depan wajahku, seakan akan teks itu muncul di udara.

[Reines Herz lv. 3]

[Strange : lv. 14]

[Intelligence : lv. 189]

[Job : ?]

[Skill : none]

"Huhh?!" Teks itu menghilang kemudian tergantikan dengan teks lain.

[Quest : Jalanilah kehidupan dan pekerjaan barumu]

|Reward : New skill unlocked|

[Terima | Batal]

"Tunggu-tunggu-tunggu… apa yang terjadi?!"

Aku melihat ke arah sekitarku. Tempat ini bukanlah apartemenku, ruangan ini lebih besar dari apartemen kecilku. Ruangan ini terlihat mewah, dekorasi yang sangat cantik menghiasi dinding, furniture mewah mengisi tempat itu. Sekilas ruangan ini seperti sebuah kamar di kastil kerajaan Inggris.

Aku bergegas turun dari tempat tidur, dan berjalan menuju jendela besar di samping tempat tidur.

"Hahhh!" Pemandangan yang ada di luar bukankah London tempat tinggalku. Sebuah taman luas menyambut mataku, tepat di belakang taman itu, bangunan - bangunan khas abad pertengahan berjajar rapi. Sejauh mata memandang, aku hanya melihat pemandangan kota khas abad pertengahan di Eropa.

"Tuan Rein, anda sedang apa?" seseorang tiba - tiba menyentuh pundakku. Seorang wanita berpakaian pelayan terlihat berdiri di belakangku.

"Si-siapa kau?"

"Huh? Sepertinya anda masih mengigau. Aku adalah Violet pelayan anda. Tidak mungkin anda melupakan saya kan."

"Huh?! Kau tahu namaku."

"Hehh, anda memang masih mengigau. Tuan, segeralah mandi."

"Ehh, tunggu-tunggu-tunggu, sebenarnya aku ini siapa?"

"Huhh! Jangan - jangan anda demam." Wanita itu menyentuh keningku.

"Ahh, sepertinya anda tidak demam. Tuan, cukuplah bercandanya." Wanita itu menatap tajam ke arahku.

"Cepatlah pergi mandi Tuan, atau aku akan memandikanmu." Tiba - tiba wanita itu membuka kancing di bajuku.

"A-aku bisa sendiri." Dengan cepat aku melepaskan tangannya dan berlari keluar dari ruangan itu.

Aku berhenti di depan pintu kemudian membalikkan badanku.

"Uhmm, apakah kau tahu di mana letak kamar mandinya?"

Wanita itu menatap tajam ke arahku.

"Ahh, maaf. Aku akan segera mandi!"

Rumah ini sangat besar. Puluhan kali aku mengelilingi lorong - lorong di rumah ini, aku tidak menemukan kamar mandi ataupun orang lain. Pemilik rumah ini pasti adalah orang yang sangat kaya.

…braaakk… Sepertinya aku tidak sengaja menabrak seseorang.

"Ahh, maaf. Kau tidak apa…." Ternyata aku menabrak seorang wanita cantik. Aku terdiam sebentar menatap wanita itu. Dia memiliki rambut pirang dan panjang wajah polos. Dia sangat cantik.