webnovel

Blood on Rain

Ini adalah sebuah kisah tentang darah yang menetes di atas hujan. Kisah yang dipenuhi oleh darah, dan hujan.

Reines_Herz · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Kehidupan baru?

"Ahh, apakah kau terluka. Maaf aku tidak sengaja menabrakmu." ucapku pada wanita itu sambil mengulurkan

"Tidak apa, aku baik - baik saja." Wanita itu menjawab seperti itu, tapi dari ekspresi wajahnya dia tidak sedang baik – baik. Aku tahu dia sedang kebingungan.

"Tuan Rein, kenapa kau ada di sini?" Pelayan tadi tiba – tiba saja sudah berdiri di sampingku.

"Aaah, kenapa kau bisa tiba – tiba berada di sini!"

"Tuan, anda bukan seorang anak kecil lagi, apalagi anda sekarang sudah menjadi seorang perdana menteri. Anda harus mengurangi kebiasaan burukmu." Pelayan itu mendorong pundakku pergi menjauh dari wanita berambut pirang itu.

Pelayan itu berhenti mendorongku, ia membalikkan badannya.

"Nona Eliz, anda juga harus bersiap."

"A..anu, aku ada di mana? Aku tidak tahu aku sedang berada dimana. Mungkin ini terdengar aneh, tapi–aku tidak kenal dengan kalian." ucap wanita pirang.

"Sepertinya kalian berdua bekerja sama untuk membodohiku. Saya mohon hentikan itu, ini menjijikan."

"Kami tidak pernah bekerja sama untuk membodohimu, bahkan kami belum pernah bertemu sama sekali."

"Huhh?'

Tiba – tiba seperti ada sebuah benda yang masuk ke dalam telingaku. Benda itu seperti masuk ke dalam kepalaku. Sesaat kepalaku terasa sangat sakit hingga aku terduduk di lantai.

"…Rein! Tuan Rein!"

Rasa sakit itu perlahan menghilang, tetapi tiba – tiba di kepalaku seperti terpikir beberapa ingatan yang tidak jelas dan berisi tentang kejadian – kejadian yang tidak pernah terjadi di hidupku. Ingatan – ingatan itu seperti kabur, dan banyak orang dalam ingatan itu tidak memiliki wajah. Tetapi…

[Pengenalan memori dalam progres _45%]

Tiba – tiba aku berada di tempat yang berbeda setelah teks aneh itu menghilang, sebuah taman yang dipenuhi oleh lautan bunga terbentang luas di depanku.

"S-salam kenal, nama saya Hibrina Violet." ucap seseorang yang berada di belakangku. Aku membalikkan badanku.

Seorang gadis kecil seperti berlutut padaku. Aku apa yang dilakukan oleh gadis kecil itu. Ia kemudian berdiri dan menatapku.

Tunggu… sepertinya aku pernah melihat wajah gadis kecil itu. Ya, wajahnya itu… pelayan wanita yang kutemui tadi. Kenapa aku bia berada di sini? Kenapa banyak kejadian aneh yang terjadi padaku? Aku terus bertanya dalam diam di pikiranku. Gadis itu memiringkan kepalanya sambil bertanya:

"Tuan Rein, anda kenapa?"

"Huhh, tidak…."

Ehhhh…! Suara ini, bukankah! Ini adalah suara anak kecil yang masih berumur lima tahun-an. Aku menundukkan kepalaku dan menatap ke bawah. Tubuh ini… Ini tidak benar. Aku adalah seorang pria berumur 25 tahun dengan tinggi 181 cm—tapi tubuh ini seperti seorang anak kecil. Aku kembali menatap gadis kecil itu. Aku baru menyadari bahwa gadis itu terasa lebih tinggi dariku.

"Tuan Rein?" ucap gadis kecil itu sambil memiringkan kepalanya.

Sesuatu tiba – tiba terasa seperti menusuk pikiranku. Penglihatanku kabur, dalam pandanganku yang kabur–gadis kecil itu terlihat berlari ke arahku.

"Tuan Rein!"

Penglihatanku telah kembali normal.

"Anda kenapa, apakah anda merasa kurang enak badan?"

Gadis kecil itu berubah menjadi pelayan yang pertama kutemui tadi.

Tunggu… kenapa aku merasa kenal dekat dengannya, padahal aku tidak pernah bertemu dengannya. Apa yang terjadi.

"Hibrina Violet…"

"Huh?"

"Apakah itu nama panjangmu?"

"Hmph, kenapa anda tiba – tiba menyebut nama panjangku?"

Sudah kutebak…

Apakah itu semacam ingatan baru atau apa. Aku merasa telah kenal lama dengannya. Orang – orang dalam ingatan – ingatan asing itu, wajahnya mulai terlihat. Anehnya tiba – tiba aku bisa mengenal nama – nama mereka. Ini sangat tidak masuk akal, tetapi ini benar benar terjadi di dalam kepalaku. Terlalu banyak hal aneh yang terjadi hingga aku tidak bisa membedakan hal yang nyata.

"Tuan Rein."

Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi. Semua ini tidak masuk akal bagi otakku.

"Tuan Rein! Apakah anda tidak mendengarku!"

"Ahhh iya, maaf, aku tadi melamun sebentar."

"Apakah hari ini anda kurang enak badan? Tingkah anda tidak seperti biasanya."

"Ah tidak."

"Untuk sekarang anda harus cepat bersiap – siap, karena hari ini adalah gladi bersih untuk pelantikanmu."

"Pelantikan? Pelantikan apa?"

"Sudahlah, cepatlah pergi mandi!" Aku masih ingin bertanya kepadanya, tetapi dia sudah mendorongku dari belakang agar aku pergi. Rasa ingin tahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi makin membesar.

Aku berjalan pergi dari tempat itu. Entah kenapa, secara tidak sadar aku berjalan memasuki sebuah tempat pemandian. Diriku seperti tahu letak tempat ini, padahal aku belum pernah sekalipun menginjakkan ke tempat ini sekalipun. Aku berjalan ke dalam kolam, yang sepertinya adalah pemandian air panas.

"Huh, sudah lama aku tidak berendam seperti ini." Aku merendamkan seluruh tubuhku di kolam itu. Kehangatan memenuhi tubuhku, seketika aku melupakan semua pikiran yang membebani otakku. Semua itu terasa terlepas dan menghilang tergantikan oleh ketenangan. Sesaat aku melupakan semua yang terjadi tadi, tetapi aku kembali terpikirkan kejadian yang baru saja ku alami.

Aku tiba – tiba saja berada di tempat asing, yang tidak dikenal. Makhluk yang muncul saat itu dan lautan manusia yang aku lihat—itu bukan sebuah mimpi kan. Over Heavens?... Aku ingat makhluk itu terus berbicara tentang Over Heavens, dunia baru, atau apalah itu. Apakah saat itu aku tidak salah dengar? Aku mencoba mencubit tanganku, dan itu terasa sakit.

Ini semua nyata! Aku memeriksa dan meraba semua tubuhku. Tidak ada yang berbeda, tubuhku baik – baik saja. Tetapi benda apa itu… Sebuah tulisan muncul di depanku pada saat itu, benda itu seperti mengambang di udara tanpa sebuah penyangga, dan menghilang begitu saja. Itu semua kejadian itu tidak masuk akal bagiku.

…kreekkk… Terdengar seseorang membuka pintu. Aku membalikkan badanku….

"Kyaaaaaa." Tiba – tiba orang itu menjerit. Wanita berambut pirang yang kutemui tadi terlihat berdiri di pinggiran kolam dengan hanya mengenakan sehelai handuk di tubuhnya.

"Maaf!" Dengan cepat aku membalikkan badanku dan merendamkan seluruh tubuhku ke dalam kolam untuk menyembunyikan tubuhku yang masih telanjang bulat.

"Ada apa ini?" Violet kembali tiba – tiba muncul dari arah pintu.

"Ahh, Nona Eliz, aku lupa memberitahumu. Di tempat ini memang tidak memiliki sekat, karena tempat ini sebenarnya pemandian pribadi milik Tuan Rein."

Ehh… pemandian pribadiku?

"Ah, kalau begitu aku akan menunggumu selesai."

"Silahkan jika kau ingin menggunakan tempat ini. Aku sudah selesai." ucapku sambal membalikkan badan.

"Kyaaa!"

"Maaf!"

Kenapa aku membalikkan badanku.

"Pakailah handukmu dulu." Violet menyodorkan sehelai handuk kepadaku.

Aku meraih handuk itu dan memakainya. Dengan segera, aku keluar dari kolam dan berjalan menuju ke ruang ganti yang berada di samping tempat pemandian itu.

"Aku sudah menyiapkan pakaian anda, Tuan Rein."

"Ah iya, terima kasih."

Di depanku sudah tersedia pakaian di atas sebuah meja. Aku mengambil pakaian itu. Dari desainnya, pakaian ini terlihat seperti pakaian – pakaian kemiliteran. Kemeja berwarna merah dan dihiasi ornamen – ornament, dipadukan dengan celana hitam. Dengan sekilas aku melihat diriku sendiri bak seperti pangeran Inggris. Pakaian ini sepertinya cocok untukku.

Tunggu sebentar…

Apakah tadi Violet membicarakan tentang pelantikan? Pelantikan apa?

"Tuan Rein, apakah kau sudah siap?"

"Huh, i-iya." Tiba – tiba Violet kembali muncul di sampingku. Hmm, apakah Langkah kakinya memang tidak bisa didengar. Entah kenapa aku merasa memaklumi hal itu.

Violet berjalan keluar dari ruangan ini. Ia berhenti tepat di depan pintu, kemudian ia membalikkan badanya dan menatapku dengan senyuman tipis.

"Selamat Tuan Rein, akhirnya kau bisa meneruskan perjuangan ayahmu, seperti yang kau cita – citakan sejak kecil."

"Cita – citaku?"

"Dulu kau pernah bercerita padaku saat kita masih kecil, anda sangat ingin menjadi seperti ayahmu. Aku masih mengingatnya. Saat itu aku baru mengenalmu, anda masih berumur lima tahun dan aku berumur tujuh tahun. Anda saat itu terus membicarakan kisah – kisah kepahlawanan ayahmu dan anda terus menerus berkata ingin menjadi sepeti ayahmu, saat itu aku tidak mengerti apapun yang dibicarakanmu. Tetapi aku melihat sebuah cahaya yang bersinar didalam dirimu, saat itu aku menjadi yakin bahwa semangat di hatimu itu sungguh – sungguh. Saat ini… saat ini…."

Air mata keluar dari mata Violet. Air mata itu mengalir dari mata sebelah kanannya. Aku hanya bisa terdiam melihatnya menangis. Tangisan itu bukanlah ungkapan kesedihan, tetapi itu adalah pancaran kebahagiaan, walaupun diriku adalah orang yang tidak terlalu mengenal perasaan orang lain—tapi aku bisa merasakan perasaannya.

"Saat ini aku sangat bahagia, jalan untuk mencapai impianmu telah terwujud. Ayah dan ibumu pasti bangga disana."

Aku mengingatnya… Sebuah ingatan tib menceritakan masa laluku di dunia ini. Ayahku bernama Schafer Herz, dia adalah seorang Jenderal dan Perdana Menteri Kerajaan Britania. Dia memiliki sebuah nama besar yang dikenal sebagai 'Si Penyelamat Suci Utusan Sang Dewa'. Julukan itu ia terima karena jasanya yang besar bagi Kerajaan Britania. Dulu Britania hanyalah sebuah negeri yang hampir hancur karena perang saudara, kemiskinan merajalela, dan infrastruktur kerajaan ini hampir tidak memiliki bentuk. Dia sebenarnya adalah salah satu kubu yang ikut dalam perang, tetapi ia mengalah dan tunduk kepada lawannya untuk membangun kembali negeri ini walau sebenarnya kubu yang dia pimpin lebih kuat dari lawannya.

Tunggu… Kerajaan Britania? Apakah itu nama tempat ini? Berarti aku saat ini benar – benar tidak berada di London. Jadi aku sedang berada di mana?

Huh… Kenapa aku baru menyadarinya?

"Tuan Rein?"

"Huh, iya."

"Ini sudah waktunya kau untuk berangkat, Nona Elizabeth juga sudah siap."

Elizabeth?

Aku membalikkan tubuhku. Seorang wanita berambut pirang dengan memakai gaun putih yang sangat cerah. Kecantikan dan kelembutan menyambut mataku saat aku menatapnya. Aku terdiam memandanginya.