Waktu semakin cepat berlalu, perasaan cinta sepihak yang dimiliki Sion pun semakin bergejolak tak tertahankan Setiap detiknya.
Setiap harinya pada pagi hari sampai sore hari dia selalu ke hutan yang sama, dengan tujuan yang sama yaitu melihat wajah cantik dan mendengar suara indah dari wanita pujaan hatinya.
Semakin sering Sion merasakan kehangatan, kenyamanan ,dan kekaguman ketika mendengar nyanyian gadis pujaannya, membuat jiwanya yang telah tersihir oleh cinta tidak sanggup lagi bertahan dari persembunyian.
Dengan dada yang telah sesak akan ribuan ungkapan cinta, akhirnya Sion mulai berpikir untuk memberanikan diri menunjukkan dirinya dan mengungkapkan kekagumannya kepada gadis pujaannya itu.
Tanpa bepikir panjang lagi dia memacu kudanya dengan cepat seperti rasa rindunya yang tak tertahankan lagi, semakin dekat jarak yang dia tempuh semakin keras pula detak jantungnya yang membuat dia hampir mati dilanda cinta dan kecemasan yang menggebu-gebu tak berujung.
Hingga setelah dia sampai di depan hutan dan mengikatkan kudanya di pohon biasa tempat kuda itu di ikat, Sion yang gemetaran karena ingin menemui gadis dalam mimpinya mencoba menenangkan diri.
"Kawan bagaimana ini? belum pernah aku merasakan keinginan sebesar ini di barengi ketegangan rasa cemas sebesar ini pula, bahkan melawan singa buas lebih mudah bagiku daripada situasi seperti ini. Tapi aku harus berani seperti biasanya, karena aku bisa gila menahan perasaanku ini," ungkap Sion kepada kudanya dengan sangat tulus .
Dengan keteguhan hati yang telah dia bangun, Sion berjalan melewati hutan sembari memetik setiap buah yang dia temui. Begitu pula ketika dia telah sampai di sungai, dia menangkap ikan yang besar dan segar, ini semua di lakukannya sebagai harapan dan hadiah yang akan dia berikan sebagai tanda perkenalan bagi gadis itu nantinya.
Setelah dia sampai di tempat biasanya dia bersembunyi, di sana dia ingin memetik bunga yang paling indah untuk di berikannya nanti, namun karena dia tidak tau bunga mana yang paling indah dan bagian mana yang menjadi tolak ukur suatu keindahan pada bunga sehingga bunga itu bisa disebut lebih indah dari pada bunga yang lain, dia akhirnya memetik semua macam bunga yang dia lihat disana dengan harapan jika memilih satu yang terbaik itu susah maka lebih baik mengambil semuanya.
Selagi Sion memetik satu tangkai bunga dari setiap jenisnya, dia tidak sadar dia telah berjalan jauh ke arah bukit yang penuh dengan berbagai macam bunga. Tiba-tiba terdengar suara hewan mengeram, dan ternyata di belakangnya telah mengintai seekor serigala dewasa yang telah bersiap menerkamnya.
Sion yang terkaget langsung terduduk sedikit gemetaran karena jarak serigala dengan dirinya hanya sekitar 10 kaki saja, karena Sion adalah seorang pemburu yang cukup terlatih dia mencoba memberi perlawanan dengan cara menakuti serigala itu dengan menunjukkan giginya sama seperti yang serigala itu lakukan, degan pelan dia melangkah ke belakang untuk mengambil jarak yang bagus untuk menembak, karena kebetulan dia
membawa senjata api atau pistol yang biasa dia pakai.
Merasa bahwa keadaan tanah di belakangnya adalah tanah yang datar karena di tumbuhi banyak bunga, dia langsung berguling kebelakang dan mengambil senjatanya bersiap untuk menembak.
Namun ternyata di balik bunga-bunga itu adalah tebing yang cukup dalam dan berbatu-batu, hingga akhirnya tebing itu menjatukan Sion kebawah dan seluruh tubuhnya berantukan dengan bebatuan tebing, namun sialnya serigala lapar itu masih terus saja mengejarnya, serigala itu ikut melompat kebawah dan berlari mencoba menerkam Sion yang telah berusaha berdiri.
Dengan cepat Sion menarik pistolnya dan melepaskan satu tembakan ke arah serigala, namun sayang tembakan itu meleset karena tangan Sion telah terluka dan tubuhnya telah berdarah-darah karena terbentur dengan banyak bebatuan saat terjatuh dari tebing tadi.
Sion yang melihat perhatian serigala sedikit teralihkan karena suara tembakan tadi langsung berlari menuju arah rumah pohon mencoba mencari tempat yang tinggi agar dia tidak dapat di raih oleh serigala itu.
Sion yang telah lemah dan pincang berlari sekuat tenaga ke arah rumah pohon, namun sayangnya belum sempat menaiki tangga rumah pohon itu Sion sudah tidak kuat berdiri lagi, serigala yang telah siap menerkamya telah membuka cakar dan rahangnya lebar-lebar, sebagai usaha terakhir Sion mengangkat pistolnya dengan kedua tangannya mengarahkannya tepat ke wajah serigala itu.
Sebelum Sion melepaskan tembakannya, gadis cantik dari dalam pohon menghentikannya.
"Hei... jangan melukai hewan itu!" teriak gadis itu lembut.
"Kenapa? dia yang ingin membunuhku tanpa alasan, apa aku harus membiarkan diriku dimangsa olehnya?" jawab Sion dengan nafas yang telah kelelahan.
"Kau salah, setiap hewan akan membunuh dengan suatu alasan, baik itu melindungi diri maupun mencari makan. Hanya manusialah satu-satunya hewan yang dapat membunuh mahluk lain meski tidak memiliki suatu alasan pun," jawab gadis cantik itu dengan nada malu dan takut melihat orang baru seperti Sion.
Lalu gadis itu mulai bernyayi dengan indahnya membuat semua mahluk terdiam dan menjadi tenang, begitu pula dengan serigala yang sangat ganas tadi menjadi jinak dan begitu tenang meninggalkan Sion yang telah terkapar lemas, sekali lagi gadis cantik ini berhasil membuat sion terkagum-kagum kepadanya.
Setelah serigala itu telah pergi dan keadaan telah tenang, Sion yang sudah sangat lemas dan kelelahan tidak sanggup lagi menahan kesadarannya hingga dia tertidur tak sadarkan diri.
Waktu berjalan, dalam tidur nya yang semakin tersadar Sion seperti mencium aroma bunga, setelah dia terbangun matanya terbuka pelan sembari mengamati sekitarnya, ternyata dia terbangun di tengah-tengah taman bunga yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Dengan tubuh yang masih lemah Sion berusaha menguatkan perutnya untuk duduk, ketika dia duduk dia baru tersadar bahwa seluruh lukanya telah terawat dengan baik. Setiap luka berdarah maupun goresan telah bersih dan di perban dengan robekan kain, dan di dalam kain yang menutupi luka juga terdapat ramuan seperti dedaunan berair yang telah di tumbuk dengan baik dan di beri minyak bararoma zaitun.
Sion juga merabah kepalanya yang tadinya penuh cucuran darah karena terbentur dengan batu yang cukup besar ternyata juga telah bersih dan di perban dengan baik.
Dia yang semakin kebingungan akan apa yang telah terjadi pada dirinya mencoba mencari jawaban, dia dengan pelan menoleh kesegalah arah dengan menahan rasa sakit karena lehernya mengalami keram ketika digerakkan, mencari jejak akan apa yang terjadi padanya.
Pada sisi kanannya dia melihat sebuah roti panjang beserta pistol miliknya telah tergeletak di kelilingi semut beserta sisi luar rotinya seperti ada patukan burung yang telah memakaninya, dia yang telah kelaparan pun langsung menyantapnya sembari berterimakasih kepada siapapun yang telah berbuat baik kepadanya.
Selagi memakan roti itu Sion tersadar bahwa satu-satunya kemungkinan orang yang merawatnya adalah gadis cantik di dalam rumah pohon itu, dengan penuh kesakitan dia mengambil senjatanya kembali dan berusaha berdiri serta kembali memetik berbagai macam bunga untuk dia berikan sebagai permintaan terimakasihnya kepada gadis baik hati itu.
Dengan langkah tertatih menahan perih dan sakit, dia berjalan menyeret kaki kirinya untuk menghampiri gadis itu, namun sesampainya di sana dia melihat jendela rumah pohon itu telah tertutup dan sangat sepi.
Akhirnya karena tidak tau harus berbuat apa, Sion pun mencoba memanggil gadis itu dengan sopan.
"Permisi wahai gadis yang baik hati, perkenalkan nama saya adalah Sion, Izinkanlah saya mengucapkan terimakasih banyak atas kebaikan mu yang telah menolong dan menobati saya." Ucap Sion dengan penuh terimakasih ke arah rumah pohon di depannya.
Namun sama sekali tidak ada balasan dari gadis itu, yang membuat sion kembali berusaha berbicara dengannya.
"Baiklah, tidak apa-apa jika dirimu tidak mau bertemu denganku, namun setidaknya terimalah bunga yang telah kupetik ini sebagai tanda terimakasihku atas pertolonganmu," lanjut Sion sembari mengangkat bunga di tangannya.
Namun kembali tidak ada jawaban dari rumah pohon itu.
"Apakah kau tidak suka bunga ini? ataukah saya harus memetik bunga yang lain?" lanjut Sion bertanya.
Dengan tiba-tiba akhirnya gadis di dalam rumah pohon berteriak seperti cemas.
"Ja-jangan melukai bunga lagi! aku tidak suka jika kau memetik bunga yang sedang berjuang menghiasi dunia dan membuat mereka mati hanya karena ke egoisanmu," teriak wanita itu dengan nada gemetaran.
"Oh maaf kan saya jika itu membuatmu marah, sungguh saya berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi jika itu hanya karna ke egoisan saja, tapi saya mohon perlihatkanlah dirimu agar saya bisa berterimakasih secara terhormat kepadamu wahai gadis baik hati," pinta Sion dengan badan yang membungkuk hormat.
"Aku mohon kamu pergi saja, ibuku tidak suka jika ada orang lain disini, jika kamu ingin berterimakasih maka pergilah!" jawab gadis itu.
"Baiklah kalau itu mau mu gadis baik hati, namun setidaknya saya mohon beritahukanlah namamu, saya berjanji akan pergi jika engkau memberitahukannya," pinta Sion lagi dengan penuh harapan.
Karena gadis itu merasa bahwa sebentar lagi ibunya akan datang, dengan sangat terpaksa dia memberitahukan namanya agar pria itu pulang dan tidak bertemu dengan ibunya, sehingga tidak akan ada masalah lain yang akan muncul nantinya.
"Saroh," jawab gadis itu pelan.
"Apa?" tanya Sion dengan penasaran.
"Sarohhhhh!" teriak Saroh merasa kesal dan terpaksa.
"ohh Saroh, nama yang cantik secantik orang nya seindah suaranya," ujar Sion sembari tersenyum merasa puas dan bahagia karena akhirnya dia mengetahui nama gadis yang dia kagumi.
"Yasudah saya pergi sekarang, terimakasih atas segalanya gadis baik hati, Saroh..." lanjut Sion tersenyum.
Sion pun pergi kearah jalan pulang dengan tertatih-tatih demi menepati janjinya, setelah bersusah payah berjalan akhirnya dia tiba di depan kudanya, dan dia dengan amat kesakitan menaiki kuda itu, dia menunggangi kuda nya dengan badan yang tergeletak di atasnya karena sudah sangat lemah, Apollo yang seperti mengetahui keadaan tuannya pun berjalan dengan pelan dan sangat hati-hati.
Hari yang sulit dan menyakitkan memberikan kebagahiaan tak terbendung bagi Sion, walapun seluruh tubuhnya kesakitan namun hatinya penuh dengan kebahagiaan.
Cinta terkadang datang dalam ketidak pastian, namun dalam setiap ketidak pastian pasti akan selalu ada harapan, dan dalam setiap harapan pasti akan selalu ada doa penuh cinta meski hati kesepian.