16 Menang Karena Kehadiranmu

"Siapa pria yang sedang mendekatimu?" tanya Wat.

"Tidak ada," jawab Lin, sangat dingin.

"Banyak yang sudah membicarakannya, Lin …."

"Kalau ada yang mendekatiku, apa itu menjadi urusanmu?" tanya Lin.

"Aku suami kamu. Aku perlu tahu," jawab Wat.

***

Wat melakukan pemanasan usai mengganti pakaiannya. Ia melakukannya di dalam ruang ganti, bersama beberapa temannya yang satu tim dengannya.

"Wat, sepatu baru, ya?" tanya Mario, yang juga tergabung dalam kesebelasan sepak bola di jurusannya.

"Iya. Bagus, tidak?"

"Keren. Aku menyukainya … ingin beli, tapi … nanti dikira kembaran, hahaha …."

"Pasanganku yang memilihkannya. Aku ingin yang putih, tapi dia minta warna ini saja. Dan sekarang … aku juga menyukainya," ujar Wat.

"Wah … aku masih penasaran dengan pasanganmu, Wat. Satu kampus sedang ramai membicarakan kamu yang saling follow dengan si cantik dari gedung jurusan sebelah," tutur Mario.

"Kamu ingin membahas Lin?" tanya Wat seolah jenuh dengan pembahasan yang itu-itu saja.

"Aku hanya ingin tahu kebenarannya saja, Wat … kalau memang tidak, ya aku juga ingin mencoba mendekatinya."

"Kalau ingin mendekati wanita … lebih baik cari tahu lebih dulu latar belakangnya. Apakah ia memang lajang atau sudah memiliki pasangan," tutur Wat.

"Pasangannya Lin, itu kamu?" tanya Mario.

"Bukan."

Wat masih saja menutupi kalau pasangannya itu adalah Lin.

"Oh iya, yang aku tahu … kamu bukannya memiliki pasangan dan itu—"

"Ssst! Jangan berbicara terlalu keras!" perintah Mario dengan memelototi Wat.

Wat menarik paksa bibirnya untuk tersenyum.

"Lalu, untuk apa kamu ingin mendekati Lin?"

"Jika hubungan itu diketahui publik, aku bisa jadi bulan-bulanan, Wat. Kamu tahu bukan, selain kamu … aku juga cukup terkenal di kampus. Maka dari itu, aku membutuhkan wanita untuk menjadi kekasih, menutupi hubunganku dengan pria itu," bisik Mario menjelaskan.

"Tapi kenapa harus Lin?!" tanya Wat, kali ini tidak terima, istrinya ingin dijadikan bahan pelarian saja.

"Kamu kenapa marah seperti itu? Selama Lin masih dengan statusnya yang jomlo, aku akan berusaha mendekatinya."

***

"Water …! Water …! Water …!!!"

Seru para pendukung pria pemilik nama lengkap Water Ionataurus.

Sudah dua kali di babak pertama, Wat mencetak gol untuk jurusannya.

Pekik yang begitu nyaring dan membuat lapangan menjadi bising, hanya digelengkan kepala saja oleh Wat, yang sebenarnya tidak butuh dukungan berlebihan seperti itu.

Babak pertama usai dan seluruh pemain beristirahat sejenak.

Mata Wat tertuju pada wanita yang berada di balik kerumunan pendukungnya.

Ia berjalan menuju arah yang berlawanan, ia menghampiri jurusan lawan, yang saat ini sedang bertanding dengannya.

Seluruh isi lapangan menujukan pandangan mereka pada Wat.

Sorak dan histeris para mahasiswi pecah ketika Wat berhenti di hadapan mereka.

Bukan hanya di jurusannya saja, para pendukung Wat juga berada di jurusan lawan.

Tangan Wat bertolak pinggang, memasang raut dingin yang semakin menunjukkan ketampanannya.

"Kamu ngapain di sana?" tanya Wat.

Seluruh mata tertuju pada seseorang yang disapa oleh Wat.

"A—aku—"

"Berada di jurusanku dan dukung aku," ucap Wat.

"T—ta—"

Wat menyelinap ke dalam barisan para mahasiswi dan menarik pelan pergelangan tangan wanita yang sudah hidup satu rumah bersamanya selama hampir dua tahun ini.

Lin Kalvinaceka, sore ini menjadi pemeran utama wanita yang membuat geger bukan hanya seisi lapangan saja, tetapi seisi kampus.

Tangan Wat masih menarik Lin, mengajaknya menuju ke barisan pendukung jurusannya.

"Wat!"

"…"

"Wat!!!"

Wat tersentak.

Ia tersadar dari lamunannya.

"Wat, kamu melamun saja. Apa yang kamu lihat?" tanya Mario.

"Seseorang di sana," jawab Wat.

"Pasangan kamu?"

Wat menaikkan kedua bahunya, tidak bisa menjawabnya lagi. Ia memilih berlalu, bergabung dengan tim kesebelasannya untuk istirahat.

'Apa yang sedang aku pikirkan? Mengapa aku jadi terngiang ucapan Mario. Aku tidak mungkin mempermainkan Lin hingga separah itu,' batinnya bergumam.

Sementara itu, Lin kini tidak hanya berdua dengan Ran saja. Ada Win, yang datang menemaninya.

"Seharusnya kamu berada di jurusanmu, Win … bukan di sini," tutur Lin.

"Kamu ada di sini, jadi ya … aku kesini. Tujuanku itu, untuk bertemu kamu, bukan menonton pertandingan ini," balas Win, memberikan dua botol minuman dingin kepada Lin.

Lin menerimanya dan memberikan satu kepada Ran. Tak lupa keduanya mengucapkan terima kasih pada pria tampan yang kini terlihat sedang berusaha mendekati Lin.

"Hmmm, Win … kamu mendekati Lin, apa sudah pernah mengajaknya kencan?" tanya Ran, menggoda.

"Ran … kamu apaan, sih?!" gerutu Lin.

Win tersenyum, ia mengusap kepala Lin pelan.

"Lin!"

Mendengarnya, semua menoleh pada sumber suara itu.

Terutama Lin, yang kini membesarkan kedua matanya, terkejut melihat kehadiran Wat di depan matanya dan jelas memanggil namanya.

"W—wat?" tanya Lin, ragu.

Wat menyingkirkan tangan Win dari kepala Lin. Dengan hati yang sangat berdebar, memberanikan diri untuk menyentuh pria yang selama ini ia sukai.

"Maaf," ucap Win.

Mata Wat tertuju pada Win, yang melihatnya dengan melirik, kemudian menunduk.

"W—wat, ada … apa?" tanya Lin, ingin tahu kedatangan Wat.

"Aku hanya ingin berkeliling saja," jawabnya dengan gaya khas, ketus namun semakin menunjukkan ketampanannya.

'Apa yang ada di pikiran Wat? Setelah ini, pasti banyak yang akan mengajukan pertanyaan padaku,' batin Lin mengeluh, khawatir ia akan mendapat serbuan dari mahasiswi yang sedang memburu cinta Wat.

"Lin," panggil Wat.

"Hm?"

"Kalau aku menang, ini karenamu. Terima kasih sudah datang," ujar Wat dan kemudian berlalu begitu saja.

Seru hingga pekik para mahasiswa yang mendengarnya, terdengar begitu nyaring.

Senang, namun masih tidak percaya dengan perlakuan dan apa yang baru saja dikatakan oleh Wat kepadanya.

Sementara itu, mata Win masih melihat punggung Wat yang berlalu semakin jauh dan kini sudah tertutup oleh para tim kesebelasannya.

'Pria itu … siapanya Lin, ya?' batinnya bertanya-tanya.

"Lin… jadi kamu benar sedang dekat dengan Wat? Atau kamu pasangannya Wat?"

Win menoleh pada Lin yang sedang diserbu oleh mahasiswi yang menjadi pendukung Wat.

'Lin, sungguh beruntung dirimu,' batin Win.

***

Lin, Win dan Ran, berjalan bersama menyusuri koridor kampus untuk pulang. Sudah malam dan Win berniat ingin mengantar Lin pulang.

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri," ujar Lin menolaknya. "Lagipula, arah rumahku dengan Ran juga sama, jadi aku bisa naik bajaj bersama dengannya," tutur Lin.

"Oh begitu … baiklah. Setelah datang bajaj, aku akan pergi."

Tidak lama menungu, datang beberapa bajaj yang menepi di depan kampus. Lin dan Ran berpamitan pulang dan meninggalkan Win sendiri di tepi jalan.

Huft …

"Win!"

Terdengar suara seseorang memanggil pria tampan itu. Win menoleh, menuju ke arah sumber suara.

"Ada apa?" tanya Win yang kini sudah berhadapan dengan pria yang memanggilnya.

"Apa kamu menyukai Lin?"

avataravatar
次の章へ