"Maksudmu?"
"Nenek Delima bilang," Keisha mengangkat kotak kayu tempat penyimpanan batu mulia tersebut sebelumnya. "Tepak sirih ini seluruhnya terbuat dari kayu gaharu."
"Aah, pantas saja dari tadi aku mencium bau yang harum," ujar Mutiya.
"Jadi begitu?" Kurnia mengangguk-angguk.
"Dulu, aku pernah mendengar bahwa kayu gaharu berharga sangat mahal."
"Kau tidak salah," kata Kurnia kepada sang anak. "Kayu gaharu memang memiliki harga yang sangat tinggi."
"Itu yang aku pikirkan, Pa. Ya… mungkin saja tepak sirih ini bisa menjadi tambahan untuk modalku nanti."
"Baiklah. Aku akan menghubungi orang yang memahami seluk-beluk batu permata," kata Kurnia. "Dan untuk sementara, kalian jangan membicarakan soal intan itu kepada siapa pun. Sebab, kita sama tidak mengetahui apa yang ada dalam pikiran orang-orang."
"Ya, kamu benar, Sayang," ujar Mutiya.
Keisha tersenyum mendengar itu, memandang sang ibu yang terlihat jauh lebih bergairah dan lebih cantik dari sebelum-sebelumnya.
***
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください