"Tidak," kata Delima. "Aku yang minta maaf. Seperti dirimu kemarin, mungkin sekarang akulah yang memiliki ketakutan berlebihan. Kekhawatiran yang besar akan kehilanganmu."
Keisha menjulurkan tangan kirinya melewati punggung Delima, menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
"Dengar, Delima… ini janjiku padamu. Apa pun yang terjadi, aku pasti tidak akan bisa meninggalkanmu."
"Kei…" Delima mencoba untuk tersenyum, namun senyuman itu terlihat hambar. "Jangan melangkahi Tuhan, Kei. Kata 'pasti' hanya bisa diucapkan ketika sudah terjadi."
"Aku tahu," Keisha memeluk erat gadis tersebut. "Aku tahu. Aku hanya ingin memastikan padamu, seperti itulah janjiku, Delima. Walaupun aku tahu, aku juga akan merasa akan sangat kehilanganmu selama di Jakarta nanti."
"Kapan kamu akan pergi, Kei?"
"Siang ini."
"Begitu, ya?"
Delima menghela napas, satu tangan mengelus dada sang pemuda, lalu menjatuhkan wajahnya di dada yang sama.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください