Angin berhembus kencang dari arah jendela kelas, cuaca hari ini sangat cerah, angin mengeluarkan tenaganya dengan mudah.
"San, besok jadi kan kita latihan?"
"Jadi Ci"
"Oke"
"Kenapa emang?"
"Gak apapa, cuma mau cek alat aja"
"Kamu bilang aja kalau mau minta bantuan"
"Oke. Makasih banyak"
"Sama sama"
"Aku ke meja ku ya"
"Iya"
Suasana kelas pun ramai, aku pun kembali duduk di tempatku.
"Ci, ada yang nyari" ujar Ratih sambil teriak di depan kelas.
"Siapa?" teriakku di bangku sambil berjalan keluar kelas.
"Tuh disana" tambah Ratih sambil menunjuk orangnya. Akupun berjalan menghampirinya.
"Maaf, dengan siapa?"
"Andre" ucap dia sambil berbalik kearahku.
"Oh kamu, kenapa Dre? ada yang bisa aku bantu?"
"Gue cuma mau ngasih daftar hadir kemaren pas latihan gabungan. Kata Kak Dito suruh dititipin sama Lo"
"Owalah iya, sini. Makasih banyak ya"
"Sama sama. Em Lo udah sarapan?
"Udah."
"Oh yaudah . Gue pamit pergi dulu ya?"
"Oke". Setelah Andre pergi, tak lama Akupun masuk ke kelas lagi.
Bel masuk pun berbunyi, semua anak kelas pergi merapikan meja masing masing. Hari ini adalah mata pelajaran seni rupa, kamipun diberi waktu untuk melukis bebas selama 2 jam.
Aku sangat mengakui, bahwa salah satu kelemahan ku di mata pelajaran seni rupa. Semua orang sangat serius dengan karya mereka, dan sudah memulai sekitar 30 menit yang lalu. Sedangkan aku hanya bisa melirik kesana kemari, mencari tahu apa yang harus aku gambar dan lukis?
"Ci, cepetan kerjain."
"Aku bingung harus buat gambar apa"
"Terserah, yang penting Lo gambar sekarang".
Jujur aku sendiri belum terfikirkan mau menggambar apa, namun aku sendiri gak mau membawa banyak PR ke rumah, jadi aku sekuat tenaga mengerjakan lukisanku.
Dua jam tak begitu terasa, kamipun selesai menggambar.
"Anak anak, kalau sudah menyelesaikan gambaran kalian, bapak bagikan cat warnanya. Dikarenakan waktunya tidak cukup, kalian boleh bawa pulang lukisan kalian untuk diberi warna cat yang kalian suka"
"Baik pak"
"Baiklah tolong maju sesuai Absen untuk mengambil cat nya masing masing"
Kamipun mengambil cat yang diberikan Pak Santoso, guru seni rupa kami.
"Anak anak, pembelajaran hari ini di cukupkan sampai disini, lukisannya di PR kan, Minggu depan jangan lupa dikumpulkan".
"Baik pak" ucap anak anak serentak.
"Ci, Lo gambar apa? Kayanya gak asing"
"Gambar apa yang ada di depan kelas kita Ra"
"Emang ada bangunan ini?"
"Ada Ra"
"Dimana?"
"Sebrang lapang sana ada bangunan tua yang sekarang sudah di runtuhkan. Dan ini kelas yang ada di depan kita."
"Oh ya, gue mungkin gak inget" ucap Ratih. "Nah kalau ruangan kelas ini gue tau, karena ruang kelas itu antik, dan harus dijaga keasliannya" tambah Ana sambil nimbrung
"Oh ya?" tanyaku
"Iya" ucap Ana.
"Cuma bangunan ini yang dari dulu sampe sekarang gak boleh di ubah" jelas Ana.
"Kenapa gak boleh diubah?" tanya Ratih dengan serius.
"Gue gak tau lebih jelasnya, tapi uang gue tau itu bangunan peninggalan jaman Belanda"
"Oh..." Jawabku dan Ratih secara bersamaan.
" Ayo buruan istirahat, Sandi udah nungguin Lo dari tadi" ucap Novi.
"Oke" ucapku.
Kamipun beristirahat di kantin bersama. Lalu belajar kembali seperti biasanya. Tak terasa hari semakin siang, namun
"Ra, Lo gak apapa kan?"
"Gue sakit perut"
"Tahan bentar lagi pulang. Lagian gak ada yang salah dengan makanan nya. Tapi kalian menambah sambal secara berlebihan"
"Iya gue tahu. Yaampun 2 menit lagi jam pulang, tapi rasanya aku udah gak kuat nahan pengen pup lagi."
"Yaudah sana ke toilet lagi" ucapku
Teng nong teng nong bel pulang pun berbunyi. Semua orang pun pulang berhamburan.
"Ci, maafin gue gak bisa nemenin Lo dikelas. Gue beneran sakit perut pengen cepet cepet pulang ke rumah" ucap Ratih.
"Gak apapa. Lekas sembuh Ra" ucapku sambil tersenyum.
"Maafin gue juga gak bisa. Gara gara sambel itu, kota langsung bolak balik ke toilet" ucap Ana membenarkan.
"Gue kira ujungnya gak bakalan kaya gini. Kalau tau, gue gak bakalan Nerima tantangan dari Novi" ucap Santi.
"Yaudah gue minta maaf. Gue juga ngalamin hal sama kaya kalian. Gue pulang duluan ya. Pantat gue bener bener udah panas". ucap Novi sambil pulang tergesa gesa.
"Gue juga duluan" diikuti Ana, Santi lalu Ratih.
Sekarang memang gak ada kegiatan apapa. Aku cuma sudah janji mau nunggu Sandi latihan Basket dan pulang bersama. Sambil nunggu Sandi main basket, Akupun berinisiatif untuk mengerjakan lukisanku.
Kubuka cat cat berwarna dan mencampurkan dengan minyak di tempat yang sudah ada. Dikelas benar benar sepi, hanya ada aku seorang diri, ruang pintu kelas terbuka. Akupun mewarnai lukisan yang aku gambar sebelumnya, tak terasa 30 menit di ruang kelas, namun lukisanku belum selesai ku warnai, aku mencoba fokus untuk menyelesaikan lukisan tersebut , namun tiba tiba..
"Tak" suara penghapus karet berwarna putih jatuh seperti dilempar dari arah belakang ke depan tepat ke arah mejaku.
Akupun mencoba mengabaikan situasi ini, tapi tanganku bergetar dan tak sengaja menyenggol tempat cat ke arah lukisan yang sedang ku warnai.
"Tukk" suara tempat cat minyak tumpah ke arah lukisan.
"Sial" gumamku. Aku benar benar marah dengan situasi ini, karena lukisanku hancur dalam sekejap mata oleh wadah cat minyak yang secara tak sengaja nelungkup dan tumpah mengenai lukisanku, hasilnya lukisanku hancur, yang kulihat hanya warna merah cat minyak yang menutupi sebagian besar lukisanku
'Aku gak takut sama kalian. Jangan menggangguku, lukisanku hancur gara gara kalian' ucapku dalam hati sambil membereskan semua bekas tumpahan di lukisan serta lantai yang berceceran
"Brug" suara pintu kelas tertutup oleh angin yang sangat kencang. Aku sangat panik namun mencoba memberanikan diri, lalu Akupun melanjutkan mengepel lantai bekas tumpahan cat dengan tissue seadanya yang ada di tas.
"Plak" suara buku tebal yang jatuh dari meja belakang. Akupun mendekati ke arah meja lalu mebenarkan kembali buku yang jatuh tersebut di bangku itu. Akupun melangkah ke depan kembali untuk membereskan tempat pensil dan perlengkapan ku yang berserakan di meja. Namun, mataku tertuju pada lantai bekas tumpahan cat minyak, terlihat jejak jejak kecil yang berserakan.
"Oh Tuhan" gumamku. Akupun cepat cepat membersihkan bekas telapak kaki tersebut dengan kepanikan yang luar biasa.
"Plak" suara buku jatuh ke lantai terulang kembali, Akupun mencoba melirik dan ternyata memang bebar, buku yang tadi jatuh kembali.
"Tak tak tak" suara langkah kaki terdengar mendekat kearahku.
Akupun memperhatikan ruangan kelas namun tak ada apa apa, aku mencoba membersihkan kembali lantai yang kotor sambil berjongkok lalu memejamkan mataku 'apa yang salah denganku?' ucapku dalam hati.
"Brug" suara pintu terbuka.
"Ci, kamu lagi apa?" terdengar suara yang rasanya tak asing bagiku.Akupun mencoba bangkit dan berdiri lalu menoleh ke arah sumber suara.
"Sandi?"
"Kamu lagi ngapain?" ucap Sandi mengulang perkataanya.
"Lagi bersihin cat yang tumpah"
"Yaampun lukisanmu? sini aku bantuin kamu bawa dulu aja lukisan nya, sisanya aku yang beresin."
"Makasih banyak" ucapku
"Sama sama". ucap Sandi
Aku dan Sandi akhirnya selesaikan membereskan dan membersihkan lantai tersebut. Namun tiba tiba Sandi berhenti dan memperhatikanku.
"Ci, kamu nungguin aku?" tanya Sandi sambil menyelidikku
"Hm" aku mengangguk ragu
"Yaampun, kalau aku tau kamu nungguin, aku bakalan latihan lebih cepat buat bisa pulang bareng, maafin karena udah nunggu lama." ucap Sandi tak enak
"Gak apapa. Lagian awalnya aku mau nunggu kamu sambil ngerjain tugas seni rupa, eh taunya lukisanku hancur karena tumpahan cat minyak" ucapku
"Gak apapa, gampang, sebagai gantinya nanti aku bantuin kamu gambar ulang sama mewarnai lukisan kamu" ucap Sandi sambil bersemangat. Akupun tersenyum sambil menganggukkan kepala.
"Ayo pulang, udah sore".ajak Sandi
"Ayo" ucapku sambil melangkah keluar kelas mendahului Sandi lalu pulang bersama.
#To be continue