webnovel

Beauty And The Beast : Kisah Cinta Dengan Suami Buruk Rupa

Seorang suami yang tampan, cerdas dan kaya raya adalah idaman semua wanita. Jadi kenapa suami Intan begitu jelek dan buruk rupa? Ada banyak desas desus dan kabar miring mengenai Irwan Wijaya, putra ketiga dari keluarga Wijaya itu. Katanya dia seorang pria tua yang buruk rupa, jahat, dan memiliki kelainan seksual. Ternyata memang benar dia buruk rupa! Karena keluarga Intan terlilit hutang besar dan terancam akan dibunuh, Intan dijual ke keluarga Wijaya oleh ayahnya sendiri. Mau tidak mau Intan harus menikahi Irwan, putra keluarga Wijaya yang satu-satunya belum menikah. Menghadapi situasi ini, Intan serasa ingin menggali lubang kuburnya sendiri. Tapi inilah kenyataannya, suami Intan adalah orang yang memiliki wajah begitu jelek, anak kecil akan menangis dan perempuan bisa-bisa pingsan saat melihat wajahnya. Apa yang harus Intan lakukan?

zoccanne · 若者
レビュー数が足りません
420 Chs

Masalah Wanita

Tubuh Intan kaku saat mendengar ini.

"Aku tidak membutuhkan perlindunganmu, kamu hanya perlu berdiri di belakangku. Hanya dengan memastikan bahwa kamu baik-baik saja aku bisa merasa tenang."

"Tapi kamu akan terluka ..."

"Tidak masalah jika aku terluka, selama aku tidak melihatmu terluka. Apakah kamu mengerti?"

Irwan berkata dengan sedih, dia tidak bisa terlalu menegur Intan.

Intan masih sangat muda, jadi Irwan tidak boleh berbicara kasar.

Irwan memeluk Intan dengan lembut. Dia mengelus rambut Intan dengan tangan besarnya, lalu berkata dengan suara hangat, "Aku tidak akan membiarkanmu berbuat seperti itu itu lagi nanti. Kamu harus percaya bahwa lelakimu memiliki kekuatan untuk melindungimu dari angin dan hujan, juga kekuatan untuk bertarung dengan orang jahat yang mengganggumu. Kamu percaya itu?"

"Aku percaya kamu."

Intan menarik napas dalam-dalam lalu berkata dengan tegas. "Kalau begitu aku akan melindungimu di kehidupanku selanjutnya, ok? Aku jadi laki-laki, kamu perempuan ..."

"Enak saja!" Sebelum Intan menyelesaikan kata-katanya, Irwan langsung menyela, "Aku akan menjadi laki-laki di kehidupanku selanjutnya, dan aku akan melindungimu lagi!"

"Irwan Wijaya ... apa kamu tidak ingin menjadi seorang wanita? Menjadi seorang wanita juga menyenangkan. Kamu bisa membeli lipstik, kamu bisa memakai rok, kamu bisa memegang payung di musim panas, dan kamu bisa bergandengan tangan dengan teman-temanmu di toilet. Ya meski wanita juga ada tidak enaknya. Aku harus datang bulan, harus punya anak dan merawat anak-anakku…."

Intan pelan-pelan memegang jarinya dan menghitung satu per satu, tetapi semakin dia menghitung, dia semakin salah. Apa yang baru saja dia katakan?

Datang bulan ...

Mengapa perut bagian bawah Intan benar-benar sakit saat ini?

Kapan bulannya datang?

Sepertinya di awal bulan ini ...

Mungkinkah!

"Irwan, aku ingin pergi ke toilet. Sepertinya bulanku sudah datang."

"Apa?"

Wajah Irwan tiba-tiba menjadi kaku setelah mendengar ini, lalu Irwan dengan cepat membawanya ke toilet di taman hiburan.

Intan memeriksa pakaian dalamnya di dalam toilet, dan benar saja, dia memang datang bulan. Pakaian dalam dan roknya ikut kotor karena darah. Dia segera menelepon Irwan dan mengabari keadaannya saat ini.

Intan malu untuk keluar sekarang.

Irwan tidak punya pilihan selain berkata, "Baiklah, aku akan membantumu membeli pembalut. Kamu tunggu aku di sini, ya. Jangan kemana-mana, kamu tahu?"

"Apakah kamu akan membeli pembalut?" Intan sedikit terkejut ketika mendengar ini. Dia tidak menyangka untuk meminta Irwan, seorang yang sangat berkuasa, membeli pembalut. Apakah ini artinya….tidak bagus, kan?

"Pokoknya tunggu saja di sini."

Irwan berkata memaksa, kemudian menutup teleponnya.

Irwan pergi ke supermarket terdekat dan langsung pergi ke rak pembalut wanita.

Softex, Laurier, Charm, Kotex ...

Benda apa ini?

Ada begitu banyak merek untuk benda itu?

Mana yang paling bagus?

Saat itu juga, pemandu belanja datang lalu memandangnya dengan heran, "Pak, apakah Anda membeli pembalut untuk pacar Anda?"

"Iya. Ini pertama kali saya membelinya. Saya tidak tahu mana yang… lebih baik?"

Irwan berdehem dua kali karena merasa sedikit malu.

Lagipula, dia belum pernah melakukan ini sebelumnya.

"Laurier, banyak orang yang membelinya. Semuanya untuk pemakaian siang dan malam."

"Ada juga untuk pemakaian siang dan malam?"

"Selain itu, ada ..."

"Tunggu sebentar."

Irwan berhenti lalu mengeluarkan ponselnya. Dia mencari informasi di mesin pencarian Google.

Tiga menit kemudian, alis Irwan berketur. Dia mulai membandingkan semua jenis produk untuk membantu Intan membuat pilihan pembalut yang benar.

Pemakaian harian yang digunakan pada siang hari umumnya 22 cm, sedangkan pemakaian malam hari lebih panjang umumnya 28 cm, dan yang lebih panjang 30 dan 35 cm.

Irwan bahkan membandingkan bahan produksi dari berbagai merek, bukan yang mengandung pemutih atau pewangi.

Irwan memilih beberapa model dengan sangat berhati-hati. Dia membuat panduan belanja tercengang karena ketelitiannya, lalu Irwan mengambil beberapa merek pembalut lalu pergi.

Kemudian Irwan mendatangi tempat pakaian dalam wanita.

Banyak orang melontarkan pandangan aneh dan bahkan berbisik.

"Apakah orang ini cabul? Bagaimana dia bisa melihat pakaian dalam wanita!"

"Lihat bekas luka di wajahnya yang mengerikan untuk dilihat. Dia pasti cabul!"

Irwan mengabaikan komentar dan pandangan orang lain. Dia melintasi deretan area pakaian dalam berenda yang seksi, lalu akhirnya berhenti di depan deretan rak pakaian dalam bergambar kartun.

Irwan kemudian melihat pakaian dalam gambar kucing berpita pink, Hello Kitty!

Intan pasti akan menyukainya.

Senyuman tipis muncul di sudut mulut Irwan, lalu dia juga memilih beberapa celana dan rok.

30 menit kemudian Irwan kembali ke toilet, Intan berjalan keluar untuk mengambil barang yang diserahkan Irwan sambil memegangi perutnya.

Ketika Intan membuka tas kresek hitam, dia terkejut.

Mengapa Irwan membeli banyak sekali? Irwan juga membelikan pakaian dalam dan juga rok baru.

Ini sangat memalukan.

Intan memakai pembalut dan berganti pakaian dengan wajah merona. Dia keluar dari toilet dengan canggung.

Melihat Intan yang berwajah pucat, Irwan tidak bisa menahan kecemasannya.

Irwan meraih tangan kecil Intan lalu memeriksanya. Telapak tangannya dingin dan Intan juga berkeringat.

"Ayo, aku akan membawamu ke rumah sakit."

Intan tidak punya pilihan selain mengikuti Irwan ke rumah sakit.

Intan sering kedinginan di asrama, jadi haidnya tidak teratur. Itu menyebabkan perutnya terasa nyeri dan sakit.

Dokter tidak meresepkan obat apapun. Dokter hanya menyarankan untuk banyak meminum air gula merah, hindari angin dingin, dan jangan mengangkat benda terlalu berat.

Irwan menganggukkan kepalanya dan mengingatnya.

Irwan bahkan pergi ke toko obat untuk membeli air gula merah. Padahal gula merah jelas tersedia di setiap supermarket!

Intan menunggu dengan sabar di trotoar, tetapi dia tidak menyangka melihat seseorang yang dikenalnya.

Intan tiba-tiba melihat Renata. Dia datang dengan seorang temannya. Teman itu memiliki perut yang besar, mungkin akan mengunjungi poli ibu dan anak.

Intan ingin berpura-pura tidak melihat, tapi dia terlambat.

Renata berjalan dengan sepatu hak tingginya lalu berkata, "Intan, mengapa kamu di sini? Ginekologi? Kamu sudah hamil ketika kamu belum menikah?"

"Tidak, jangan bicara omong kosong. Aku hanya mengalami gangguan menstruasi!"

"Siapa peduli!" Renata berkata dengan acuh. Renata masih bagaimana mengingat Intan menampar dirinya sendiri terakhir kali. Renata benar-benar ingin membalas tamparan itu!

"Intan, di mana laki-lakimu? Bagaimana dengan monster jelek itu?"

"Jika kamu bicara omong kosong lagi, aku tidak akan tinggal diam!"

Intan menegakkan punggungnya dengan marah, mereka berdua saling menatap dengan tajam.

Intan tidak peduli jika Renata menyerang dirinya, tapi jika dia ingin menghina dan menyakiti Irwan, Intan tidak bisa diam saja.

Renata merasa sedikit tertekan saat melihat Intan menjadi lebih berani dan menantangnya balik.

Renata menggertakkan giginya geram, kemudian Renata mengeluarkan sebuah kartu undangan dari tasnya lalu menyerahkan ke Intan.

"Lusa adalah ulang tahunku yang ke-22. Aku ingin mengadakan jamuan makan di rumah. Aku akan mengundang beberapa teman baikku. Aku tidak ingin orang luar bergosip bahwa aku berselisih dengan saudara perempuanku dan mempermalukan keluarga. Kau mau datang, kan? "

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

Intan melihat kartu undangan putih di depannya tapi tidak berani menerimanya.

Intan selalu merasa bahwa Renata selalu punya niat buruk terhadapnya.

"Roy Wijaya akan datang, dan kamu bisa membawa tunanganmu."

"Aku kebetulan punya janji dengan Irwan hari itu ..."

"Intan, apa kamu takut?" Renata menyela dan berkata dengan nada mengejek.

"Apakah kamu tidak berani menunjukkan suami jelekmu karena takut dengan hujatan orang-orang? Apa kau tidak mau melindunginya? Apa sekarang kau bahkan berpikir bahwa dia tidak boleh dilihat orang lain, kau tidak bisa menolongnya, tapi kau tidak mau kehilangan lelakimu?"

"Aku tidak malu dengan tunanganku, bagaimana pun juga dia adalah orang terdekatku. Aku memang takut, takut dengan teman-teman rubahmu yang kalau bicara tanpa berpikir. Aku khawatir aku tidak bisa menahan diriku sendiri lalu aku hanya akan menghancurkan pesta ulang tahunmu dan membiarkanmu berada dalam masalah padahal kamu yang berulang tahun!"

Intan berkata tanpa berani menunjukkan kelemahan.

Renata menggertakkan giginya dengan keras ketika dia mendengar kata-kata Intan itu. DIa merasa ingin mencabik-cabiknya Intan saat ini juga!

Renata tidak pernah menyangka bahwa Intan juga bisa punya mulut yang tajam seperti itu sebelumnya.

Benar saja, memiliki seseorang yang mendukungnya tidaklah sama. Keberanian Intanmenjadi lebih besar. Sayangnya, nasib Intan memang tidak baik, pendukungnya ini ditakdirkan untuk tidak bertahan lama!