webnovel

Bagian 9

"Cantik...." Danar jelas mendengar pujian itu dan dengan cepat ia tau pujian itu untuk siapa. Danar tersenyum miring melihat adik iparnya ini.

"Emm..Nan.." Danar memanggil sang adik

"Ya bang???" Nanda langsung menatap sang abang lekat.

"Bagaimana Navya???" Pertanyaan Danar jelas membuat Nanda, Arzan dan para pria muda lain langsung menatap suami Ayra Ganendra itu dengan lekat.

"Emm..bang??? Maksud pertanyaan mu apa???" Tanya Nanda memastikan, takut salah jawqb nanti

"Pandanganmu sebagai pria kalau melihat Navya itu, bagaimana?? Karena aku masih ingat dengan tipe idealmu.." Danar

"Ahh...emm, oke. Tapi Ar, aku hanya mengatakan sejujurnya dari mataku ini. Jangan cemburu ya.." goda Nanda

"Terserahmu..aku tak perduli" jawab Arzan datar.

"Oke..emm, Navya itu..cantik. ahh maksud aku sangat cantik baik wajah juga postur tubuhnya sangat menarik. Lalu, aku sangat suka suaranya..unik lembut, merdu emm..seperti angel voice. Kalau dia bernyanyi..aku yakin pasti yang mendengar terhipnotis.." jelas Nandq

"Suaranya memang lembut.." ujar Arzan dalam hati, sedikit membenarkan ucapan adik dari abang iparnya itu

"Lalu???" Sepupu Arzan yang bertanya Alby namanya, Alby Ganendra. sepupu Arzan dari darah sang ayah.

"Lalu...dia masuk ke tipe idealku, Bang...sejak pagi aku sudah disini dan aku melihat kalau Navya itu dekat dengan para maid, dia suka membantu, lalu ia juga memperlakukan maid bukan sebagai maid tapi teman, lalu aku juga melihat dia mengurus Arkana itu sangat lembut, senyumnya tak pernah hilang, tipe aku sekali, kebetulan aku suka anak kecil....tapi, malah Arzan yang menang.." ujar Nanda

"Kau bisa mengambilnya jika kau mau.."  ujar Arzan dengan tatapan mengejek

"Sorry??? Oh ayolah Arzan, Navya bukan barang yang bisa sesuka hati diambil sana sini..ceraikan dia, aku akan mengambilnya.." ujar Nanda dengan tatapan tajam, juga bibirnya yang tersenyum miring

"Masalahnya, di keluarga Ganendra..tidak boleh adanya perceraian kecuali Arzan rela ditendang dari semua warisan keluarga ini.." jelas Danar tegas.

"Aku bisa mencari harta ku sendiri" ujar  Arzan

"Kau yakin??? Apa Yuna akan mendukung keputusanmu itu??" Ujar Tristan Khandra, sepupu Jungkook yang lain dari darah sang ibu

"Tentu saja..Yuna pasti setuju dengan keputusan ku itu..daripada dia tersiksa karena tak diakui.." jawab Arzan dengan percaya dirinya

"Kau tanyakan padanya, dan semoga itu bisa memuaskan hatimu..." ujar Tristan meninggalkan pertanyaan di kepala Arzan.

****

Ny. Ganendra menatap para ponakan yang terlihat gampang akrab dengan Navya. Beda dengan Yuna saat ia pertama kali dibawa ke mansion untuk perkenalan, sepupu Arzan yang wanita, malah memasang wajah jutek dengan aura julid. Tapi beda dengan Navya yang malah mereka itu seperti sudah lama berteman.

"Kak...bagaimana dengan Yuna?? Apa Arzan sudah tau..??" tanya Adiknya, Rayna. Ibu dari sikembar Tristan dan Yasmin

"Belum Ray..tak ada yang tau selain kau dan putrimu itu.." ujar Ny. Ganendra

"Bahkan bang Liam???" Ny. Ganendra mengangguk.

"Lalu kapan, kak??? Jangan terlalu lama disimpan..aku takut ada hal yang mengacaukan semua.." ujar Ny. Khandra

"Itu alasan aku bertaruh dengan Arzan. Aku ingin dia merasa iri pada Navya, Ray.."

"Hah...sejak dulu aku susah mengartikan bahasa mu kak, terlalu berteka teki, tapi aku akan dukung, lalu bagaimana menantumu itu???"

"Nice..aku bahkan belum menemukan celah busuk darinya, atau mungkin aku tak akan pernah menemukannya.. entahlah" jawab Ny. Ganendra lagi.

Suasana di Mansion megah semakin meriah disaat matahari kembali ke peraduannya.

"Ar..kau menginap disini ya.." ujar Sang ayah

"Lalu, Yuna???" Arzan tak terima, ia ingin menghabiskan waktu dengan istrinya itu

"Dia bukan anak TK Ar, toh besok dia sudah ada disini. Papq sudah mengirimkan beberapa orang untuk menjemputnya besok pagi, katakan padanya..oke" belum Arzan menjawab, sang ayah sudah berlalu dan bergabung dengan sang istri di meja makan. Makan malam yang terlihat sangat mewah dengan banyaknya makanan yang terhidang.

"Nav duduklah, sejak tadi kau mondar mandir membantu mereka.." Ny. Ganendra berujar

"Tapi bu.."

"Duduklah...biarkan mereka yang melayani sebentar...bukan begitu bibi??"

"Benar Nyonya. Nyonya muda kami ini susah sekali di nasehati..dirinya tak perduli dengan lelah sejak pagi..." ujar kepala pelayan disana. Dan Navya mau tak mau duduk disamping Arzan, pun karena Ny. Ganendra menunjuk ke arah itu.

Baru saja akan makan menyantap makanan, ternyata Arkana menangis dan membuat Navya langsung berjalan mengambil Arka yang kebetulan dipegang oleh salah satu maid.

Navya menggendong Arka dan pamit untuk menyusui putra mungilnya.

"Pergilah.." ujar Ny. Ganendra

****

Cklek...

Navyq nyaris tertidur setelah selesai menyusui Arka. Manik bulan sabitnya terbuka dan mendapati suaminya membawa nampan berisi makan malam.

"Makanlah, kau menyusahkan saja.." ujar Arzan dengan nada sinis.

"Maaf merepotkanmu, Tn. Arzan" ujar Navy dengan nada lirih. Pria muda iru memilih untuk keluar dari kamar . Navya menyantap makan malam, sambil sesekali memperhatikan wajah tidur sang buah hati.

Wanita dengan potur mungil itu keluar dari kamar sambil membawa nampan yang isinya sudah kandas, di tangga ia dan Arzan berpaspasan, namun suaminya berjalan saja seakan Navyq tidak ada. Navyq hanya bisa tersenyum pahit. Dia berulang kali mengatakan pada hati juga pikirannya kalau dia itu bukan siapa-siapa, bukan seseorang yang diharapkan kehadirannya oleh Arzan Ganendra.

"Nav..." Ny. Ganendra memanggil Jimin yang baru saja akan kembali ke kamar

"Iya bu.." Jimin mendekati ibu suaminya yang melambaikam tangannya.

"Mulai besok sampai satu minggu kedepan, Yuna akan menginap di mansion ini.." Ny. Ganendra buka suara

"Baiklah, aku dan Arka akan pindah ke kamar tamu saja.." ujar Navya dan membuat Ny. Ganendra menyerngitkan alis

"Kenapa kau pindah???" Tanya Ny. Ganendra, dan Navya malah tak bisa jawab

"Kau ini, kau tetap menempati kamar Arzan, Yuna yang akan di kamar tamu. Tapi kalau perlakuan Arzan pada kalian, aku tak bisa ikut campur" ujar Ny. Ganendra

"Ibu, aku tak berharap banyak. Karena dari awal aku hanya memikirkan Arka saja.." Ny. Ganendra dapat melihat dari manik bulan sabit wanita itu, jika Navyq berkata sebenarnya. Di pikiran menantunya itu hanya Arka saja. Wanita itu tak memikirkan dirinya sendiri.

"Apa kau tak ingin egois?? Untuk dirimu sendiri?? Atau kau sebenarnya tak tertarik dengan pria???" Tanya Ny. Ganendra sedikit kesal

"Aku tak berani ibu, dan maaf..tertarik dengan pria, aku memiliki mantan seorang pria, bu" Navyq sedikit sakit hati saat disindir akan orientasi sexualnya.

"Lalu???" Ny. Ganendra tau ada yang ingin Navya katakan, tapi ia terlihat ragu

"Aku...aku selalu teringat kejadian itu setiap aku mencium aroma parfum Tn. Arzan...aku sesekali bermimpi kejadian itu dan itu menyiksaku, bu" ujar Navya dengan suara lirih.

Deg...

Ny. Ganendra hampir melupakan kalau Navya adalah korban dari pemerkosaan yang dilakukan putranya itu.

"Nav....maafkan putra ku, aku tau aku tak mungkin bisa menyembuhkan trauma mu..aku"

"Ibu, tak apa. Kalian menerima Arka saja aku sudah merasa tenang. Putraku tidak akan kesusahan seperti aku, bukan??? Aku tak perduli dengan trauma ataupun sakit yang aku rasa. Aku hanya memikirkan Arka saja..Ibu tidak akan menyia-nyiakan Arka kan?? Aku mohon. Aku akan pergi jika ibu menyuruh aku pergi, tapi aku mohon terima Arka.." Navya meneteskan air mata. Ny. Ganendra terdiam lagi dan lagi. Navya selalu dan akan selalu memikirkan Arka saja.

"Arkana cucu ku, dia bagian dari keluarga ini..dan selamanya begitu.." senyum terlihat di bibir Navya.

Grep

"Terimakasih Ibu..terimakasih" Jimin menggenggam tangan Ny. Ganendra. Ibu dari Arzan itu ikut tersenyum.

"Kembalilah ke kamar mu, kau harus istirahat. Karena sejak pagi kau terlalu semangat..."

"Baiklah bu, ...selamat malam.." Navya berpamitan pada ibu mertuanya

"Emm..selamat malam" Ny. Ganendra memperhatikan langkah Navyq. Hati Ny. Ganendra menghangat saat tangan mungil itu menggenggam tangannya. Bahkan hangatnya masih terasa disaat Navya tak lagi menggenggam tangannya.

Arzan side.

Cklek..

Arzan masuk kedalam kamarnya dan awal ingin mengganti pakaian, mendadak mendekati Arka yang terlihat terbangun dan memainkan tangan mungilnya. Awal hanya memperhatikan dari jarak dua meter, namun perlahan jarak itu semakin hilang, apalagi Arka mengeluarkan suara nya.

Sret..

Arzan duduk tepat disamping Arka, merasa ada seseorang disampingnya, Arka menoleh dan manik bulan sabit nya menatap Arzan

Entah karena ikatana batin, Seketika Arzan merasakan rindu pada bayi mungil itu. Dan pria tampan itu menggendong Arka, sambil mengecup kening Arka beberapa kali.

Selama Navya belum ditemukan saat itu, Arzan sesekali menggendong Arkana atas paksaan Ayra, kakak nya.

"Hei jagoan, kau semakin berisi ya..apa karena kau sudah bertemu dengan ibumu itu??" Arzan berbicara sambil tubuhnya bergerak kecil menimang Arka.

Bayi mungil itu perlahan mengantuk dan tertidur dalam gendongan sang ayah, dan Arzan malah terlihat puas karena berhasil menidurkan putranya.

Cklek..

Navya dan Arzan saling bersitatap, namun Navya yang dengan cepat memutuskan tatapan itu.

"Maaf, apa Arka mengganggu mu Tn. Arzan???" Navya bertanya, namun tak ada jawaban yang dia dengar. Saat ia menengadah, ternyata Arzan menatap dirinya datar.

"Siapkan piayama ku.." Navya tak menunggu lama, langsung melakukan apa yang Arzan katakan. Sedang pria itu meletakkan Arka di tengah kasur. Dia tak ingin tidur bersebelahan dengan Navya oke. Dan lagi  dia tak ingin tidur di sofa..

Arzan memasuki kamar mandi untuk berganti pakaian juga mencuci muka nya.

Blam...

"Kenapa kau pindahkan Arka ke pinggir?? Kau berniat menggodaku?? Nona??" Navya langsung menggeleng.

"Maaf Tn. Arzan, aku tak ada niat apa-apa. Hanya saja Arka tidak boleh ditengah, takut nanti dia tertimpa tangan atau kaki mu juga aku" jelas Navya dengan wajah takut.

"Alasanmu saja...kau jangan bermimpi aku akan masuk ke perangkapmu lagi wanita licik.." Arzan

"Maaf sekali lagi, aku tak pernah berpikir seperti yang kau katakan. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.. maaf Jika kau merasa terganggu, aku dan Arka akan tidur di sofa saja..maaf sekali lagi" Navya memilih turun dari ranjang dan membawa Arka menuju sofa, beruntung tubuh Navya dan Arka kecil. Bed sofa muat untuk mereka berdua. Dengan Navy yang tidur menyamping.

Arzan hanya menatap datar, antara ranjang dan sofa itu.

to be continue