Kini dua orang yang berbeda gender itu duduk diam membisu. Gadis yang memakai kaus merah muda kebesaran itu duduk dengan wajah yang cemberut. Ia duduk bersila tapi tak menatap ke arah lelaki berkaos hitam di depannya tersebut.
Bunyi sumpit yang beradu dengan mangkuk putih itu seakan menjadi relawan pengganti suara mereka untuk memberi suara di ruangan itu. Hangatnya nasi mentai itu tak dapat mencairkan suasana yang nampaknya membeku karena insiden memalukan tadi.
"Terima kasih untuk makanannya."
Tidak, tidak ada yang mengajak bicara orang di hadapannya saat itu. Baik itu Leony ataupun Abare. Mereka mengucapkan itu karena memang merupakan adat dan kebiasaan orang Jepang yang mengucapkan kalimat itu sesudah kegiatan makan mereka selesai. Itu adalah bentuk penghargaan atas makanan yang sudah mereka santap dan bentuk rasa syukur mereka karena sudah menyantap hidangan tersebut.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください