webnovel

S2-124 YOU'RE ONLY LIFE ONCE

"You're only life once ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

"Menyingkirkan semua ini?"

"Ya."

"Tidak--"

"Anda ingin sembuh bukan?" tanya psikiater Mile lagi. "Setidaknya hingga keinginan Anda memukul semakin turun, apapun tentang Tuan Natta di rumah harus disimpan."

"...."

"Foto, pajangan, atau apapun ... Anda akan teringat campuran emosinya pada saat itu jika tidak."

"...."

"Kalau perlu desain tempat pemukulannya harus dirubah. Dipindah."

"...."

".... dan tentu saja dinding foto terbesar ini harus dibalik. Bukankah Anda juga melakukannya pada Nona Nazha? Tuan Muda Alan bahkan ikutan terkena."

Setelah diberi pengarahan selama 5 hari penuh, Mile pun menghela napas panjang. Dia menoleh ke bagian rumah yang perlu direnovasi, lalu sungguhan melakukannya. Dia memanggil beberapa tukang, walau saat dipindah rasanya berat. Namun, Mile hanya menatap foto-foto itu dikumpulkan jadi satu. Barulah ditaruh ke gudang belakang.

"Hati-hati! Hati-hati! Kalian akan kutuntut ganti rugi jika sampai memecahkannya!" bentak Mile. Dia pun mengawasi tiap pemindahan. Barulah mempersilahkan mereka makan siang.

Plukh!

"Oh ... ini kelincinya triplets," gumam Mile saat sebuah boneka jatuh. Dia pernah membeli tiga model yang sama. Lengkap kostum gajah. Lalu baby-baby-nya tidur berjejeran.

"Bagaimana, Tuan Romsaithong? Yang itu ikutan disimpan?" tanya tukang saat kebetulan lewat.

"Ya, tentu. Bawa saja," kata Mile. Tukang itu pun menerimanya, walau Mile garuk-garuk kepala setelah ruangan bersih. Ralat, lebih tepatnya banyak interior rumah yang diganti baru. Bahkan Mile pindah tidur ke kamar tamu. "Aku di rumah, tapi tempat ini seperti punya orang lain ...." desahnya karena merasa asing. Mile pun tak bisa tidur cepat. Merasa terganggu, dan saat baru terlelap ponselnya berdering nyaring.

Drrrt ... drrrt ... drrt ... drrt ....

"Halo, bisa bicara dengan Tuan Mile Phakpum?"

.... suara formal ....

".... ya? Aku sendiri?"

"Kami dari RS Bumbrugrad menginformasikan bahwa istri Anda Guli Nazha sekarang masuk ke UGD."

DEG

"Apa?"

Kantuk pun langsung menghilang dari mata Mile.

"Beliau sekarang menjalani operasi terkait percobaan aborsi pukul 5 tadi sore."

Mile pun loading beberapa saat. Bahkan dia tak memperhatikan omongan resepsionis itu hingga selesai. "Tunggu, tunggu, tunggu, aborsi?" gumamnya sambil terduduk. Sebab Mile tak merasa mengeluarkan cairan di dalam--oke, sepertinya pernah. Tapi cuma sekali saat malam pernikahan mereka. "Oh, shit! Ini benar-benar tak ada dalam rencana ...."

Prakhhh!

BRRRRRMMMMMM!!!

Mile pun langsung bangun dan menyambar kunci mobil Nazha (kebetulan itu yang paling dekat) lalu berangkat ke RS Bumbrugrad. Dia pun diinformasikan kalau janin tidak selamat, harus menunggu proses kuret, lalu duduk lemas di kursi tunggu. (*)

(*) Kuret atau kuretase adalah prosedur untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Kuret biasanya diawali dengan dilatasi, yaitu tindakan untuk melebarkan leher rahim (serviks).

"Itu bukannya Tuan Mile Phakpum ...." bisik seorang suster tidak jauh dari sana. Hal yang membuat Mile pasang telinga, tapi dia diam agar terkesan tidak mendengar.

"Oh, iya ... itu Tuan Romsaithong ...."

"Sedang apa beliau ke sini? Kok menunggu di sebelah ruang operasi?"

"Tidak tahu? Bukankah Tuan Natta sudah bersama Pak Presdir? Mungkin keluarganya ada yang sakit ...."

"Oh ...."

"Sudah, sudah. Ayo pergi. Nanti kita kena masalah."

Mile pun mengepal untuk beberapa saat. Tapi tangan kirinya segera meremas tangan kanannya sendiri. Itu merupakan salah satu petunjuk dari psikiaternya, Mr. Ox. Sekaligus tindakan pertama agar tak jadi memukul orang. Namun, meskipun tak lagi diterjang gosip ... tatapan orang-orang tetap aneh kepadanya. Terutama para dokter. Bagaimana pun mereka semua bawahan Paing, dan keparatnya hanya RS Bumrungrad lah yang terdekat di wilayah sini. "Aku sudah menyimpan semua tentangmu, Apo. Tak bersisa. Tapi apa aku harus pergi juga?" batinnya seketika bergejolak.

Percayalah Australia seperti rumah bagi Mile (setidaknya sebelum bertemu Apo) tapi sekarang dia benci negara itu. Sebab Mile selalu teringat pada Leodra, si pewaris agensi "The Royalle", dan dia masih menyesali hari Apo memergokinya menerima ciuman di mall dulu.

"Aku tidak ingin pergi dari Thailand ...." batin Mile hingga matanya berair. Namun, mari coba realistis saja. Jika dia tetap di sini, segala pabrik milik Wattanagitiphat dan Romsaithong yang tersebar di berbagai kota ... oh fuck! Begitu juga fasilitas yang Takhon miliki--itu akan mengingatkan Mile sampai kapan pun. Masuk mall bisa melihat produknya, menonton televisi bisa memencet channel-nya, ke RS bisa dilihati orang-orang lagi, ke stasiun terasa bukan wilayahnya, pergi ke bandara merasa kecil, bahkan melewati jalan tol-nya sekali pun--BRENGSEK LAH! KELUARGA TAKHON BENAR-BENAR MONSTER-NYA DI SINI!

CKLEK!

"Tuan Mile ...."

DEG

"Ya?"

Mile pun langsung berdiri. Dia menghadapi dokter kandungan (yang entah siapa namanya) dia juga tidak kenal. Lalu lelaki itu bilang Nazha mengalami cedera rahim. Pertama, pil yang ditelan terlalu banyak. Kedua, dosis pilnya terlalu tinggi. Sehingga luka dalam pun tak bisa dihindarkan. Selain itu, keberhasilan hamil berikutnya kecil.

"Jadi, begitulah ... saya tidak bilang itu sudah mandul, tapi kemungkinan janin lainnya akan sulit bertahan," jelas dokter itu lagi. "Rahimnya berubah rapuh, Tuan Mile. Jadi, saya sarankan steril agar tak mengancam nyawa baby atau ibunya di masa depan. Tapi coba diskusikan dulu saja dengan istri Anda."

".... ya."

"Maksud saya, siapa tahu masih ada keinginan untuk memiliki anak lagi."

Anak lagi? Yang lahirnya takkan diinginkan dan mungkin terkena pukulannya seperti Alan? Mile tak bisa bayangkan itu.

"Tidak perlu, steril saja sekarang."

DEG

"Anda serius?"

"Ya, lakukan saja kutunggu."

Mile pun duduk lagi di kursi itu. Makin linglung, tapi sekarang memang hanya Nazha yang tersisa. Keluarga Romsaithong (kecuali Pomchay) tak ada lagi yang memikirkan dia mau apa. Juga Keluarga Bextiar. Mereka mungkin meludahinya jika berkunjung lagi. Karena kini posisinya hanyalah mantan fotografer.

"Daddy, aku oleh ketemu ama ade ayiii?" tanya Alan saat mereka tidur berdua.

"Tidak, belum. Kau harus izin dulu pada Papa Po," larang Mile.

"Yaaah ... tapi au pengen ade ayiii."

Namun, meski mengingat memori itu, Mile justru tertawa sendiri. "Ha ha ha, maaf Alan ... kau takkan pernah memiliki adik sampai kapan pun," katanya sambil memijit kening. "Kau hanya akan sendiri bersama orangtua brengsek seperti kami."

Padahal, percayalah ... Mile mengakui Alan setahun begitu lucu dalam fotonya. Maka bagaimana cara dia melupakan anak itu sejak Nazha memberitahu?

Cklek!

"Bagaimana? Sudah selesai?" tanya Mile setelah dokter tadi keluar lagi. Dia pun menuai anggukan pelan. Lalu bilang Nazha boleh ditemui setelah 5 jam. "Baik, terima kasih ...." kata Mile, lalu mengecek jam ponsel. Dia pun keluar untuk menelepon rumah Nazha. Memastikan Alan dijaga babysitter. Lalu keliling kota sebentar.

Mile gerah, serius. Dia bingung mau apa mulai sekarang. Tapi ingin marah pun percuma saja. Meninggalkan Nazha tanpa perceraian juga sia-sia (wanita itu takkan mau hancur sendirian), tapi bersamanya juga ingat pengasingan. "Aku benar-benar tak ingin pergi dari Thailand ...." batinnya hingga menangis tanpa suara. Alpha itu pun tidur di bangku kemudi rata. Bangun lagi saat alarm berbunyi. Lalu benar-benar menemui Nazha.

"Kau harusnya mendiskusikan hal itu denganku dulu ...." kata Nazha sambil menatap keluar jendela. Wanita Uighur itu merasa muak dengan Mile. Ingin marah, tapi semua sudah terlanjur.

"Memang kau mendiskusikan aborsi denganku?" tanya Mile. "Kau bahkan tak memberitahu kalau sedang hamil, Nazha."

"Apa kalau kuberitahukan kau akan peduli?"

"...."

"Kau takkan pernah berpikir jauh bahkan meski aku mati, Mile. Jadi ini percuma saja."

Untuk sejenak, Mile pun menatap kepalan di tangan Nazha. Lalu mengira apa maknanya. "Apa kau hampir melepaskanku?" tanyanya.

".... ya."

"Tapi sekarang tidak?"

".... kau pikir siapa yang menerimaku sekarang?" tanya Nazha dengan sorot mata terluka. "Punya anak yang memiliki masalah psikis, rahimku sekarang steril, catatan pernikahanku buruk ... menurutmu pengusaha mana yang akan jadi penghancur selanjutnya? Oh, benar. Setelah kulepas kau bisa pergi kabur kemana pun, semaumu. Because you are nobody anymore. Have no dependents. Tapi aku? Publik akan menghinaku sendirian. Entertainment China pasti mem-black-list-ku. Papa juga akan kembali mengatur-atur. Menjunjung saat aku menurut, lalu memaki saat aku bermasalah ...."

Mile pun menatap tremor di tangan Nazha. Matanya, bibirnya, lalu jari-jarinya yang ingin memukul--

"Kau yakin tidak menjadikan semuanya alasan?"

DEG

"Apa?"

"Kau belum pernah bilang mencintaiku ...."

DEG

PRANNNNGGGGG!!!

Seketika itu, Nazha mengangkat vas bunga palsu untuk dilemparkan. Benda itu pun pecah menghantam dinding. Langsung terburai. Lalu Nazha menunjuk ke pintu kamar. "KELUAR, MILE!" teriaknya.

"...."

"KENAPA KAU TAK SEGERA MATI SAJA DI OSLO?! KELUAR!!! Arkhh ....."

Mile pun menatap Nazha yang kesakitan hingga memeluk perut. Lalu mengeluarkan kunci mobilnya. "Aku memang berencana keluar sekarang," katanya. "Tapi mungkin aku salah dengar. Karena dulu ada yang bilang ingin hidup denganku bertiga saja."

BUGH!

Mile pun keluar setelah dilempar bantal. Menendang benda itu dari kakinya, dan seluruh bumi serasa mengambang ketika dia berjalan.

Kau benar, aku mungkin ingin pergi kemana pun dan bebas ....

.... tapi entahlah ....

.... apa seumur hidup aku akan menjadi pecundang yang lari?