webnovel

Am I Normal?

HI! BANTU AKU UNTUK MENGOLEKSI BUKUKU YANG LAIN, YA! *^O^* Youichi Haruhiko menyukai seorang pria bernama Takayashi Daiki di sekolahnya, yang berada di kelas berbeda darinya. Sudah cukup lama, sejak mereka masih di tahun pertama hingga mereka lulus dan berlanjut pada jenjang perkuliahan. Awalnya, ia hanya dapat memandangi orang yang ia sukai dari kejauhan dan hanya dapat menyukainya dalam diam semata. Ia tidak mempunyai nyali untuk berbicara dengannya atau bahkan menyatakan perasaannya. Menurutnya sangat mustahil untuk dilakukan! Hingga, suatu keadaan yang bertolak belakang dengan pemikirannya terjadi dan membuat mereka dapat saling berbicara, juga dapat lebih tahu mengenai sikap yang tidak diduga-duga dari orang yang disuakainyabanya! Namun, sangat sulit bagi Haru. Orang yang ia sukai adalah seorang yang tidak dapat mengutarakan isi hati sebenarnya dan membuat Haru serasa terombang-ambing dalam hubungan yang tidak pasti. Ingin mundur, tetapi ia sudah terlalu jauh melangkah. Ingin tetap maju, tetapi hubungan tak pasti bukanlah hal yang membuatnya senang walau perasaannya masih terus mencintainya. Jadi, bagaimana selanjutnya? Naskah: Maret, 2018 Dipublikasikan: WP (September, 2018) dan WN (Agustus, 2019)

Mao_Yuxuan · LGBT+
レビュー数が足りません
45 Chs

Daiki: Tidak Yakin! (2)

[5 bulan yang lalu...]

Mendengar jawaban singkat itu, tidak membuat Shino seketika percaya begitu saja. Apalagi, ketika melihat wajah Daiki yang terlihat seperti sedang mencemaskan sesuatu saat ini.

"Tidak...?" Tanya Shino untuk memastikan jawaban darinya.

Daiki merendahkan sediki pandangannya, lalu menoleh keluar jendela. "Aku... tidak menyukainya".

"Hah...?" Mendengar Daiki mengatakan hal itu, membuat Shino tidak dapat memberikan tanggapan apa-apa, selain hanya menunjukkan raut wajah yang seakan tidak percaya!

Sedang saat ini, Daiki melirik kearah Shino yang terlihat terkejut dengan mulut yang sedikit terbuka. Kemudian, ia menoleh sepenuhnya kearah Shino dengan kedua tangan dilipat di atas meja. Ia lalu menjatuhkan kepalanya begitu saja, sehingga posisi wajahnya berada di dalam lipatan kedua tangannya saat ini, dan berkata: "Shino, berhentilah menanyakan hal seperti itu. Jika kau memang orang yang baik hati, sebaiknya, kau segera memberitahuku alamat Haru sekarang juga..." Ia menghela napas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "... Dan, apa kau tau? Sebenarnya aku... aku tidak yakin... aku tidak--"

Daiki menghentikan apa yang hendak dikatakannya ketika mendengar suara dari pelayan wanita tadi, datang dengan membawa minuman pesanan mereka. Sehingga, ia pun segera mengangkat kepalanya, lalu menegakkan tubuhnya, dengan pandangannya diarahkan pada dua gelas minuman yang sedang dihidangkan di atas meja. Dan sesudahnya, pelayan wanita itupun tersenyum ramah, lalu segera meninggalkan mereka berdua.

Setelah pelayan wanita tersebut pergi dari tempat mereka, Shino kembali menanyai: "Kau 'tidak' apa maksudmu?"

Daiki menghela napas, lalu meneguk minuman yang baru saja dihidangkan. Kemudian, ia kembali pada posisi sebelumnya, dengan kedua tangannya dilipat di atas meja dan menjatuhkan kepalanya dengan lemas tanpa berkata apa-apa.

Dalam posisi seperti sekarang ini, ia tidak sedang memejamkan kedua matanya, tetapi dengan kepala yang hanya sibuk mencemaskan diri sendiri karena hal bodoh yang hampir saja terjadi; hampir saja ia mengatakan suatu hal yang mempermalukan diri sendiri!

Tunggu! Tapi... bukankah sebelumnya ia sudah lebih dulu mempermalukan diri sendiri dengan menanyakan alamat Haru kepadanya?! Sangat menyebalkan!

Sesaat kemudian, Shino pun terdengar menghela napas panjang, lalu berkata: "Aku tidak tahu apa yang telah terjadi diantara kalian berdua. Tapi, kupikir, hal itu pasti sangat serius, karena... kau tau, Haru bahkan tidak ingin mendengar namamu, dan dia hampir saja menghajarku saat a--" Ia tidak melanjutkan perkataannya setelah Daiki sudah bangun dari posisinya.

Daiki menatap Shino yang terpaku di hadapannya, dengan mengangkat sedikit keningnya. Dan saat ini, tatapannya pun menunjukkan dua rasa dari dalam dirinya, khawatir dan juga terkejut, melalui kedua matanya yang seakan tidak menyangka setelah mendengar perkataan itu dari Shino di hadapannya.

Jadi, ia benar-benar membenciku sampai tak ingin mendengar namaku?

Ia tertunduk. Entah mengapa, setelah mendengar Shino mengatakan hal itu, membuatnya semakin gelisah.

Gelisah? Tapi, mengapa mataku serasa aneh? Serasa perih tidak seperti biasa...

"Ah, hmm, ma-maafkan aku... aku tidak bermaksud--" Perkataan Shino segera dipotong oleh Daiki yang saat ini sedang menatapnya, seraya tersenyum tetapi tidak sampai di matanya. "Shino..." Daiki menarik napas dalam-dalam, lalu lanjut berkata: "Aku sudah mengatakan hal buruk padanya. Jadi, jika dia bersikap seperti itu, itu adalah hal yang wajar baginya. Dan, ini adalah salahku... aku sangat... sangat..."

Ia kembali tertunduk dan enggan melanjutkan perkataannya; merasa sudah cukup untuk hanya mengutarakan hal itu kepada Shino, tidak untuk mengutarakan apa yang dirasakannya saat ini.

"Ah, aku mengerti. Kau... kau juga menyukainya, kan?" Tanya Shino dengan penuh simpati, dan membuat Daiki yang saat ini sudah mengangkat wajahnya pun, seperti sedang dikasihani. Namun, selain karena Shino yang berempati padanya, pertanyaan darinya juga sedang membuat Daiki begitu marah saat ini!

"Aku pergi!" Daiki segera berdiri, lalu meletakkan beberapa yen di atas meja dan berbalik hendak melangkah pergi, tetapi segera Shino menghentikannya dengan berkata: "Heh?! Bagaimana dengan alamat Haru?"

Daiki menghela napas berat, lalu kembali duduk di hadapan Shino, yang saat ini sedang nyengir di hadapannya. "Beritahu aku alamatnya. Aku ingin segera pergi dari tempat ini".

Sesaat setelah Daiki mengatakan hal itu, Shino yang tadinya hanya sekedar nyengir di hadapannya pun meledak sampai hampir menangis. Namun, Daiki yang sedang menatapnya hanya menunjukkan raut wajah datar, seolah terpaku, tetapi dengan tatapan tajamnya yang membuat suasana lebih dingin bah serasa kaku. Dan membuat Shino yang begitu terbahak pun menjadi hanya terkekeh pelan, lalu berhenti dan berkata: "Ternyata, orang yang dingin sepertimu bisa lebih terbuka dibanding Haru yang blak-blakan. Haru bahkan menjadi orang yang sangat mengerikan jika aku menanyakan masalah kalian berdua. Huh... dunia benar-benar aneh, aku--"

Daiki segera memotong perkataannya, lalu berkata dengan dinginnya: "Beritahu aku alamatnya... tolong" .

Saat ini, ia tengah merasa kesal dan marah, serasa ingin berteriak tepat di depan wajahnya! Tetapi, karena juga merasa sudah mempermalukan diri sendiri, ia tidak dapat menunjukkan perasaannya sendiri!

"Huh... baiklah. Dia tinggal di Jalan xx. No. 57" Kata Shino, lalu meneguk minuman di hadapannya untuk menenangkan diri pada suasana dingin seperti sekarang ini.

Setelah mendapatkan informasi yang sudah membuatnya mempermalukan diri sendiri, Daiki pun segera berdiri; menatap Shino dengan dingin; lalu pergi begitu saja tanpa senyum yang menyertai. Setidaknya, untuk menunjukkan kekesalannya saat ini!

Ia pun keluar dari tempat ini. Walau ia pergi dengan bersikap tenang saat ini, di dalam dirinya sendiri benar-benar sedang merasakan kekacauan yang begitu luar biasanya, yang sebelumnya belum pernah ia rasakan selama ini.

Bahkan, di perjalanan pun, jika ia mengingat semua hal yang dikatakan Shino di tempat tadi, membuat perasaan bersalah, marah, kesal, semakin menjadi-jadi kepada diri sendiri!

Kepada siapa lagi?! Bukan kepada Shino, melainkan kepada dirinya sendiri?!

Dan pertanyaan itu, 'apa kau juga menyukainya?' Membuatnya tidak yakin dengan jawaban sendiri!

'Tidak' adalah jawaban yang tidak ia yakini, sedang 'iya' adalah hal yang tidak ingin ia akui!

Bagaimana ini?!

Pertanyaan seperti itu membuat hatinya beradu sehingga membuatnya sekacau sekarang ini; tidak dapat berpikir; dan benar-benar sedang mempermalukannya saat ini!

*****