webnovel

ALTHEA (EOTL)

Jiak aku bisa memutar waktu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Tapi, apa aku bisa melakukannya?

alemannus · ファンタジー
レビュー数が足りません
6 Chs

[5] Untold Stories

"Bagaimana kabarmu, Son?" Tanya seorang pria tua yang terlihat sangat mirip dengan Aaron jika rambutnya belum memutih dan kerutan di wajahnya tidak ada. 

"Aku baik-baik saja, Ayah. Terima kasih sudah bertanya." Jawab seorang pria muda yang terlihat seusia dengan Aaron.

"Anak kita sangat senang berada di kantor karena semua karyawan yang bekerja disana sangat menghormati putra kita." Ucap seorang wanita dengan dandanan glamor dan terkesan berlebihan dengan bangga.

"Kamu terlalu berlebihan, Bu." Jawab pria muda itu dengan malu.

"Aku tidak berlebihan, sayang. Memang seperti itu kenyataannya. Saat aku berkunjung ke kantor, semua karyawan yang bekerja disana langsung menyambut putra kita dengan penuh hormat." Ucap wanita itu dengan nada yang dilebih-lebihkan.

"Tentu saja seperti itu karena kantor itu milik ayahnya. Lebih baik berpura-pura baik daripada dipecat hanya karena tidak hormat kepada anak dari pemilik perusahaan." Ucap William sambil mendengus.

"Ppffttt." James menundukkan kepalanya ke bawah karena dia tidak bisa menahan rasa geli di perutnya saat mendengar perkataan kakaknya.

"William!" Teriak pria tua itu dengan marah.

"Aku mengatakan kenyataan yang ada." Ucap William dengan berani.

"Sabar, sayang. Tahan emosimu." Ucap wanita itu sambil mengusap lengan suaminya.

"Kak, kau sudah melewati batas." Ucap James sambil menatap kakaknya dengan tatapan khawatir.

"Kalian harus menunjukkan hormat kalian pada kakak kalian. Kalian bukan anak kecil lagi sekarang jadi bersikaplah dewasa sedikit." Ucap pria tua itu dengan dingin.

"Tidak apa-apa, Ayah. Mereka masih sangat muda jadi hal-hal seperti ini adalah hal yang wajar dilakukan oleh anak seumuran mereka." Ucap pria yang bernama Jonathan itu.

"Kamu benar-benar baik sekali, Nak. Aku bangga punya anak sepertimu." Ucap wanita yang bernama Hailey itu dengan bangga.

William hanya mengangkat salah satu alisnya ke atas dengan acuh sambil melengkungkan bibirnya ke bawah sebagai bentuk ketidakpeduliannya. Begitu juga dengan kedua adiknya yang memilih untuk melanjutkan kegiatan makan mereka tanpa peduli dengan drama keluarga murahan yang sedang berlangsung di hadapan mereka. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi saat mereka sedang makan bersama. Ah tidak, lebih tepatnya semenjak ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita bernama Hailey itu setelah kematian ibu mereka yang terkesan sangat tiba-tiba sekali. Semenjak itu hubungan mereka sebagai keluarga semakin memburuk dan semakin bertambah parah semenjak kakak pertama mereka bertengkar dengan wanita yang bernama Celine itu dan berakhir dengan pengusiran yang dilakukan oleh ayah mereka pada Aaron dari rumah ini.

Benar, ayah kandung mereka memilih untuk mempertahankan istri keduanya daripada anak kandungnya sendiri. Anehnya mereka sama sekali tidak merasa terkejut dengan apa yang akan ayah mereka lakukan pada mereka. Bukan rahasia besar lagi jika ayahnya masih tetap menjalin hubungan terlarang dengan Hailey saat menikah dengan ibu mereka. Bahkan saat ibu mereka mengandung Aaron, Hailey juga mengandung anak yang katanya anak ayah mereka. Namun, fakta itu baru terungkap setelah adik bungsu mereka yaitu Kath lahir karena wanita itu datang sambil membawa anaknya untuk meminta pertanggungjawaban dari ayah mereka. 

Tapi fakta itu hanya diketahui oleh Aaron saja sedangkan adik-adiknya tidak pernah tahu sisi gelap dari keluarga mereka. Aaron menutup dengan rapat permasalahan yang terjadi diantara orang tua mereka agar adik-adiknya bisa tumbuh selayaknya anak-anak normal lainnya. Aaron tidak mau jika adik-adiknya sampai bersedih dan memiliki trauma karena permasalahan orang tua mereka jadi Aaron menahan semua rasa sakit dan kekecewaan ini selama belasan tahun lamanya. Dia tidak keberatan jika hatinya hancur untuk selamanya karena sejak awal keberadaannya adalah sebuah kesalahan. 

Rumit sekali ya? Seperti itulah keluarga Goddard yang sebenarnya. Dibalik kehidupan yang serba glamor dan mewah, ada sisi gelap yang bahkan tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia lagi. Permainan kotor dan politik yang dimainkan di dalam keluarga ini sangat berbahaya dan kotor sehingga Aaron dan adik-adiknya merasa tersiksa menjadi seorang Goddard. Orang bilang menjadi bagian dari keluarganya adalah sebuah anugrah tapi bagi Aaron dan adik-adiknya menjadi bagian dari keluarga ini adalah sebuah kutukan. Kalau mereka bisa memilih ingin terlahir dimana dan sebagai siapa, mereka akan memilih untuk lahir sebagai anak yang terlahir dari keluarga yang biasa saja. 

"Aku dengar kau sakit kemarin." Ucap Mr. Goddard.

"Ah itu, hanya demam biasa karena kelelahan. Secara keseluruhan aku baik-baik saja sekarang jadi jangan khawatir, Ayah." Ucap Jonathan dengan senyuman ramahnya.

"Apa kau tidak ingin menanyakan kabar anakmu yang lain, Dad?" Tanya William dengan nada sinis.

"Apa kita termasuk keluarga Goddard, kak? Bukannya dari dulu kita adalah bagian dari keluarga Chavez bukan Goddard?" Tanya James pura-pura terkejut.

"Ah, kau benar." Jawab William sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.

"Aku sudah selesai makan." Ucap Kath tiba-tiba.

"Kau belum menghabiskan makananmu, nak." Ucap Mr. Goddard pada Kath.

"Aku sudah tidak selera makan lagi." Jawab Kath dengan dingin.

"Aku juga kehilangan selera makanku. Mari kita pergi adikku tersayang." Ucap William sambil meletakkan pisau dan garpunya di atas meja.

"Kalau begitu aku juga akan pergi." Ucap James sambil meminum air putih dengan terburu-buru.

"Apa yang ingin kalian katakan padaku? Aku akan mendengarkannya." Ucap Mr. Goddard setelah menghela nafasnya dengan panjang sambil meletakkan garpu dan pisau yang ada di tangannya di atas meja.

"Apa kau tahu kondisi Aaron saat ini, Dad? Apa kau tahu anakmu saat ini sedang berjuang sendirian melawan rasa sakitnya?" Tanya William sambil menatap ayahnya dengan tatapan serius.

James dan Kath juga ikut menatap ayah mereka dengan tatapan penuh tanya. Terlihat sangat jelas sekali kalau mereka mengharapkan sebuah jawaban dari ayah mereka. Sudah lima belas tahun lamanya hubungan Aaron dan ayah mereka meregang dan sudah sembilan tahun lamanya Aaron keluar dari rumah ini. Semenjak itu baik Aaron maupun ayah mereka tidak ada yang ingin mengalah untuk meminta maaf. Apalagi semenjak ayahnya memutuskan untuk menikah lagi hanya dalam kurun waktu dua bulan setelah ibu mereka meninggal dunia. Aaron yang saat itu masih berumur 18 tahun dan ketiga adiknya yang masih sangat kecil sekali tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dengan sangat kencang.

"Tentu saja, kau pasti tidak mengetahuinya kan? Karena kau tidak pernah peduli padanya dan juga pada kami." Ucap William lagi dengan kecewa.

Hailey menatap William dengan tatapan remehnya sedangkan Jonathan tetap memasang wajah datarnya karena dia memang tidak pernah tertarik pada urusan mereka. Dari awal sampai sekarang, mereka memang tidak bisa menjadi saudara yang akur. Baik dirinya maupun empat bersaudara itu tidak pernah merasa peduli satu sama lain. Kehidupan mereka berjalan di jalan yang berbeda seperti orang asing yang kebetulan hanya tinggal di satu atap yang sama. 

"Sampai kapan kau akan bersikap keras padanya? Apa saat dia sudah tidak ada lagi di dunia ini baru kau akan menganggapnya sebagai anakmu?" Tanya William lagi dengan kecewa.

"Aku tidak pernah bersikap keras padanya. Pintu rumah ini selalu terbuka lebar jika dia ingin kembali pulang." Ucap Mr. Goddard setelah terdiam beberapa saat.

"Selama wanita itu masih ada disini, Aaron tidak akan pernah kembali kesini." Ucap James sambil mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia juga menatap Hailey dengan tatapan tidak suka.

"Wanita itu adalah istriku dan dia juga ibu kalian." Jawab Mr. Goddard dengan lelah.

"Kami hanya punya satu ibu dan beliau sudah meninggal dunia. Jangan pernah menyamakan ibuku dengan orang lain, Dad." Jawab Kath dengan dingin.

"Kath." Panggil Mr. Goddard dengan lembut.

"Aku kecewa padamu, Dad. Aku kecewa karena punya ayah seperti dirimu." Ucap Kath dengan tatapan sedihnya.

"Mulai dari sekarang tidak perlu menganggap kami sebagai anakmu. Urus saja istri dan anak kesayangan yang kau banggakan itu. Kami tidak akan mengganggumu lagi." Ucap William sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Terima kasih makanannya." Ucap James sambil membungkukkan badannya dengan hormat pada ayahnya sebagai salam perpisahan.

Mr. Goddard memijit keningnya karena rasa pening yang mendadak menyerang kepalanya. Istrinya Hailey langsung mengusap punggung tangan suaminya dengan sigap sebagai bentuk dukungannya pada suaminya. Jonathan yang menyaksikan dan mendengar semua kejadian itu hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menahan rasa amarahnya dalam-dalam. Mr. Goddard melepaskan tangannya dari genggaman Hailey dengan kasar lalu pergi meninggalkan meja makan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia tidak pernah menginginkan hal seperti ini terjadi pada keluarganya. Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling terdalam, dia sangat mencintai anak-anaknya dengan segenap hatinya begitu juga dengan ibu mereka.

Dia pikir dengan menikahi Hailey setelah kematian ibu mereka maka anak-anaknya tidak akan kehilangan sosok ibu yang selama ini selalu berada disisi mereka. Selain itu juga ada Jonathan yang bisa menemani hari-hari mereka sebagai saudara setelah kepergian ibu mereka. Tapi sepertinya semua yang dia pikirkan selama ini jauh dari kenyataan yang terjadi. Hailey tidak bisa mengayomi anak-anaknya sebagai seorang ibu dan anak-anaknya tidak bisa menerima Hailey sebagai ibu sambung mereka. Jonathan juga tidak bisa menjadi saudara yang cocok untuk anak-anaknya dan yang lebih parahnya lagi adalah anak-anaknya malah menjauhi dan membencinya sekarang.

BAM!

Archer menutup pintu kamarnya dengan kuat lalu mengunci pintu itu dengan cepat. Dia dan Hailey dari dulu memang tidur di kamar yang berbeda karena Archer tidak suka jika orang lain masuk apalagi tidur di dalam kamarnya. Apalagi kamar ini adalah kamarnya bersama mendiang istrinya dulu jadi dia tidak mau jejak mendiang istrinya hilang karena kedatangan orang lain di dalam kamar ini. Bahkan barang-barang mendiang istrinya masih tersusun dengan rapi di dalam kamar ini. Foto mereka juga masih terpajang rapi di dinding dan juga beberapa kenangan lain yang menunjukkan betapa bahagianya masa-masa dimana mereka masih bersama. 

"BODOH!"

Archer melempar semua barang yang ada di atas meja yang ada di depannya sambil berteriak. Bahkan vas serta bantalnya juga menjadi korban atas kemarahannya. Dalam situasi ini tidak ada yang berani mengganggu Archer apalagi sampai berani masuk ke dalam kamar ini dengan lancang. Bahkan pelayan yang bertugas membersihkan kamar ini hanya boleh satu orang saja dan kuncinya harus selalu dikembalikan ke Archer tanpa pengecualian. Waktu yang ditetapkan untuk membersihkan kamarnya saja hanya boleh satu jam dan disekitar kamarnya dilengkapi oleh CCTV dan beberapa orang pengawal yang berjaga dengan ketat. Bahkan Hailey saja tidak boleh mendekat ke kamarnya tanpa pengecualian.

"Kenapa kau pergi secepat ini?" Tanya Archer sambil menatap foto mendiang istrinya.

"Kau lebih memilih untuk pergi daripada bersamaku."

"Bahkan kau tidak pernah ingin mendengar penjelasanku."

"Kau bahkan masih bisa tersenyum dengan lebar saat aku sedang kesakitan." Ucap Archer yang masih memperhatikan wajah istrinya dengan tatapan sedihnya.

"Kau tahu."

"Kalau saja kau tidak meninggalkanku, aku pasti tidak akan pernah melakukan ini."

"Ini semua salahmu." Ucap Archer dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.

Di tempat lain, Aaron yang baru pulang dari makam ibunya berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya. Langit sudah mulai terlihat gelap dan tampaknya hari ini akan turun hujan lagi. Untung saja dia memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini, padahal tadinya dia ingin pulang satu jam lagi tapi entah dorongan darimana dia malah melangkah pergi dan pulang ke rumah. Beberapa pengawal Aaron yang sedang berjaga di luar langsung menunduk hormat kepada Aaron namun Aaron terus berjalan tanpa menunjukkan respon sedikitpun. Padahal saat hari normal, Aaron akan langsung tersenyum lebar dan menyapa semua orang yang dia lihat dengan ramah. 

Namun, sudah satu minggu lebih lamanya dia menjadi orang yang pemurung dan penyendiri. Selama seminggu ini juga tidak ada satupun dari pelayan maupun pengawalnya yang melihat senyuman yang biasa Aaron tunjukkan pada mereka dulu. Hanya dalam satu hari saja Aaron berubah menjadi orang yang dingin dan misterius seperti temannya Axton. Hanya dalam satu hari juga Aaron yang ceria dan ramah berubah menjadi Aaron yang pendiam dan pemurung seperti sekarang. Bahkan semua pekerja yang bekerja dengannya tidak percaya jika Aaron yang mereka lihat sekarang sama dengan Aaron yang selama ini mereka kenal.

"Tuan, apa anda baik-baik saja?" Tanya salah satu pengawalnya dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja." Jawab Aaron dengan pelan.

Pengawal itu langsung terdiam saat melihat kedua kaki Aaron yang ternyata tidak mengenakan apapun sebagai pelindung. Bahkan tanah dan pasir masih menempel di telapak dan jari-jari kakinya. Jujur saja, semua pengawal dan pelayan Aaron merasa sangat khawatir dengan kondisi tuannya yang semakin hari semakin memburuk. Contohnya seperti hari ini. Aaron yang beberapa hari ini mengurung diri di dalam kamar tiba-tiba mengenakan pakaian formal dan pergi sendiri ke suatu tempat tanpa pengawalan apapun lalu pulangnya malah berjalan kaki tanpa menggunakan sepatu atau alas kaki lainnya seperti sandal. Sepertinya Aaron sedang memikirkan hal lain sehingga dia melupakan mobilnya yang mungkin saja sudah ditarik mobil derek sekarang.

Untung saja pengawal Aaron langsung menyadari situasi yang sedang terjadi dan langsung mengambil tindakan cepat dengan mencari keberadaan mobil yang ditinggalkan oleh Aaron begitu saja. Bukan hanya mobil, tapi sepertinya barang-barang berharga lainnya juga dia tinggalkan di suatu tempat karena Aaron pulang hanya membawa badan serta pakaian yang untungnya masih menempel di tubuhnya. Ini sangat memprihatinkan sekali. Aaron benar-benar terlihat sangat menyedihkan. Terlihat sangat jelas dari raut wajah dan penampilannya saat ini. Siapapun yang melihat Aaron sekarang pasti setuju kalau Aaron lebih terlihat seperti gelandangan daripada seorang CEO sukses yang kaya raya.

"Mrs. Abhivandya sudah menunggu anda di dalam, Tuan." Ucap salah satu pengawalnya.

"Sudah berapa lama?" Tanya Aaron dengan wajah datarnya.

"Sekitar dua jam." Jawab pria itu.

"Kau boleh pergi." Ucap Aaron sambil berjalan masuk ke dalam ruang tamu.

"Baik, Tuan." 

Mrs. Abhivandya alias ibunya Aiden langsung menyambut Aaron dengan tangan yang terbuka dan Aaron yang telah memasang senyuman palsu di wajahnya langsung memeluk wanita yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri itu dengan erat. Setiap kali dia bertemu dengan ibunya Aiden, air matanya pasti selalu menggenang di pelupuk matanya. Semua yang wanita paruh baya ini lakukan selalu membuatnya sedih karena bayangan ibunya selalu terlintas di pikirannya. Rasa rindunya selalu bertambah saat ibunya Aiden menatapnya dengan tatapan yang biasa ibunya berikan padanya. Tatapan itu juga yang membuatnya merasa tercekik dan tersiksa setiap kali ingatan buruk itu muncul dibenaknya.

Tatapan wanita itu jatuh pada kedua kaki Aaron yang terlihat kotor, dengan tatapan khawatir wanita itu menatap kondisi Aaron. Dia sangat khawatir karena dilihat dari sisi manapun, Aaron tampak tidak baik-baik saja. Hal itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang terlihat sendu dan sedih, juga cekungan hitam di bawah matanya, cukup menjelaskan seberapa buruknya kondisi Aaron saat ini. Bahkan ibunya Aaron mulai berasa bersalah karena kondisi menyedihkan yang tengah dirasakan olrh Aaron.

"Kamu terlihat kurus sekali, Nak. Aku membawa banyak makanan untukmu dan semuanya adalah makanan kesukaanmu." Ucap Lana dengan prihatin saat melihat wajah tirus Aaron.

"Jangan lupa dimakan ya nanti."

"Terima kasih, Mom." Jawab Aaron dengan senyumannya yang tulus.

"Kamu harus menjaga kesehatanmu meskipun suasana hatimu sedang buruk, Nak. Jangan salah, kamu memerlukan tenaga yang sangat banyak untuk sekedar menangis dan merenung di dalam kamar." Ucap Lana sambil mengusap lalu menepuk dengan pelan lengan Aaron.

"Baiklah, Mom." Jawab Aaron sambil tertawa dengan pelan.

"Bersedih itu wajar tapi tidak boleh larut ke dalamnya terlalu lama. Hidup akan terus berjalan kedepan dan kamu tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu." Ucap Lana dengan serius.

Aaron menganggukkan kepalanya sambil menatap Lana dengan tatapan sedih.

"Sudah itu saja, aku datang kesini untuk memastikan kamu masih bernafas dan berjalan dengan kedua kakimu. Aku tidak akan menanyakan pertanyaan yang membuatmu menangis maupun memberimu wejangan hidup sebagai orang tua."

"Take your time and heal your soul after the pain. Apa yang sudah pergi biarlah menjadi masa lalu. Jangan dilupakan tapi jadikan itu sebagai bagian dari perjalanan hidupmu. Itu lebih baik."

_______________

To be continuous.