webnovel

Aku dan Suamiku

Warning! Mature content! "Seperti Sha, sahabatku yang menikah sangat muda, aku pun sama. Menikah di usia 16 tahun. Bahkan aku telah menikah dua tahun lebih dulu darinya. Bedanya kalau sahabatku itu suaminya selalu standby 24 jam di sampingnya, aku tidak. Bahkan saat ini aku tak tahu dimana suamiku itu berada. Dia meninggalkanku seminggu setelah menikahiku. Hanya dua kali aku melihat wajahnya. Tapi, bukan itu masalahnya. Kalian harus tahu apa yang dilakukannya padaku setelah dia kembali. So guys, read my story with my husband, if you really want to know!

Sinnadwi · 都市
レビュー数が足りません
53 Chs

Part 6.1 Dia Membawaku Kemana?

Jantungku berdetak melambat. Sebuah rasa aneh menyengat tanganku yang di genggamnya. "Kenapa lagi? Ayo!" Aku hanya diam mendengarkannya. Beberapa detik kemudian, tanganku dilepaskannya. Tanganku masih menggantung di udara saat kemudian aku merasa ada tangan lain yang mendorong punggungku lembut.

 

Tubuhku terasa ambyar mendapat sentuhannya. Ah, sial. Mungkin ini karena efek usia, hormon, dan mungkin benar kata Luna. Aku, si istri kurang belaian.

 

Hah!

 

Tangannya tak lagi di punggungku saat kami berjalan. Berpindah menarik tanganku agar langkahku menyamai langkahnya yang panjang. Aku hanya diam mematuhinya, lebih cepat sampai rumah, maka lebih baik. Aku sudah lelah, dan besok ada jadwal kuliah pagi dosen ter-killer di kampusku.

"Antarkan saya ke hotel ini, Pak." katanya memberi instruksi kepada Pak Shol di depan. Fyi, aku juga duduk di belakang atas perintahnya.

 

"Hotel?" tanyaku yang lebih seperti gumaman. Oh, dia tidak ingin pulang ke rumah kakaknya ternyata.

 

"Ya."

 

Setelah itu hening. Tak ada pembicaraan di antara kami. Pak Shol juga diam, fokus pada jalanan. Aku memu-tuskan untuk kembali memejamkan mata, lumayankan dapat 30 menit tidur, dari pada aku tidak melakukan apapun.

 

Mobil berhenti, dan aku terbangun. Tanpa pamit, orang di sebelahku yang ternyata juga suamiku, turun. Dasar! Aku benar-benar tak dianggapnya. Malang sekali nasibku ini.

 

"Ayo turun!"

 

"Ha?"

 

Lagi, aku kaget. Pintu di sebelahku sudah dibukanya. Dan apa tadi? Dia mengajakku turun? Untuk apa? Aah, jadi aku harus membawakan kopernya juga? Dimana harga dirinya sebagai lelaki?

 

"Cepat turun. Jangan membuatku selalu mengulang kata yang sama. Kau ini bodoh atau bagaimana?"

 

Aku menganga mendengarnya. Ya Tuhan, kenapa engkau berikan aku suami yang jahat seperti ini. Sakit hati Hannah Ya Allah. Menahan tangis dan amarah, aku turun. Tidak baik melawan suami. Jangan nangis Hannah, jangan menangis! You aren't baby anymore!

 

"Loh, kopernya?" tanyaku bingung saat Pak Shol membawa laju mobil beserta koper besar suamiku.

 

"Biarkan saja. Buat apa bawa koper besar ke hotel?"

 

"Lalu?"

 

"Lalu apa?"

 

"Dibawa kemana kopernya?"

 

"Ke rumah Kakak."

 

"Lalu untuk apa saya di sini? Kenapa kita tidak sekalian pulang, kalau kopernya saja bisa pulang?"

 

"Sudahlah, jangan banyak tanya. Aku capek. Ayo!"