webnovel

Kecelakaan!

Valen menunggu dengan gelisah di Hotel tempat mereka terakhir bertemu 2 tahun yang lalu. Sudah jam 1 malam, tidak juga ada tanda-tanda Tata akan datang menemui Valen. Valen tetap menunggu hingga jam menunjukkan angka 4. Reyn! Apakah aku sudah tidak memiliki tempat dihatimu? Meski setelah kematian lewis? batin Valen. Valen akhirnya meninggalkan hotel itu dan kembali ke apartementnya. Hatinya begitu sakit, kenapa dia begitu bodoh mengharapkan cinta dari wanita yang tidak sedikitpun perduli padanya? Kenapa Val? Kamu bodoh sekali! batin Valen. Valen memacu mobilnya dengan kencang di pagi dini hari itu, pikirannya pergi entah kemana, dia tidak melihat ada motor yang diparkir dipinggir jalan, karena kaget dia membanting setirnya ke kanan, untung keadaan jalan sedang sepi, mobilnya masuk ke dalam selokan dan kepalanya terbentur setir. Valen keluar dari mobil dengan sempoyongan, karena dia merasa kepalanya pusing. Beberapa orang yang melihat kejadian itu segera berlari menolongnya.

" Sayang! Ayo, sarapan dulu!" kata Tata.

" Iya, ma!" jawab Reva.

" Apa kamu sudah sehat?" tanya Tata.

" Sudah, ma! Reva sudah sehat!" jawab Reva.

" Dia sudah ceria lagi, mbak!" ucap Nanik.

" Iya! Ayo!" ajak Tata. Kemudian mereka pergi sarapan di ruang makan. Tata tidak lagi tinggal di rumah Valen, tapi dia membeli sebuah apartement di dekat kantornya agar memudahkan aktivitasnya.

" Selamat Pagi!" sapa seorang pria.

" Pagi!" jawab Tata dan menatap orang tersebut.

" Om Feroooo!" sapa Reva.

" Hallo cantik!" balas Fero.

" Pagi sekali? Apa kita ada meeting pagi? Sepertinya tidak ada!" kata Tata.

" Tidak ada! Aku hanya ingin mengantar anak cantikku ke sekolah!" ucap Fero mencium kepala Reva.

" Mauuuuu!" jawab Reva bersemangat.

" Nanti malam ada undangan dari PT. Monacord, mereka merayakan ulang tahun perusahaan!" kata Fero.

" Jam 8 Aku jemput! Kata Fero.

" Ok!" jawab Tata tanpa bisa menolak. Mereka lalu menghabiskan sarapan dan berangkat mengantar Tata lebih dahulu dan pergi ke kantor.

Tata menatap layar ponselnya berkali-kali, tapi tidak ada yang menarik baginya. Kamu dimana? Apakah kamu marah karena semalam aku nggak datang? batin Tata. Hari itu Tata sering sekali melamun dan membuat dia tidak fokus pada pekerjaannya.

" Kamu kenapa?" tanya Fero memeluk pinggang Tata saat Tata menatap keluar kaca kantornya. Tata yang merasa kurang nyaman melepas pelukan Fero.

" Jangan seperti ini, Fer! Ini kantor!" jawab Tata.

" Ok, maaf! Tapi kamu kenapa?" tanya Fero.

" Aku hanya capek saja, karena menjaga Reva semalaman karena demam!" jawab Tata sambil duduk di sofa. Lalu dia memeriksa dan membaca dokumen yang ada di meja.

" Kamu yakin hanya karena itu?" tanya Fero.

" Iya! Memang ada yang lainnya?" tanya Tata menatap Fero tajam.

" Tidak! Kalo gitu kita pulang! Ini sudah jam 6 malam! Kita hanya punya waktu istirahat 2 jam saja!" ucap Fero.

" Ah, aku hampir lupa! Pesta itu!" ucap Tata kaget. Kemudian mereka pulang bersama dan Fero mengantar Tata sampai apartementnya dan dia pamit langsung pulang.

" Mamaaaa!" panggil Reva yang melihat Tata masuk ke kamarnya.

" Sedang apa anak mama?" tanya Tata.

" Mewarnai, ma!" jawab Reva. Lalu Tata mengecup kepala anaknya dan masuk ke dalam kamarnya dan mandi. Beberapa menit kemudian dia telah selesai dan memakai piyama mandinya lalu berbaring di atas ranjang. Dipejamkannya matanya, dia masih bisa merasakan hembusan nafas Valen menyentuh lehernya. Ahhh! Ada apa dengan tubuhku ini? batin Tata. Dia merasa tubuhnya bergetar dan perut bagian bawahnya mengejang. Sialan! batin Tata saat dia merasa miliknya basah karena keluarnya cairan itu. Memalukan sekali kamu, Ta! Kamu seperti wanita yang kurang sentuhan! batin Tata menutup wajahnya. Tata masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan sekali lagi tubuhnya, lalu dia segera berganti pakaian. Malam itu Tata memakai pakaian sedikit seksi, dengan off shoulder dan belahan dada sedikit terbuka, dia terlihat sangat cantik.

" Mama cantik bangettttt!" puji reva.

" Trima kasih sayang!" jawab Tata.

" Iya, mbak Tata cantik sekali!" puji nanik.

" Trima kasih, nik!" jawab tata lagi.

" Reva mau seperti mama kalo sudah besar!" kata reva senang. Bel berbunyi di apartement Tata, dengan perlahan Tata berjalan mendekati pintu dan membukanya.

" Sel...!"

" Hei! Ayo!" ucap Tata pada Fero yang tidak bisa berkata-kata melihat kecantikan Tata malam ini.

" Kamu cantik!" puji Fero.

" Terima kasih!" jawab Tata. Lalu mereka pergi ke pesta ulang tahun perusahaan itu. Selama perjalanan Fero tidak berhenti memandang Tata.

" Aku rasanya ingin cepat-cepat menikahimu jika kamu selalu membuatku seperti ini!" ucap Fero.

" Seperti apa?" tanya Tata penasaran.

" Cantik dan menarik!" jawab Fero.

" Hahaha!" tawa Tata.

" Untuk ukuran single parent, kamu adalah mommy tercantik di dunia!" ucap Fero senang.

" Aku biasa saja! Hanya ingin terlihat berbeda saja!" jawab Tata.

" Tapi aku tidak rela jika kamu di dekati pria hidung belang nantinya!" ucap Fero dengan raut wajah cemberut.

" Mereka adalah relasi bisnis kita, Fer!" jawab Tata.

" Tapi aku tetap tidak rela! Kamu harus selalu bersamaku!" ucap Fero tegas. Tata hanya menggelengkan kepalanya. Mereka telah sampai di pesta tersebut, dan benar seperti yang diucapkan Fero, semua mata memandang kagum pada Tata yang terlihat cantik dan ...seksi! Tapi Fero selalu menggandeng tangan Tata hingga mereka tidak ada yang berani menggoda Tata. Perayaan pesta itu sangat meriah dengan mengundang artis juga dan beberapa keluarga dari pihak tuan rumah juga ikut menyumbangkan lagu.

" Aku menemui temanku dulu! Kamu jangan kemana-mana!" ucap Fero.

" Aku akan ke balkon saja!" jawab Tata, Fero mengangguk tanda setuju. Sebenarnya Tata risih harus selalu dekat dengan Fero, karena dia belum menjadi istrinya, tapi dia juga tidak mau menjadi santapan para pria hidung belang di pesta itu secara statusnya adalah seorang janda. Tata melangkah ke balkon gedung kesenian tersebut, dia berdiri bersandar di pinggir pagar. Udara malam membuat kulitnya merasa dingin. Dia menoleh ke kiri, dilihatnya dua orang manusia sedang berciuman. Lalu dia melihat ke arah kanan, matanya menangkap sosok pria tampan dengan kepala di lilit kain perban sedang berbicara dengan seorang pria, lalu pria itu menganggukkan kepalanya dan pergi, sedangkan pria yang kepalanya dililit perban itu memegang segelas minuman dan meneguknya sampai habis. Tata seperti mengenal pria tersebut, tapi jarak yang cukup jauh membuat wajah pria tersebut tidak terlihat begitu jelas. Tata masuk ke dalam dan berjalan menuju kursinya, dia berhenti di tempat minuman..

" Apakah dia setuju?" tanya seorang pria .

" Sepertinya dia masih belum pulih dari kecelakaan tadi subuh!" jawab temannya.

" Bawakan saja seorang wanita untuk menemaninya!" ucap pria itu lagi.

" Apa dia tidak akan marah?" tanya temannya.

" Entahlah! Dia orang yang penuh dengan teka-teki!" kata pria itu.

" Jadi bagaimana?" tanya temannya.

" Apa kita minta bantuan tunangannya?" tanya pria itu.

" Tapi gue denger gosip kalo dia bukan tunangan beneran!" jawab temannya.

" Serius? Lalu?" tanya pria itu.

" Dia hanya dia bawa untuk menemani saja saat pemberian penghargaan malam itu!" jawab temannya.

" Hei! Gimana? Pak Valen sudah setuju?" tanya temannya yang baru datang.

" Belum!" jawab pria itu.

" Dimana dia?" tanya pria yang baru datang.

" Di balkon! Sepertinya dia masih kesakitan karena kecelakaan itu!" jawab temannya. Kecelakaan? Valen? batin Tata.