webnovel

Pertemuan 1

Lewis meninggal karena kecelakaan malam itu dan mobilnya ditemukan di jurang dalam keadaan terbakar. Tata terpaksa harus bekerja memimpin perusahaan papinya dan meninggalkan Reva bersama Nanik jika dia bekerja.

Apakah kamu akan datang? batin Tata. Sudah hampir 2 tahun sejak peristiwa itu, kamu nggak sekalipun pulang. Tata berdiri di depan dinding kaca kantornya dan menatap keluar melihat pemandangan kota A.

" Mama!" panggil seorang gadis kecil. Tata sedikit terkejut karena panggilan itu.

" Hei! Anak cantik!" jawab Tata, lalu memeluk anaknya dan menggendongnya.

" Reva sudah bisa gambar mama!" ucap Reva sambil memperlihatkan gambarnya pada Tata.

" Wow! Bagus sekali!" jawab Tata sambil melihat gambar Reva. Tok! Tok!

" Wow! Look who's here?" sapa seorang pria dipintu.

" Om Ferooooo!" panggil Reva lalu berlari mendekati Fero yang berjalan ke arahnya.

" Hai, cantik! Sudah pulang sekolah?" tanya Fero menggendong Reva.

" Iya, Om! Liat! Reva sudah bisa menggambar!" tunjuk Reva ke Fero.

" It's a nice drawing!" puji Fero.

" Meeting akan segera dimulai!" kata Fero pada Tata. Tata mengangguk.

" Reva mau tunggu mama atau pulang?" tanya Tata.

" Reva mau pulang saja! Mau bobok!" ucap Reva. Lalu Fero mencium Reva dan menurunkannya. Reva mendekati Tata dan mengecup pipinya.

" Hati-hati, sayang!" ucap Tata.

" Permisi, Bu!" pamit Nanik, Babysitter Reva. Tata kembali menganggukkan kepalanya kali ini ke Nanik yang keluar bersama Reva.

" Sampai kapan Reva tidak memiliki seorang papa?" tanya Fero mendekati Tata yang bersandar di depan meja kerjanya.

" Sudahlah! Gue malas ngebahas itu!" jawab Tata. Fero memegang bahu Tata dan menatap wajahnya.

" Apakah kamu masih meragukan cintaku padamu?" ucap Fero lembut.

" Please, Fer! Bisa kita nggak usah membicarakan ini lagi?" tanya Tata malas.

" Renata! Kamu tahu kenapa aku bertahan di sisimu! 2 tahun! Kasih aku kesempatan!" ucap Fero, lalu di kecupnya bibir Tata.

" Beri gue waktu, Fer!" jawab Tata.

" Sampai kapan?" tanya Fero frustasi.

" Apa yang kamu tunggu? Aku bisa memberikan materi buat kalian berdua!" kata Fero tegas. Tata bingung, entah apa yang dia tunggu. Alfero Pratama, berusia 25 th, lebih muda setahun dari Tata yang saat ini berusia 26 th, tampan, masih sendiri, anak tunggal dari Pratama Gunardi, pemilik Perusahaan Gunardis yang bergerak di bidang real estate. Tata menyukai Fero, dia sangat menyayangi Reva dan dia banyak membantunya selama ini, terlebih saat perusahaan papanya terpuruk akibat perbuatan Yusman. Mereka juga sudah sering pergi berkencan dan kadang diakhiri dengan ciuman.

" Kita bahas lain kali, Ok! Tidak enak sama karyawan yang sedang menunggu!" ucap Tata mengulur waktu.

" Ok! Tapi kamu harus janji akan memberikan jawabanmu!" pinta Fero.

" Ok!" jawab Tata terpaksa. Rapat berjalan dengan lancar karena Fero sangat menguasai materi rapat, Tata hanya menambahkan sedikit pada beberapa bagian.

" Jangan lupa nanti malam!" ucap Fero.

" Iya!" jawab Tata. Tata sangat menanti acara ini, karena itu dia ingin menghadirinya. Malam iini adalah malam penganugerahan Pengusaha Terbaik yang diberikan oleh TV AA. Tata terlihat sangat cantik dan anggun, sedangkan Fero terlihat tampan dengan setelan tuxedonya. Acara dibuka dengan sambutan-sambutan lalu ada hiburan dari beberapa artis. Dan tibalah saat pemberian penghargaan kepada pengusaha terbaik tahun ini dan Fero adalah salah satu nominasinya.

" Dan penghargaan ini diberikan kepada... Bapak Valentino Abiseka! Kepada yang terhormat bapak Valentino Abiseka kami persilahkan maju kedepan!" ucap MC. Tata yang duduk paling depan mencari-cari dimana keberadaan Valen. Tiba-tiba dari balik panggung muncul Valen dengan menggandeng seorang wanita muda.

" Kepada bapak pimpinan TV AA mohon maju kedepan!" kata MC. Tata menatap Valen dan wanita muda itu dengan tatapan cemburu dan kecewa. Setelah penghargaan itu diberikan, Valen maju untuk memberikan ucapan terima kasih.

" Selamat Malam! Terima kasih atas penghargaan ini! Dan ini tunangan saya Gisca William! Terima kasih!" ucap Valen sambil menatap Tata. Lalu dia menghilang dibalik panggung setelah mengecup mesra tunangannya.

Tata berjalan menuju balkon, dia menempel dipinggir balkon, melihat keindahan kota NN.

" Masih suka berdiri dipinggir balkon?" Tata terkejut mendengar suara seseorang dibelakangnya. Tata memutar tubuhnya dan dilihatnya Valen bersandar sambil menghisap rokoknya dan meniupnya ke udara. Kamu masih ingat kebiasaanku? batin Tata dengan mata sayu. Jantung Tata saat ini tak beraturan detaknya. Dari dulu hingga kini, setiap dia berdekatan dengan Valen pasti jantungnya berdetak dengan kencang dan tak berirama. Saat Tata berjalan masuk untuk menghindar dari Valen, tangan Valen menariknya hingga tubuhnya menempel di dinding.

" Jangan berani menyentuhku!" ujar Tata.

" Kenapa? Apa kamu masih Reyn yang dulu? Yang selalu bereaksi saat aku menyentuhmu?" goda Valen.

" Huh! Aku kira tunanganmu itu lebih sering merasakan sentuhanmu!" sindir Tata.

" Cemburu?" tanya Valen yang baru saja mendengar nada bicara Tata yang agak sinis.

" Jangan bermimpi!" jawab Tata marah. Valen menghembuskan nafasnya dan menerpa wajah Tata hingga membuat bulu kuduk Tata seketika berdiri karenanya. Valen mengurung tubuh Tata dengan meletakkan tangannya sebelah tubuh dinding. Dia menatap wajah Tata dengan penuh kerinduan, Tata dapat merasakan nafas Valen yang memburu. Valen mendekati bibir Tata, saat jarak bibir mereka tinggal beberapa mili, Tata menggerakkan kepalanya ke kanan. Valen menghentikan gerakannya.

" Apa sekarang kamu lebih suka disentuh berondong?" sindir Valen. Plakkk! Tamparan yang tidak begitu keras namun bukan pipi Valen yang terasa sakit, tapi hatinya.

" Jaga mulut kamu! Jangan menghinaku! Kamu tidak tahu apa-apa tentang dia!" ucap Tata marah.

" Kenapa tidak kamu beritahu?" desak Valen. Tata menatap mata Valen, Astaga! Aku sangat merindukan pria bodoh ini! Tapi mengapa dia sangat menjengkelkan?! batin Tata.

" Apa dia hebat?" ucap Valen lirih. Plakkk! sekali lagi Tata menamparnya, kali ini sangat keras.

" Aku tidak percaya kamu sanggup mengatakan itu!" kata Tata sangat marah, wajahnya memancarkan kemarahan. Valen tidak tahu kenapa dia berkata seperti itu, saat ini pikirannya kacau, hatinya diliputi rasa cemburu melihat Tata bersama dengan Fero tadi.

" Ta?!" Fero memanggil Tata. Tata mendorong dada Valen, tapi tidak membuat Valen bergerak sedikitpun.

" Temui aku ditempat biasa!" bisik Valen.

" Tidak?!" tanya Tata.

" Kita harus bicara!" ucap Valen memutar tubuh Tata hingga dia yang tak terlihat dari balkon.

" Ajak tunanganmu saja!" ucap Tata tegas, seakan dia cemburu dan marah dalam hatinya.

" Kamu cemburu?" tanya Valen berbunga.

" Mimpi!" jawab Tata tegas seketika wajah Valen berubah kecewa.

" Aku akan menunggumu!" ucap Valen.

" Setelah yang kau katakan?" jawab Tata.

" Maaf!" jawab Valen.

" Iya, Fer! Gue disini!" jawab Tata kemudian meninggalkan Valen yang masih sempat mengecup tangan Tata dengan cepat, dan menyebabkan seluruh tubuh Tata berdesir. Sialan kamu, Val! Brengsek! batin Tata. Valen sangat tahu kelemahan Tata.

" Ngapain kamu disitu?" tanya Fero.

" Gue cuma lihat-lihat aja!" jawab Tata lalu menggandeng lengan Fero agar masuk ke dalam ruangan. Valen menatap mereka dengan hati yang meradang, aku akan menunggumu, Reyn!