webnovel

part 4

Sudah lebih dari seminggu aku pergi meninggalkan kampung halaman. Ya dibilang kampung halaman, hanya karena ingatanku mulai dari sana di sebuah panti asuhan di lembah pegunungan. Dekat panti kami ada sebuah desa kecil yang mayoritas adalah peternak sapi. Aku sendiri saat itu sering bekerja di salah satu peternakan sapi yang kekurangan tenaga. Hidup di panti asuhan serba terbatas, sebagian besar biaya hidup adalah dari bantuan pemerintah setempat, tapi itu selalu kurang dan terlambat. Panti asuhan sendiri memiliki kebun kecil untuk makan sehari-hari tapi itu tetap tidak cukup karena panen tidak bisa setiap hari disamping itu modal mencari benih baru sangat kurang. Jadi sebagian anak-anak yang usia cukup dewasa inisiatif bekerja mandiri membantu kelangsungan panti asuhan. Tidak ada paksaan dalam bekerja, tapi aku suka bekerja di peternakan, karena dengan demikian kami mendapat susu segar setiap hari, kadang mendapat daging sapi tua.

Menu daging adalah pesta bagi panti asuhan, keras sih tapi itu tetaplah daging, ibu pengasuh pandai mengolahnya. Namun saat ini bahkan makanan sisapun aku mendapat daging, dan ini jauh lebih empuk dari daging sapi tua. Katanya ini daging monster, agak mengerikan juga tapi tetap enak.

Karena penasaran, saat ini aku mengambil quest yang berhubungan dengan daging itu. Monster ini seperti banteng tapi bisa berdiri dengan kedua kakinya, tanduknya ada 1, namun ada juyavyang memiliki 2. Hembusan napas hidung yang besar membuat seperti mahluk berbahaya yang sedang marah. Namun ternyata monster bernama Tauros ini termasuk monster yang pasif. Quest kali ini adalah mendapatkan 8 potong daging Tauros.

Tauros level 2-3 ; HP :100 - 120

Str 5 ; Vit 2-3 ; res 0 ; agi 3-5 ; int 0 ; wis 0

Aku menggunakan strategi yang sama saat melawan slime, ya bagaimanapun aku tidak bisa bergerak lincah dan banyak manuver lain. Serangan frontal masih yang terbaik. Tapi aku harus hati-hati agar tidak memancing Tauros mengeroyokku.

Monster ini cukup setia kawan tapi ya juga bodoh. Buku panduan mengajarkan agat aku memancing Tauros menjauh dari kelompoknya dengan sebuah wortel atau lobak.

Aku nenawarkan wortel di depan salah satu Tauros dan saat matanya membesar, tertarik dengan wortel itu, segera aku berlari menjauh dari kelompoknya, menggiringnya ke tempat lebih sepi kemudian melempar wortel itu sebelum aku diseruduk oleh tanduknya yang tajam.

Wortel cukup murah tapi untuk orang miskin sepertiku, perlu usaha keras menawar harga semurah mungkin akhirnya aku mendapat modal 20 wortel dengan harga 180 koin.

Quest hanya membutuhkan 5 daging Tauros, yang jadi masalah adalah tidak selalu monster ini menjatuhkan dagingnya yang berharga, namun jika beruntung bisa mendapat 2 daging sekaligus atau kalau sangat beruntung mendapatkan tanduknya yang nilai jualnya mencapai 500 koin sebuah.

Saat Tauros menikmati wortel, aku segera menghajarnya dengan skill andalanku knock, dan tentu saja serangan itu membuatnya marah. Ia langsung membalas seranganku dengan tangannya. Setelah 5 kali bertukar serangan akhirnya Tauros itu tewas meninggalkan segumpal daging. Enaknya membunuh monster, kita tidak perlu repot untuk menyembelih, semuanya serba instan. Dibanding harus mendapatkan daging sapi, prosesnya lebih repot tapi lebih aman, tentunya. Seekor sapi kita bisa mendapatkan banyak daging, tidak hanya sepotong kecil begini. Ukuran daging yang ditinggali Tauros seperi sepotong daging ayam utuh, cukup besar tapi dibanding seberapa besar monster ini terasa banyak yang hilang.

Hmm mungkin ini bagian yang bisa dimakan? Aku menghabiskan waktu istirahat memikirkan sesuatu yang acak. Tapi ini terlalu lama, mungkin aku perlu memaksakan diri menggunakan pedang sihir yang baru saya terima. Walaupun seharusnya pedang sihir kemampuan daya rusak fisiknya lebih rendah dari pedang biasa namun, untuk kasusku yang hanya menggunakan pedang pemula, status pedang sihir jauh lebih baik, hampir dua kalilipat daya rusak fisik pedang pemula.

Eksperimen tidak ada salahnya bukan? Bagaimanapun, secara angka ini lebih baik jauh, walaupun terasa berat. Setelah berhasil memancing Tauros kedua ke wilayah aman dari keroyokan, segera aku mempratekan percobaan ini.

Crash

Suara benturannya terasa lebih tajam, dan aku bisa melihat daya rusaknya sangat besar. Ini berhasil, hanya lebih susah saja mengayunkannya tapi bisa. Saat aku ingin melancarkan serangan keduaku, tiba-tiba tubuhku terasa jauh lebih berat, tidak ini bukan karena berat seperti mati rasa, terkena efek paralyze.

Apa yang terjadi?

Layar merah melayang dihadapanku

[Penalti penggunaan senjata]

Sial, ternyata ini adalah efek akibat senjata yang kugunakan membutuhkan str diatas yang aku punya. Terpaksa aku tetap berdiam diri saat Tauros memberi serangan lanjutan.

Untunglah keadaan penalti ini tidak lama, aku sudah bisa bergerak lagi sesaat setelah menerima serangan kedua dari Tauros. Segera aku lancarkan serangan kedua, hampir membunuh Tauros itu, akhirnya kembali aku tersiksa dalam keadaan penalti tubuh terikat tak bisa bergerak, menerima dua serangannya. Dan saat ketiga kali menghajarnya, Tauros itu musnah tapi tidak menjatuhkan daging.

Sial keadaan penalti benar-benar berbahaya, kalau saja aku dikeroyok bisa tewas seketika. Namun disisi lain, aku hanya butuh mana lebih sedikit dari sebelumnya walaupun luka yang kuterima tidak jauh berbeda. Mengingat regenerasi mana lebih membutuhkan waktu dibanding regenerasi HP, sedikit terasa kebas-kebas mati rasa masih oklah.

Seharian memburu Tauros dengan konsep baru, aku berhasil membasmi 10 Tauros, dan mendapatkan 6 potong dagingnya. Apakah ini cukup baik? Kurasa demikian kalau saja aku tetap menggunakan pedang pemula mungkin sehari hanya dapat membasmi 6-7 Tauros. Kejutan lain adalah aku berhasil naik level.

Level 3 :

HP : 340(+20) ; MP : 60(+5)

Str : 2

Agi : 4

Int : 12(+1)

Wis : 23(+1)

Res : 11(+1)

Vit : 5(+1)

Luck : 5

Skill poin : 6(+3)

Kupikir lebih baik menaikan str, dengan demikian aku bisa menggunakan senjata ini tanpa penalti, bakal lebih cepat dalam menyelesaikan quest. Skill poin yang dibutuhkan menaikan str sungguh menyakitkan butuh 3 poin. Tunggu dulu poin yang dibutuhkan lebih sedikit banding saat pertama kali. Aku ingat saat pertama menaikan butuh 5 skill poin, ini keberuntungan, dibanding skill lain yang juga aku ambil seperti knock, aku kihat tetap butuh skill poin yang sama banyaknya untuk menaikan level skill tersebut. Setelah menaikan str, aku kembali mengecek butuh berapa skill poin untuk menaikan str lagi, ternyata skill poin yang dibutuhkan tetap 3, tidak buruk. Memang perlu pengorbanan 3 skill poin, tapi kemampuanku bertahan hidup juga meningkat, semoga.

Sisa 3 skill poin, ini sangat pas. Aku bisa menggunakanya ubtuk mengambil skill fireball. Mana yang dibutuhkan memang besar, butuh 30. Dengan statusku sekarang aku hanya bisa menembakan 2 kali fireball, tapi ini skill jarak jauh dan bisa menyebabkan kerusakan area. Kenapa skill ini disarankan dalam panduan dasar? Rasanya aneh kalau harus menghabiskan mana untuk 2 kali serangan. Berpikir sekeras apapun aku tidak menemukan jawabannya, terlalu sedikit informasi, saat ini hanya bisa percaya panduan itu. Ah kemampuan baru, bola api, rasanya tanganku gatal untuk mencoba skill baru tapi lebih baik disimpan untuk esok hari.

***

Saat ini aku sedang bimbang diantara dua pilihan. Pilihan satu lebih terasa langsung. Sentuhan kulit tentu lebih natural dan bisa dirasakan langsung efeknya. Bagaimana hangatnya bisa membuat lebih konsentrasi penuh agar dapat hasil maksimal. Disisi lain jika menggunakan alat bantu, bisa meminiamlisi resiko yang tidak diinginkan. Disamping itu alat bantu memberi sensasi berbeda walaupun munkin waktu yang dibutuhkan untuk menyalurkannya lebih lama tapi efek lanjutannya juga kebih besar khasiatnya.

"Hmm jadi dengan pedang sihir atau langsung dengan tangan kosong? "

Aku terus berpikir. Apa tanganku tidak terbakar kalau merapal dengan tangan? Atau pedang ini apakah bisa menerima energi dari fireball? Jelas ini bukan skill bertarung pedang sihir tapi hanya ingin membuat pedang sebagai perantara. Dengan mana yang terbatas, aku hanya bisa merapal 2 kali sebelum harus mengisi tenaga lagi. Terlalu sayang jika menggunakan pot mana. Harganya mahal, untuk orang miskin sepertiku tidak baik bermewah seperti itu.

Konsentrasi penuh, dan api berputaran membentuk sebuah bola seukuran telapak tanganku muncul di depan tanganku. Aku memilih cara ini terlebih dahulu, melihat efeknya. Hanya butuh waktu sekitar 2 detik, fire ball kuhempaskan ke arah reruntuhan batu. Ledakan kecil terjadi saat bola api bersentuhan dengan batu, dan menimbulkan percikan api ke sekitarnya membakar rerumputan namun tidak lama kemudian api itu hilang termasuk percikan api yang membakar rumput. Karena apinya begitu kecil, tidak lama semuanya sudah padam. Aku lihat kerusakan di batu yang kuhajar dengan fireball. Tidak terlalu parah, ada sedikit cekungan akibat ledakan. Ini cukup kuat atau sangat lemah? Aku tidak bisa mengetahuinya.

Kedua kali, kucoba dengan lewat pedang sihir. Pedang itu menyala kemerahan dan kemudian gumpalan api muncul, seperti saat tadi, hanya terlihat sedikit lebih besar. Mungkin hanya perasaanku. Butuh waktu sedikit lebih lama, dan api itu kuarahkan ke batu yang sama tapi sisi berbeda. Ledakan kecil kembali terjadi dengan efek hampir sama dengan sebelumnya. Saat kulihat lebih jelas, aku masih tidak melihat perbedaan berarti, sepertinya sih lebih dahsyat, tapi sepertinya juga sama. Ah sial aku, anggap saja ini lebih baik karena butuh waktu lebih lama. Pedang ini menguatkan skill sihir bukan, pasti demikian.

Yang penting sekarang kuselesaikan dulu quest daging Tauros. Dengan taktik yang sama, sisa wortel yang sudah mulai layu, aku memancing Tauros. Jauh lebih cepat, aku menghabiskan semua wortel untuk membasmi 10 Tauros, dan mendapatkan 8 daging Tauros tambahan. Waktu yang kubutuhkan jauh lebih singkat hampir separuh waktu kemarin. Pilihanku menaikan str sukses besar. Elise pasti bangga denganku.

Masih ada sisa mana 30, dan kebetulan aku melihat Tauros berjalan sendiri. Posisinya cukup jauh. Tauros itu berhadapan denganku sambil mengunyah rerumputan. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Ini saatnya aku mencoba fireball pada monster. Secara angka teori seharusnya daya rusaknya lebih besar dari knock ku saat ini.

Fireball!

Perasaan tidak enak apa ini, seakan ada suara hati berkata kalau aku telah melakukan kesalahan besar. Bola api itu meluncur mengarah ke Tauros yang sendirian, namun Tauros bukanlah benda mati, ia juga merasakan bahaya seketika ia berlari menjauh, menghindari bola api itu. Dan tentu saja bola api itu tidak bisa berbelok mengejar, terus lurus melaju kencang.

Blarr mengenai sekumpulan Tauros lain di belakang.

Glek.

Seketika mata mereka memerah, menghebuskan aura panas, berdiri dan mengejarku. Ada 5 ekor mengejarku berlari dengan kedua kakinya. Dasar monster bodoh, kalau kalian berlari dengan 4 kaki tentu lebih cepat.

Seakan pikiranku didengar monster-monster itu. Sekumpulan Tauros itu berlari dengan 4 kaki dengan langkah yang sangat cepat membuatku,

"Tolong!"

Derap langkah Tauros semakin mendekat. Dimanakah kalian para petualang yang biasanya selalu muncul bak pahlawan? Sekarang saatnya kalian melakukannya. Dasar petualang, hanya mau menolong wanita kesusahan, hanya memikirkan uang. Sederet makian aku lontarkan dalam pelarian ini. Tunggu dulu bukankah aku juga seorang petualang? Sial.

Seekor Tauros berhasil mendekati dan berdiri memukulku. Entah karena panik, kemampuanku muncul, aku bisa menghindari pukulannya.

"Ha ha, tidak kena!"

Tauros itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dan sekali lagi aku melakukan kesalahan besar karena berhenti untuk merayakan kehebatan menghindar. Tauros yang lain segera menutup jalan lariku.

Sejak kapan mereka menjadi lebih pintar? Insting alami monster memang tidak bisa diremehkan. Sementara aku bingung, Tauros yang terjatuh juga sudah berdiri menghalangi jalan sebaliknya.

5 Tauros mengelilingiku sambil berteriak saling menyaut. Oh dewa, apa hidupku berakhir disini? Sekelabat bayangan masalalu saat aku kencan dengan Elise melintas dihadapanku, bayangan wanita cantik lain juga terlihat. Kapan aku bertemu dengannya? Seorang perempuan dengan pakaian minimalis, otot yang kekar, dan yang paling mengesankan dadanya yang besar terlihat seperti buah melon yang ingin memberontak keluar dari pakaiannya yang sedikit. Matanya merah menyala tajam menatap kedepan. Malaikat maut penjemputku kalau sencantik ini aku rela meninggalkan dunia saat ini juga.

Crashh

Tubuh Tauros terbelah menjadi 2 lenyap seketika. Muncratan darahnya menyadarkanku dari lamunan. Eh aku belum mati? Aku mencubit diriku, masih terasa sakit. Ah iya aku kan belum diserang oleh Tauros.

Wanita berdada besar itu bergerak lincah sambil mengayunkan senjatanya lagi. Tombak panjang dengan mata kapak yang besar, sebuah halberd diayunkan dengan mudah, hanya dengan satu serangan berhasil membunuh Tauros. Teriakan perang Tauros perlahan menjadi teriakan kematian. Satu persatu jatuh tewas.

Tidak sampai 1 menit, hanya dengan sebuah tarikan napas 5 Tauros berhasil di basmi. Wanita itu berdiri sambil menghempaskan darah monster yang masih menempel di halberdnya. Tubuhnya lebih tinggi dariku, rambutnya pendek sebahu berwarna gelap agak coklat tapi diikat kuncir kuda. Ia melihatku,

"Kamu tidak apa-apa? "

"Hah aku? Tentu saja, ini cuma Tauros kok. Bukan masalah besar, aku bisa mengatasinya"

"Oh maaf, aku tidak bermaksud mengganggu. Aku kira kamu berteriak minta tolong tadi, apa aku salah dengar?"

"Ah tidak, er itu juga aku sih. Tapi ya... "

Wanita itu tersenyum.

"Terima kasih bantuanmu, tadi itu sebenarnya nyaris saja."

"Tidak masalah. Sesama pemula memang harus saling membantu. "

"Pemula?"

"Ya, aku baru level 4. Baiklah, kurasa sudah tidak ada lagi monster agresif yang akan menyerangmu," kata wanita itu beralih pergi.

"Hei tunggu, Apa kita bisa bertemu lagi?"

Wanita hanya melambaikan tangan berjalan pergi. Sangat cepat, ia berlari seperti ada yang mengejar atau mungkin ia sedang kebelet mencari kamar kecil.

Konflik batin saat kulihat beberapa daging Tauros yang ditinggalkan dan sebuah benda kecil tajam berbentuk silinder melenkung, sebuah tanduk Tauros yang nilainya 500 koin. Petualang tadi tidak mengambiknya, seharusnya ini adalah milik ya. Tunggu dulu bukankah aku yang menjadi umpan? Sehingga dia bisa dengan mudah membasmi semua, tentu saja aku juga punya andil. Ini berarti aku juga berhak. Ini pasti berkat, dan menolak berkat itu tidak baik, lagian wanita itu sudah tidak ada. Kalau ditinggal juga barang ini akan hilang, daripada itu bagus aku amankan.

Setelah konflik batin untuk membenarkan diri, akhirnya kumasukan semuanya dalam penyimpanan dimensiku.

***

"Ayo kencan, Elise!"

Elise menatapku dengan ekspresi yang sama jika aku melihat tumpukan kotoran sapi saat di peternakan.

"Ayolah, minimal biarkan aku mentraktirmu minum, ok!? "

Keberuntungan sedang menyertaiku, daging Tauros yang lebih, dibeli langsung sama Bu Marcie dengan harga 500 koin. Kemudian bonus tanduk Tauros yang ternyata lagi mengalami kenaikan harga. Saat ini bisa laku dengan 750 koin, gosipnya tanduk ini bisa jadi bahan alternatif untuk obat membangkitkan kejantanan pria yang sudah loyo. Kualitasnya memang tidak sebanding bahan utamanya, namun harganya lebih murah jadi tetap banyak peminatnya.

"Kamu sudah banyak membantuku, ijinkan aku membalasnya. Dan lihat sekarang aku sudah bisa menggunakan pedang sihir, kemampuan bertarungku jadi meningkat tajam."

Elise yang berusaha cuek, membalik badannya, menggebrak meja menatap marah ke arahku.

Apa yang kulakukan? Kenapa dia marah? Ah iya... Pedang sihir.

"Sudah bisa menggunakan pedang dengan str 3? Baru naik 1 level dengan job classmu itu? Bagus, kamu memang kreatif," kata Elise dengan datar.

"Tentu," balasku reflek melangkah mundur.

"Coba liat statusmu."

"Ah jangan, tidak ada yang istimewa selain strku naik."

Mata Elise menyala, ia sedang merapal skill untuk mengintip statusku. Ini pelanggaran privasi!

"Err..."

"Selamat tuan Aran, kamu spirit support yang paling kuat saat ini. Dengan kekuatan fisik yang mampu mengangkat kayu bangunan dan mengayunkan pedang seperti layaknya penjaga pasar," kata Elise dengan wajah penuh senyuman.

"Oh kamu tidak marah? Hebat kan? Aku memang luar biasa."

"Ah kenapa saya harus marah tuan Aran? Kekreatifan anda sungguh luar biasa tuan Aran," tambah Elise masih dengan senyum ala pedagang yang menawarkan jualannya.

"Eh Elise?"

"Ada apa tuan Aran?"

Elise berdiri tetap tersenyum tapi walaupun demikian terasa hembusan aura yang tidak terlihat menekan diriku.

"Itu..."

"Ya tuan Aran?"

Aku melangkah mundur, mungkin sebaiknya aku kabur dulu dari guild.

"Aku pamit dulu."

Segera aku berbalik berusaha mencapai pintu guild tapi gerakan Elise begitu cepat, ia sudah berdiri di hadapanku dengan senyum yang sama tapi tidak ada kehangatan, semua terasa menekan.

"Mau kemana tuan Aran?"

"Anu, harus kerja?"

"Ini masih siang tuan Aran. Sekarang coba kamu jelaskan kenapa kamu kembali ambil skill 'str +' ?"

Apa yang harus kujawab? Impulsif? Dengan perhitungan matang? Mencoba kreatif? Atau mungkin kualihkan perhatiannya dengan skill baru fireball? Pikir Aran, pikir!

"Jadi? Aku menunggumu tuan Aran. Keseriusanmu menjadi petualang atau hanya se ke dar ber ma in-main?"

Hei kenapa kamu yang emosi, ini kan hidupku. Suka-suka aku mau ambil skill apa. Ini hidupku!

Bagus sekarang coba bicara dengan jelas bukan dalam khayalan semata.

Senyum Elise perlahan berubah, matanya menjadi lebih besar, tajam menatapku. Ayo berpikir apa yang bisa menenangkan Elise? Ah tentu saja, Ina! Elise tidak bisa apa-apa saat diganggu Ina.

"A... Aku teledor te he?" Jawabku meniru pose Severina memeletin lidah sambil tangan lain mengetuk pelan ke kepalaku.

Bletak!

"Teledor kepalamu!"

Kepalaku benjol besar. Ok aku harus mencatat kalau Elise tidak bisa dirayu dengan keimutanku. Tidak sukses.

"Ampun, ok aku salah. Tapi dengan ini aku bisa menyelesaikan quest lebih cepat," balasku cepat sebelum Elise kembali memukulku.

Saat ini seluruh orang di guild sudah terbiasa dengan kondisiku yang selalu dihajar oleh Elise, tidak ada yang mau menolongku. Kebiasaan itu sangat tidak baik.

Elise menghela napas dengan sangat panjang.

"Sudahlah, aku capek. Suka-suka kamu sajalah. Mau ikut panduan, mau kreatif berusaha jadi warior atau apapun itu terserah," kata Elise sambil kembali menuju konter.

Tampaknya situasi sudah mereda. Ya benar ini kan hidupku. Suka-suka aku. Akan kubuktikan kalau pilihanku tidak salah.

Semoga.

"Jadi sekarang kamu mau ambil quest baru?"

"Hmm aku berpikir untuk membentuk grup agar bisa pergi ke labirin sihir. Kubaca di panduan itu membantu lebih cepat naik level dan hasil yang bisa didapat lebih besar."

"Kamu membaca panduan?"

"Tentu saja aku baca, ya sedikit."

"Tapi mustahil ada yang membentuk grup sama kamu. Ingat, kamu ini beban dalam grup. Lupa dengan kujelaskan dulu? "

"Bagaimana denganmu? Kamu juga petualang kan?"

Percakapan terjadi seperti biasa, kurasa dia memaafkanku karena sedikit melenceng dari panduan.

"Kenapa aku harus membentuk dengan grup denganmu? Kamu tidak pernah dengar saranku. Kemungkinan besar pasti lebih teledor lagi saat di labirin sihir. Sia-sia lebih baik kamu teruskan quest normal saja seperi membasmi slime atau Tauros."

Aku ralat, dia marah atau sudah cuek sama sekali? Mungkin malah dendam. Mungkin sebaiknya hari ini aku bersantai dulu, atau mengalihkannya ke topik lain.

"Ah iya, saat aku berburu Tauros. Karena lengah aku hampir dikeroyok 5 Tauros. Iti benar-benar kejadian antara hidup dan mati."

"Sayangnya kamu masih hidup. Ya petualang pemula umumnya tidak melakukan kesalahan seperti itu."

"Err...ya aku memang beda. Tapiada juga pemula yang mampu membasmi 5 Tauros itu dengan mudah. Paling tidak dia berkata kalau dia adalah pemula juga baru level 4."

Tanpa sadar pembicaraanku ini didengar oleh sekelompok pria yang baru saja masuk.

"Apa benar seorang level 4 mampu membasmi 5 Tauros dengan mudah? Semudah apa maksudmu?" tanya pria yang berada di tengah. Tubuhnya paling kecil dibanding kedua temannya. Pakaiannya terlihat cemerlang, dengan kumis tipis diwajahnya. Pria itu berjalan perlahan ke arahku.

"Hanya dengan potong, belah, bacok semua hanya dengan sebuah serangan halberd," jawabku semangat sambil memperagakan gerakan memotong membelah dan membacok yang tentunya sangat jelek. Sehingga mereka sama sekali tidak terlihat antusias.

"Aku tidak bohong, tapi gerakanku mungkin tidak bagus, tapi benar perempuan itu hanya dengan 1 serangan untuk mebasmi 1 Tauros."

"Perempuan?"

"Ya, seksi dan besar... "

"Seksi dan besar?"

Kembali kepalaku dipukul oleh Elise. Lama-lama aku bisa kena geger otak.

"Maafkan anak muda ini tuan muda Unokrat. Mungkin dia sedang berdelusi akut."

Aku mau protes tapi Elise lebih cekatan menyikut perut. Unokrat diam tidak membalas, ia hanya menatapku dengan pandangan merendahkan. Tiba-tiba suara desingan senjata beradu terngiang di telingaku. Sebuah pedang dengan bilah yang kecil tapi panjang ujung yang tajam ditahan oleh busur milik Elise. Tidak menunggu lama Elise kembali mengayunkan busurnya mendorong pria bernama Unokrat ini. Pria itu tidak bergerak lincah melompat kecil, mundur menarik pedang tipisnya itu mengambil posisi siap bertarung. Kedua pria lain yang sedari tadi hanya berdiam dibelakangnya langsung bergerak menutup, berusaha melindungi dengan mengeluarkan senjata mereka.

"Apa maksudnya ini? Kalian menantang bangsawan Unokrat? Menyerang tuan muda Killian Unokrat?" Teriak seorang pengawal berbadan besar, gemuk tapi juga terlihat berotot, ia mengeluarkan pedang besar miliknya mengarah pada Elise.

Aku tidak tahu mereka ini buta atau bagaimana? Sudah jelas aku yang diserang, tapi malah berkata kami yang menyerang.

"Hentikan, kalian membuatku malu," Kata Killian Unokrat. Ia memasukan pedangnya ke penyimpanan dimensi.

"Tapi tuan muda..."

"Masukan senjata kalian!"

Kedua pria itu menurut. Mereka kemudian kembali ke posisi berdiri dengan setia di belakang Killian.

"Maafkan pengawalku. Maklum mereka orang lapangan, bukan bangsawan seperti saya. Nah nona Elise kembali ke masalah semula, kenapa kamu menghalangiku memberi pelajaran pemuda vulgar yang tidak tahu adat ini?"

"Tuan muda Killian, maafkan kami jika menyinggung perasaanmu. Guild ini penuh dengan petualang yang sangat kasar apalgi pria itu, hanyalah pemuda kampung yang vulgar seperti katamu. Tapi bagaimanapun juga dia adalah anggota guild ini, kami punya kewajiban menjaga anggota. Tolong maafkanlah dia,"minta Andreas, ia maju menengahi masalah ini. Andreas adalah protektor guild bisa dikatakan orang nomor 2 di guild. Sebenarnya aku sendiri belum pernah bertemu si nomor 1 yaitu pemimpin guild ini.

"Pak Andreas, salam. Memandang reputasimu, tentu aku harus mengabulkannya," balas Killian dengan sopan.

"Terima kasih atas kemurahanmu. Jadi apa yang membawamu ke tempat kami ini, tuan muda?"

Killian melihat sekeliling guild, ia tampak menyelidiki segalanya dengan cepat.

"Hanya sekedar mengisi waktu luang. Aku merasa mungkin ada anggota guild ini yang berkapasitas baik untik menjadi pengawal keluarga Unokrat. Tapi sayangnya aku tidak menemukannya kali ini."

Killian kemudian berjalan menuju ke tempatku, tidak dia ke tempat Elise,

"Kemampuanmu sangat bagus, tawaranku untukmu agar menjadi pelayan di tempat kami masih berlaku nona Elise. "

Elise menunduk hormat, "sebuah kehormatan bagiku tuan muda, tapi saat ini saya masih ingin menjadi petualang. "

"Apa boleh buat, mungkin suatu saat. Saat kamu sudah menyerah menjadi petualang. Baiklah pak Andreas kami tidak berlama-lama lagi," seru Killian melangkah pergi bersama kedua pengawalnya.

Andreas dan Elise menunduk dengan hormat mengantar mereka. Setelah pasti saay keduanya pergi Elise nampak lega.

"Dasar bocah bangsawan," keluhnya.

"Hei sudah kukatakan, simpan itu sampai dia benar-benar pergi," kata Andreas.

"Huh, dia masih mengira keluarga Unokrat itu masih berkuasa seperti dulu. "

"Ssst," Andreas memberi isyarat sambil menunjuk ke salah satu bagian guild dimana petualang lain duduk bersantai.

"Ha ha ha, santai saja Andreas. Killian memang masih bocah, dan Unokrat sudah melemah itu fakta," sahut seorang kakek tua dengan mantel gelap.

"Tuan Ganon?! Maafkan aku!"

"Sudah, jangan terlalu kaku. Aku bukan Unokrat," balas pria bernama Ganon, "Aku harus menyusul tuan muda itu dulu, semoga dia tidak membuat masalah lagi seperti ini."

Ganon melangkah santai keluar, sama sekali tidak nampak buru-buru seperti ucapannya. Dan ini aku bingung apa yang sudah terjadi? Siapa Unokrat? Bangsawan? Nomor 2? Ganon dan Andreas? Terlalu banyak info baru.

"Baik coba jelaskan padaku, apa yang sudah terjadi. Aku butuh penjelasan," pintaku seperti orang penting.

"Tidak ada hubungannya denganmu," jawab Elise singkat.

"Eh... "

"Jangan begitu nak Elise. Kalau kamu tidak menjelaskan padanya, mungkin besok ia terlibat masalah lagi dengan Unokrat atau bangsawan lain."

"Ya Pak Andreas saja yang jelasin."

"Hei, kenapa kelakuanmu padaku dan Ganon berbeda? Aku sih mau saja tapi sebagai protektor tugasku ada banyak, lagi sibuk. Kuserahkan ini padamu, " Jawab Andreas langsung berlari ke balik ruangannya.

Aku menatap Elise dengan mata serius. Membuktikan kalau aku niat belajar. Banyak pengetahuan umum yang belum kuketahui, dan juga tentang perempuan seksi dan besar itu. Sebelum bertanya si seksi dan besar mungkin sebaiknya aku bertindak sebagai petualang yang serius.

"Jadi mulai darimana?"

"Hmm, siapa itu Killian Unokrat?"

"Dia ya... Bangsawan berpengaruh di kota Lonos, paling tidak sampai 1 generasi lalu sebelum reputasi mereka jatuh. Walaupun demikian mereka tetap nomor 2 di Lonos. Dan dia adalah tuan muda pewaris Unokrat, sisanya kamu bisa tebak sendiri."

"Terus bangsawan? Kenapa kamu sepertinya sopan sekali sama mereka? Siapa mereka? "

Elise melihatku dengan serius,

"Kamu tahu bangsawan kan?"

"Ya tentu saja aku tahu, tapi pertanyaanku kenapa harus sopan sama mereka? Seperti yang tadi apa salahku? Dan dia yang menyerang duluan tapi kok kita yang disalahin?"

"Singkatnya mereka bisa dikatakan lebih berharga dibanding rakyat jelata. Itu pandangan umum. Nyawa mereka, kepentingan mereka harus diutamakan, dan hukum kecil seperti membunuh rakyat jelata tidak akan mengikat mereka. Kecuali kamu bisa menggerakan bangsawan lain yang kedudukannya setara atau lebih tinggi untuk mendakwa mereka. Jadi kusarankan kamu jangan berselisih paham, menyinggung atau melawan mereka. Bahkan tindakan bodohku seperti tadi yang membelamu sudah bisa membuatku dipenjara atau dihukum kalau saja pak Andreas tidak ikut campur."

Aku menatap Elise dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak kusangka kamu begitu mencintaiku sampai ingin berkorban nyawa melawan bangsawan."

Duag!

Elise memukulku, ya ini Elise yang kukenal dengan baik.

"Siapa yang mencintaimu bodoh? Walaupun aku bisa dihukum, tidak berarti bangsawan selalu asal menghukum orang. Dan Killian juga walaupun menjengkelkan dia tidak sembarang bertindak, mungkin. Ah bukan begitu kamu adalah anggota yang harus kami lindungi. Begitulah," jawab Elise sambil memalingkan wajahnya.

Aku mengangguk-angguk sambil sambil mengulum senyum. Ada sisi manisnya juga, pendekatanku mungkin mulai sukses.

"Bangsawan ya, mungkin suatu saat aku juga bisa mendapat gelar seperti itu. Bagaimana kita bisa mendapatkan gelar bangsawan?"

"Hah, kamu lebih baik memikirkan sampai level 10 dahulu baru pikir selanjutnya. Sekarang apa yang mau kerjakan untuk quest selanjutnya? Untuk levelmu saat ini belum ada. Ya kalau kamu mau mencoba menantang diri bisa mencoba quest untuk level diatasmu atau silakan berburu sesukamu sampai naik level 5," kata Elise, wajahnya sudah kembali biasa. Hati kecilku berkata kalau aku melakukan kesalahan, tapi apa? Ah sudahlah.

Quest selalu berganti dan berulang dalam periode tertentu. Semua tergantung permintaan masyarakat atau guild yang menentukan. Guild sendiri ada kerjasama dengan perserikatan pedagang, seperti tugas Tauros ini adalah salah satu permintaan serikat dagang. Biasa ya sangat jarang quest level rendah yang masuk, aku beruntung saja kali ini. Dan sekarang aku ingat, aku harus cari informasi mengenai petualang perempuan yang menolongku.

"Apa kamu kenal dengan petualang pemula yang kumaksud? Itu perempuan seksi dan besar itu."

Tatapan Elise berubah,

"Apa maksudmu besar? "

"Ya itu," kataku memperagakan dengan kedua tanganku menunjukan benda idaman yang disukai lelaki manapun, seolah menimbang-nimbang 2 buah melon.

"Aku tahu maksudmu, itu pasti petualang baru yang kemarin datang. Seorang mercenary bentar... Namanya... Ah ya Riona. Ya dia memang seksi dan besar. Aran kamu memang lelaki sejati," suara itu milik salah satu petualang yang sedang nongkrong di guild. Aku selalu melihatnya tapi belum berkenalan. Perawakannya sedang, dengan wajah sedang-sedang saja maksudku kalah ganteng dibanding denganku. Ia berambut pirang dengan pakaian kulit berwarna coklat, sebuah pedang digantung di pinggangnya.

"Wence!"

"Hei kalem Elise, oh ya kita belum berkenalan secara langsung. Namaku Wencout Slamar, kamu bisa memanggilku Senior Wence. Tentu saja aku level diatasmu, ha ha ha," katanya sambil memaksa berjabat tangan denganku.

"Riona ya...nama yang bagus," renungku kemudian melihat Elise, "Sama indahnya dengan Elise," tambahku cepat.

Elise mendengus. Sementara itu kedua teman Wence memanggil agar dia cepar mendaftarkan quest baru. Aku lihat dia mengambil quest untuk level 15-20, menyerahkannya pada Howard, karena Elise sedang melayani.

"Jadi kusarankan kamu terus saja berburu Tauros atau Slime mungkin jika berani agak jauh ada monster seperti Goblin tapi lebih kecil dan lebih lemah yang bernama Boblin. Hati-hati mereka selalu berkemlompok 3 atau 4. Dan agresif terhadap manusia," kata Elise memberi saran.

"Apa tidak berbahaya kalau sendirian menghadapi gerombolan seperti itu? Aku bisa saja tewas beneran kali ini."

"Tenang saja kamu kan sudah mahir berburu," sindir Elise, kemudian lanjutnya, "secara level mereka diatas Tauros tapi daya rusak serangan mereka di bawah Tauros. Kurasa kamu aman karena sudah level 3, tapi agar lebih aman mungkin bisa membeli perlengkapan baru, ya kreatiflah."

Itu pujian? Sepertinya pujian. Yes aku berhasil menaikan reputasiku dinata Elise. Baiklah aku akan mengikuti sarannya, menuju level 5.

***

Seminggu ini aku terus berburu Tauros dan terkadang slime. Aku sudah berhasil naik ke level 4 namun butuh waktu lebih lama lagi dibanding saat dari level 2 ke level 3

Level 4 :

HP : 360(+20) ; MP : 70(+10)

Str : 3

Agi : 5(+1)

Int : 14(+2)

Wis : 26(+2)

Res : 12(+1)

Vit : 5

Luck : 5

Skill poin : 3(+3)

Ya saya semakin bijaksana, saat berburu lebih hati-hati tidak mau ambil resiko. Tapi dengan harga waktu yang lebih lama, sangat lama. Tidak ada perubahan berarti saat berburu, tidak ada kejadian yang menarik. Siang berburu, sore menjual hasil buruan, malam bekerja. Sedikit demi sedikit ada tabungan. Namun uang ini sangat kecil saat aku melihat perlengkapan yang baru di tempat Mason, harga termurah itu 2500 koin. Benar aku bisa beli tapi kuurungkan niatku, karena hanya berbeda tipis dari pertahanan baju pemula yang kudapat. Ya itu bisa kumaklumi, kualitas perlengkapan, sepergi pakaian, atau zirah di bengkel Mason adalah produk massal, bukan hasil tempaan sendiri. Aku perlu bertanya pada Elise dimana sebaiknya mencari perlengkapan baru untuk pertahanan diri. Ya produk massal bukannya tidak baik, harganya relatif murah tapi hanya dapat kualitas standar.

Saat ini aku baru selesai berburu, dan berdiri bengong di tengah pasar.

"Hei Aran, kenapa bengong? " Tanya suara yang kukenal, dia adalah Wencout Slamar.

"Senior Wencout."

"Panggil aku senior Wence, oh ya ini kedua partnerku sayangnya mereka juga cowok. Sial aku ingin cewek!"

"Jangan norak Wence, oh Aran. Aku lelaki dengan dua pedang, panggil saja aku senior Dan, atau bisa juga memanggil nama lengkapku Daniel Alder "kata pria lain. Dia juga selalu terlihat bersama Wence saat di guild, perawakannya lebih tinggi banding Wence, rambutnya juga pirang panjang di sisi kanan pendek disi kiri, lebih terlihat kalem kalau saja dia diam.

"Hah Dan, kamu sendiri sama noraknya," bantah Wence.

"Kalian berdua memang norak, pantas saja junior kita ini menghindari kita," Kata seorang laki-laki berkacamata, ia sering sekali membetulkan posisi kacamatanya setiap kali berbicara. Tubuhnya paling ceking dengan rambut klimis yang disisir kebelakang, seperti orang intelek tapi kurasa dia juga sama seperti kedua temannya, norak.

"Lepaskan kacamatamu itu. Kamu itu punya penglihatan normal, Eric!" protes Wence pada pria berkacamata. Wence berusaha merebut kacamata itu namun ditepis oleh Eric dengan lincah.

"Eric the intelect itulah aku."

"Kacamata tidak membuatmu jadi intelek, Eric."

"Itukan menurutmu tapi pandangan umum, kacamata itu wajib menambah karisma intelek. Liat buktinya status kacamata ini int+10," sanggah Eric sambil menunjukan status kacamata miliknya.

Aku yakin kacamata itu harganya sangat mahal kalau punya status istimewa seperti itu.

"Jadi Aran, ngapain kamu sendirian? Tidak ada kerjaan?"

"Ya baru saja habis berburu, sebentarlagi maj bekerja di penginapan," kataku berusaha sopan. Siapa tahu aku bisa diajak kedalam grup mereka. Level mereka seharusnya diatas 10, pasti aku bisa memanfaatkannya.

"Euy kamu kerja di bambu hijau milik Marcie itu?" tanya Wence.

Aku mengangguk. Ketiganya berbisik-bisik.

"Sayang sekali, tadinya kami ingin mengajakmu main. Tapi lebih baik kamu kembali bekerja sebelum Bu Marcie mencarimu," kata Wence lagi.

"Wanita itu membuatku ingat kejadian buruk, lebih baik kita pergi sebelum ia tahu kalau pekerjanya kita tahan," tambah Dan.

"Jadi kalian juga dulu pernah menginap di Bambu Hijau?"

Ketiganya berpandangan

"Hampir semua petualang pemula yang tidak punya tempat tinggal direkomendasikan ke tempat Bu Marcie, sepertinya dia dan ketua adalah teman lama," jelas Eric.

"Bu Marcie sangat baik, selalu memberiku makan enak."

"Ya itu karena kamu rajin bekerja, tapikalau kamu bolos.... Brrrr," Wence terlihat gemetar.

"Intinya jangan bolos, ok itu wejangan intelek dari seniormu. Adios, " tutup Eric mengajak ketiganya pergi.

Bu Marcie bukan petualang kan? Dia hanya pemilik penginapan. Dunia memang luas dan masih banyak yang tidak kuketahui, ah waktunya sudah mepet aku harus kembali ke penginapan.

Sosok wanita berjalan melewatiku, aku mengenali bentuk tubuhnya yang seksi nan besar itu. Dia Riona, ia berjalan menuju pintu gerbang. Mungkinkah dia hendak berburu saat malam? Menurut buku panduan monster saat malam hari lebih agresif dan lebih bahaya. Ada beberapa tipe monster yang hanya muncul saat malam hari.

Elise memperingatiku agar tidak berburu saat malam hari, karena selain monster terkadang ada mahluk lain berkeliaran, dan aku tidak berniat mencari tahu apa itu.

Riona, entah kapan lagi bisa bertemu, ah tapi aku harus bekerja. Sial karena sadar akan kelemahanku, akhirnya aku menyerah mengikutinya. Aku juga tidak ingin di labeli sebagai penguntit terlebih lagi peringatan senior akan Bu Marcie, lebih baik aku kembali ke penginapan.

***