webnovel

part 3

Aku menelusuri gang-gang kecil, akhirnya tiba di tujuan, penginapan Bambu Hijau. Tempat ini akan menjadi markasku untuk beberapa waktu. Bangunan penginapan ini terbuat dari kayu yang dicat berwarna hijau tua, mempunyai 2 tingkat. Sisi kiri aku bisa melihat sumur kecil dan jemuran sprei yang ditutupi pagar sebatas pinggang. Cahaya remang keluar dari sela pintu penginapan, ditambah beberapa suara tawa. Aku pikir penginapan ini memfungsikan lantai dasarnya sebagai tempat makan juga.

Tepat seperti perkiraanku sebuah plang kecil tergantung di samping pintu bertuliskan,

"penginapan dan restoran Bambu Hijau"

Setelah memastikan bawaanku yang hanya berupa tas kecil, aku melangkahkan kakiku untuk masuk. Ada alasan kenapa aku tidak memasukan tasku kedalam penyimpanan dimensi. Ternyata saat mendaftar sebagai anggota guild, setiap anggota baru mendapatkan perlengkapan dasar. Aku mendapatkan pakaian berupa jubah dengan perlindungan lebih baik tentunya dibanding pakaianku, sebuah senjata, dan buku panduan monster. Sisa tempat aku gunakan untuk menyimpan uang.

Saat di dalam aku mendapati 2 meja terisi, dan seorang wanita?pria? Duduk di belakang konter. Tubuhnya terlihat besar, ia melihatku dan langsung menghampiriku. Semakin dekat aku bisa melihat besarnya tubuh orang ini, wajah yang besar, dengan beberapa bekas guratan di wajahnya, bibir yang tebal menghisap rokok yang besar juga, dan rambutnya yang penuh diikat naik.

"Andreas sudah memberitahuku,"serunya dengan suara parau yang terasa menekan.

Aku pikir dia seorang pria tua tapi tidak, dia seorang wanita. Ia menggunakan celemek putih, dan bibir tebalnya diberi pewarna berwarna merah terang, matanya bulat besar menatapku.

"Kamu seorang spirit support pemula yang akan bekerja disini selama sebulan,"sambungnya.

"Kerja?"

"Kerjamu sebagai pelayan, melayani tamu, bersih-bersih dan membawa pesanan. Waktu kerjamu cuma saat sore sampai malam. Saat pagi sampai sore waktu bebas, kamu bisa pakai untuk berpetualang atau apalah, terserah kamu. Saat malam kamu akan kuberi makan, tapi sisanya cari sendiri."

"Tapi aku kan dapat rekomendasi menginap gratis sebulan dari pak Andreas, ini buktinya,"bantahku sambil menyerahkan kertas pengenalan.

Ibu itu mengambil, kemudian membuang ingus di kertas itu.

"Tidak ada yang gratis!" Geramnya tepat di wajahku. Semburan air liurnya membasahi wajahku.

"Tapi..."

"Tidak ada tapi, kamu mau makan? Harus kerja! Mau tinggal? Harus kerja! Andreas selalu begitu, sudah kukatakan berkali-kali. Sepertinya dia perlu diberi pelajaran."

Ibu itu menghisap rokonya dengan sekali hisapan besar sampai habis dan menyemburnya.

"Dengar anak muda,kamu sudah diberi kemudahan hanya kerja saat malam. Terima atau pergi?"

Aku tidak punya tempat lain. Apalagi uangku terbatas. Penawarannya juga tidak buruk, walaupun lebih enak jika gratis. Akhirnya aku menjawab menerima syarat darinya.

"Kamu bisa memanggilku, bu Marcie, mengerti!"

"Siap,mengerti!" Balasku reflek.

"Untuk malam ini kamu cukup bersihkan piring di dapur."

"Siap, mengerti!"

Aku segera mengerjakannya, tapi dimana dapur? Celingak-celinguk mencari,

"Dapur ada di sana," tunjuk Marcie ke arah di bagian kanan belakang konter.

Pekerjaan mencuci bukan hal asing bagiku yang besar dipanti. Tumpukan piring kotor segera kubersihkan sisa makanannya dan kucuci bersih.

Baru saja selesai mencuci sebagian, Bu Marcie masuk, memasak, dan kembali menyerahkan peralatan yang harus dicuci. Akhirnya hari ini kuhabiskan dengan pekerjaan mencuci.

"Makanlah," kata Marcie menyodoriku sepiring masakan yang mewah.

Maksudku mewah adalah porsinya yang banyak, tapi bentuknya sama sekali tidak jelas, ini masakan apa? Makanan sisa? Ada sayur, kentang, telur, dan berbagai jenis bahan yang tidak kukenal, semua dicampur aduk tidak beraturan.

Bagiku yang besar dengan makanan terbatas, ini adalah kemewahan. Rasa urusan kedua, namun...

"Apa ini? Enak sekali!" Seruku terpesona dengan rasanya. Mungkin aku berlebihan karena anak kampung, sepertinya ini makanan sisa tapi rasanya kok mantap sekali.

"Makanan, monster, manusia, semua yang ada di dunia ini seperti itu. Kamu tidak bisa hanya menilai dari luar saja. Ingat itu!" Tegas Marcie.

Ia menungguku menghabisi makananku sambil merokok, kemudian ia menunjuk sebuah kamar di sebelah dapur. Kamar yang menjadi markasku selama paling tidak sebulan ini.

Kamar ini, hanya berisikan kasur kayu dan sebuah lemari. Hari pertama saja, aku sudah mendapat kamar sendiri yang semewah ini, aku yakin kedepannya bakal lebih baik.

***

Hari ini aku memulai langkah pertama sebagai petualang yang asli. Quest pertama, formalitas adalah membasmi 10 slime. Slime adalah monster yang pasif, mereka tidak menyerang mahluk lain jika tidak merasa terintimidasi. Namun mereka tetap mengganggu habitat manusia karena sering merusak wilayah pertanian. Habitat mereka yang terdekat ada di sebelah timur kota Lonos, sebuah padang rumput yang sangat luas. Umumnya mereka suka beraktifitas di sekitar aliran sungai.

Kini aku berhadapan dengan seekor slime. Slime yang kuhadapi berwarna biru langit. Menurut buku panduan monster, semakin tinggi level slime maka warnanya pun berubah, dan semakin besar. Bahkan ada jenis slime yang menyerupai manusia, slimegirl dan slimeboy.

Gadis slime...terdengar menarik, kuharap suatu hari aku bisa menemukan mereka. Ah apa yang kupikirkan, mereka itu monster!

Elise memberitahuku cara untuk melihat status monster dengan memfokuskan diri saat menghadapi mereka, maka akan tampil jendela informasi seperti halnya statusku. Monster rendahan gampang untuk dilihat statusnya secara keseluruhan namun semakin tinggi level monster itu, maka akan semakin susah dan butuh skill tertentu, ah iya skill mengintip.

Slime - Str 1; vit 0 ; res 0 ; agi 2; int 1 ; wis 1; hp 110; mp 0

Sebelum mengambil poin str, aku hanya sekuat slime ini. Aku melihat slime-slime lain statusnya tidak berbeda jauh, paling hanya perbedaan banyaknya hp mereka.

Slime di hadapanku melompat-lompat kecil seperti kelinci. Dia sama sekali tidak sadar kalau jiwanya sudah berada dalam kemurahan hatiku. Dia akan kubasmi.

Aku menyiapkan senjataku, sebuah pedang pendek. Sebenarnya Elise memberiku sebuah tongkat sihir, namun aku meminta sebuah pedang. Kemampuan yang kuambil juga serangan jarak dekat jadi kurasa pedang lebih baik. Untungnya Elise tidak banyak protes, ia malah tersenyum saat memberikan pedang ini. Bu Marcie juga memujiku, saat melihatku mempersiapkan peralatan saat pagi tadi.

"Luar biasa, spirit support saja sudah langka. Lebih langka lagi spirit support yang menggunakan pedang. Kamu sungguh...unik."

"Knock!"

Crash!

Seranganku masuk telak mengenai slime itu. Suara decit kecil terdengar dari arah slime, mungkin itu teriakan kesakitannya. Ia masih hidup, dan langsung agresif menyerangku. Sebuah tabrakan yang tidak bisa kuhindari. Dibandingkan sikutan Elise, ini bukan apa-apa. Aku langsung membalasnya dengan skill sama, knock, dan dia kembali membalas.

Hal ini berlangsung sampai 4 kali, akhirnya slime itu musnah. Dari tubuh slime itu muncul seonggok jelly kecil seukuran telapak tangan. Kurasa ini yang dimaksud dengan material dari monster. Menurut buku panduan dasar, jelly ini bisa dijual atau dijadikan bahan dalam crafting. Harganya sudah pasti tidak mahal, karena ini material dari monster paling mudah ditaklukan dan sangat banyak tapi perlahan aku yakin bisa mengumpulkan material yang lebih berharga dan bakal menjadi kaya.

"Huahahaha...," aku tertawa seperti seorang maniak.

Bertarung dengan satu slime saja membuat HP dan MP terkuras habis. Kuputuskan beristirahat sejenak untuk memulihkan kondisi. Angin sepoi-sepoi, kehangatan matahari dan aku tertidur.

Saat kubuka mata, hari sudah sore.

Aku ketiduran!.

Kondisiku sudah pulih, tapi sebentar lagi aku harus bekerja. Kuputuskan berburu satu slime lagi sebelum kembali ke penginapan.

***

Hari kedua sebagai petualang. Kemarin, aku hanya berhasil membunuh 2 slime dan mendapatkan uang 10 koin hasil menjual blue jelly di salah satu konter pasar.

Paman pemilik konter itu cukup ramah menawarkan beberapa barang untuk membantu petualang, tapi tentu saja kutolak karena uangku sangat tipis. Situasi pasar sangat ramai banyak jenis jualan, ada yang menjual barang-barang material seperti paman ini, toko sebelah ada yang menjual berbagai bumbu masak.

"Ayo ibu-ibu juga bapak-bapak, bumbu masaknya. Ada garam laut, garam gunung semua sama garam sama enaknya. Tinggal pilih!" tawar ibu penjual di sebelah tempatku menjual blue jelly.

Lalu yang paling ramai adalah sebuah toko kecil yang sedang menjajakan buah-buahan. Ia membuka gerai kecil di depan dengan stok  buah melimpah di taruh di dalam gedung tokonya.

"Ayo kemari, produk baru pisang raja, harga promosi! Kalau di tempat lain anda butuh merogoh kocek 2000 koin untuk 1 tandan ini, tapi disini hanya 1500 koin!" Tawarnya.

Aku sering memakan buah-buahan gratis jatuh dari pohon langsung syok dengan harga yang ditawarkan.

"Ya itu buah import untuk golongan kaya, untuk tuan petualang pemula seperti kamu lebih cocok ini saja, jambu air, hanya 20 koin" Tawar paman penjual material.

Aku menolak karena memang tidak ada uang. Lagian aku baru berhasil mendapat 10 koin, masa harus keluar 20 koin untuk bermewahan.

Pamanku itu melihatku lagi dan melempar buah itu ke arahku. Dengan susah payah aku menangkapnya.

"Ya gratis saja, anggap saja salam perkenalan."

"Oh, terima kasih, nanti kalau aku menjadi petualang besar, aku akan menjual material hasil buruanku dengan harga murah ke paman. "

"Ha ha ha , ok aku menantikannya.

Aku segera beranjak dari pasar. Tapi pengetahuan baru yang kudapat selain harga pisang yang mahal adalah biaya penginapan paling murah adalah 200 koin. jadi seandainya aku harus membayar biaya penginapan, penghasilanku sangat kurang, minimal aku harus membantai 40 slime agar bisa hidup di penginapan. Jadi aku harus bersyukur dapat rekomendasi menginap gratis dengan syarat daripada harus bergelandangan di jalan.

Aku harap hari ini lebih baik. Bu Marcie sedikit menghiburku dengan mengatakan bahwa aku hanya perlu membiasakan ritme baru dalam hidupku ini agar bisa memanfaatkan waktu bebas dengan lebih maksimal. Tidak ketiduran lagi maksudnya.

Populasi slime tetap banyak, tidak banyak petualang pemula yang menghabiskan waktu berburu slime, begitu menurut Bu Marcie.

Kembali aku melakukan seperti apa yang kulakukan kemarin. Tidak ada perubahan strategi dalam bertempur. Selama masih belum ada peningkatan level, kemampuanku terbatas. Aku tidak perlu memikirkan taktik yang rumit, frontal saja. Dan tidak lama aku berhasil membunuh 1 slime, dan resiko seperti kemarin aku kehabisan HP. Jadi kuputuskan kembali beristirahat...

Dan aku ketiduran lagi. Saat mataku terbuka hari sudah sore. Tidurku sangat nyenyak bahkan seekor slime bermain lompat-lompat disebelahku tidak mengangguku. Segera aku bangkit dan membunuh slime kedua sebelum mengakhiri petualanganku hari ini.

***

Hari ketiga.

Kejadian yang sama kembali terjadi. Aku hanya berhasil membasmi 2 slime. Dengan langkah lemas, aku berjalan menuju penginapan. Kalau begini terus, kapan aku bisa menjadi nomor 1? Aku baru sadar harus menjual material di pasar.

Kondisi pasar sore hari masih saja ramai. Hari ini agak berbeda, aku melihat Elise sedang berbelanja. Ia berdiri di salah satu stan daging. Dengan langkah perlahan aku mencoba mendekatinya tanpa terlihat.

Brakk

Aku dibanting Elise.

"Aran?! Ngapain kamu? "

"Tidak, hanya mau menjual jelly biru, " Jawabku sambil menahan sakit. Elise membantuku berdiri..

" Makanya jangan coba-coba sembunyi-sembunyi mendekatiku. "

Aku hanya tersenyum.

" Kemana saja kamu? Orang-orang mulai bertaruh kamu menyerah atau mungkin malah sudah tewas," Tanya Elise.

" Ya masih melakukan quest formalitas itu, membunuh 10 slime. Hanya ada sedikit masalah... "

" Apa kubilang, pakai tongkat sihir. Kamu ngotot pakai pedang. Pasti kamu tidak mampu menggunakan senjata itu kan, " Potong Elise sebelum aku menjelaskan permasalahanku.

" Ayo ikut ke guild, tukar senjatamu " Ajaknya

Aku menolak, " Bukan itu masalahnya. "

Kemudian aku segera menjelaskan permasalahanku, selagi sempat. Elise menyimak dengan serius, ia tidak mentertawakanku saat aku mengatakan kalau aku selalu ketiduran.

"Bu Marcie tidak salah sepenuhnya. Tubuh yang tidak terbiasa terkadang membuat reaksi alami dengan tidur berlebihan seperti kamu. Mungkin kamu memang tidak cocok menjadi petualang."

Aku sedikit tertunduk saat Elise menghakimi aku demikian. Kukira ia mendukung semangatku.

"Baiklah, mungkin juga ada masalah lain. Coba ceritakan dahulu rutinitasmu sehari-hari. Apakah kamu ada istirahat cukup? "

Elise menjelaskan kalau berpetualang membutuhkan stamina dan stamina itu tidak terlihat, tidak seperti HP atau MP yang bisa diukur atau disembuhkan dengan skill penyembuh biasa.

"Tentu saja aku beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaanku, dan sebagai (calon) petualang besar aku selalu bangun sebelum matahari terbit. Jangan meremehkanku, aku ini pekerja keras tidak bermalas-malasan," balasku memuji diri.

Elise menghela napas. Sedikit ulasan senyum dari bibirnya tersungging tangannya memegang bahuku. Dia pasti bangga pada kerja kerasku.

"Dasar bloon! P

Sebuah teriakan kerasa membuat sekitar kita serentak menoleh kearah kita. Aku kaget, Elise yang menyadari kehebihan yang sudah ia buat segera menarikku ke sudut dalam jalan lain untuk menghindari perhatian.

"Rata-rata bar itu tutup setelah lewat tengah malam, jadi tebakanku, kamu barubsempat tidur pukul 1 atau 2 dini hari. "

"Ya tentu saja, kurasa hampir selalu pukul 2 dini hari baru menyelesaikan semuanya. "

"Dan matahari terbit mulai pukul 5 subuh, kalau kamu berkata selalu bangun sebelum matahari terbit artinya paling lambat pukul 5 kamu sudah bangun bukan? "

"Tepat sekali, tapi selalu lebih awal, semangatku membara untuk berpetualang, tidak sabar. "

Bletak.

Kepalaku dijitak oleh Elise tanpa sempat kuhindari.

"Masih pemula, belum mampu apa-apa tapi berpetualang dengan istirahat kurang begitu. Jelas saja kamu selalu ketiduran saat berburu! "

Elise mengomel akan semangatku yang dikatakan sebagai sesuatu yang bodoh, tidak sadar diri, terlalu percaya diri, dan berbagai kiasan lain. Dan akhirnya ia memberi saran agar aku istirahat tidur lebih lama agar lebih bugar.

"Tapi... "

Elise melotot dan aku membatalkan niatku untuk protes. Sebenarnya dia ini perhatian atau menindasku?

"Baiklah aku akan menjalankan saranmu, " Janjiku padanya.

Tentu saja Elise tidak bisa memastikan aku bakal menurut, tapi tidak ada salahnya mengikuti saran seorang yang lebih berpengalaman dalam berpetualang.

***

Keesokan harinya, aku berusaha tidur lebih lana menghilangkan kekuatiran harus bangun pagi. Dan itu tidak susah terbukti aku baru bangun hampir pukul 11 siang. Bu Marcie tidak peduli aku mau tidur atau bangun jam berapapun selama aku bekerja membantunya di malam hari sebagai ganti biaya menginap.

Sebelum berangkat berpetualang, aku mendapat keberuntungan lagi diberi bekal oleh Bu Marcie, menurutnya itu sih sisa. Itu lebih buatku dengan perut terisi kenyang, aku merasa lebih bertenaga.

Crash

Slime pertama hari ini berhasil aku lenyapkan. Seperti biasa HP dan MP ku sekarat, tapi aku tidak merasa terlalu lelah. Aku duduk di reruntuhan wilayah padang rumput tempat berburu slime ini seperti biasa. Menurut cerita buku panduan, ini adalah reruntuhan kerajaan besar 200 tahun lalu. Dan kota Lonos dibangun hanya berjarak beberapa kilometer dari pusat kerajaan itu sekitar 100 tahun lalu. Begitu cepatnya waktu berlalu sebuah kerajaan besar jadi reruntuhan terlupakan dan sebuah kota baru berdiri dengan peradaban baru seperti menggantikan posisi yang sudah hilang dahulu.

Aku berpikir kenapa tidak membangun lagi di tempat yang sama? Apa karena ongkos membongkar reruntuhan sangat mahal dan merepotkan? Aku melihat sekeliling banyak batu-batu besar yang sudah terkikis waktu tapi masih terlihat kuat. Atau mungkin tempat ini ada penunggunya?

Waktu terasa berjalan sangat lambat, beberapa kali aku mengecek statusku masih belum pulih sepenuhnya. Ada skill buat meningkatkan regenerasi mana, mungkin itu perlu kupertimbangkan. Waktu yang kosong ini membuatku berpikir apa yang bisa kulakukan untuk memaksimalkannya. Aku ingat Elise menggunakan sebuat pot penyembuh instan padaku. Sepertinya aku perlu mencari tahu bagaimana memperolehnya.

Setelah beristirahat cukup, aku kembali melaksanakan kegiatan membasmi slime ini, dan akhirnya 3 slime terakhir berhasil aku selesaikan sebelum sore hari. Levelku naik saat berhasil memusnahkan slime ke-10. Rasanya ada musik yang mengalun saat itu terjadi, atau itu hanya perasaanku?

Level 2 :

HP : 320(+20) ; MP : 55(+5)

Str : 2

Agi : 4(+1)

Int : 11(+1)

Wis : 22(+2)

Res : 10

Vit : 4(+1)

Luck : 5

Skill poin : 3(+3)

Aku mendapatkan 3 skill poin. Kali ini aku harus hati-hati dalam menggunakan poin itu. Mungkin sebaiknya kusimpan dahulu, sambik melihat kondisi selanjutnya, monster apa yang harus kuhadapi atau situasi genting yang harus kujalani. Sekarang saatnya melaporkan hasil quest formalitas ini ke guild.

Sebelum itu aku mampir ke pasar untuk menjual material slime yang kudapat. Paman penjual material itu membelinya dengan senang hati bahkan memberiku bonus 10 koin sebagai perayaanku naik ke level 2. Mungkin dia punya mata jeli yang bisa melihatku sebagai calon petualang besat jadi saat ini memupuk pertemanan.

"Atau mungkin hanya sekedar kasihan, melihat seorang petualang yang butuh 4 hari menyelesaikan quest formalitas membunuh 10 slime," sindir Elise.

"Haha, kamu memang pintar bercanda, Elise," balasku berusaha positif.

Elise manatapku dan menghela napas.

"Selamat sudah naik ke level 2. Dan ini hadiah dari quest pertamamu," Elise menyerahkan 1000 koin padaku.

"Wow ini jauh lebih besar dari hasil jualan material."

Elise menatap bingung, dan akhirnya sadar,

"Kamu tidak baca isi quest sampai selesai? Itu kan sudah ditulis dalam penjelasan quest. Dasar kamu itu lama-lama jadi kebiasaan malas membaca. Ingat, selalu membaca isi quest semuanya! Jangan hanya baca sekilas. Informasi itu penting. Kamu perlu tahu semua informasi yang diperlukan sebelum menerima sebuah quest, mulai dari bahaya, rekomendasi level, atau grup, mungkin kelemahan monster, mungkin juga info tentang bonus tambahan. Intinya semua harus kamu pahami sebelum menerima dan menjalankan quest itu. Mengerti!"

"Siap, mengerti Bu!" Jawabku reflek memberi hormat.

"Ha ha ha, jangan seperti itu, Elise. Aran masih pemula. Oh ya, apa kamu sudah ada toko langganan membantu petualanganmu? Maksudku toko item, senjata, sejenisnya. Membangun relasi sejak awal, lebih baik jadi harga yang bisa kamu dapatkan bisa lebih murah di kemudian hari," kata seorang laki-laki di belakang Elise. Aku mengenalnya, dia yang menyambutku saat pertama sebelum akhirnya menyerahkan pada Elise.

"Ah iya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Howard, aku juga bagian dari guild ini di belakang meja seperti Elise, salam kenal," kata Howard memberi salam yang kubalas serupa.

"Elise, tolong perkenalkan beberapa toko langgananmu pada Aran," kata Andreas muncul dari belakang.

Elise tidak bisa menolak permintaan Andreas sebagai protektor juga atasannya.

"Baiklah, ato ikut aku," Sahut Elise gontai.

"Ingat kamu itu bagian dari front service guild, keramahan itu utama," seru Pak Andreas.

Setelah mengucap salam pada pak Andreas aku pun mengikuti Elise. Kami menelusuri distrik komersil, ke salah satu jalan utama yang menghubungkan distrik umum. Aku melihat banyak toko yang masih buka, bermacam-macam plang menarik perhatian dari toko item, senjata, aksesoris, pakaian jadi, restoran bahkan toko mainan. Kami sudah melewati beberapa toko item tapi Elise masih terus berjalan tanpa banyak berbicara, hanya sewaktu-waktu mengingatkanku yang tertarik untuk masuk ke toko lain.

Akhirnya di salah satu gang yang diapit 2 toko bahan makanan dan material besar, Elise berjalan masuk melewati beberapa stan kaki lima yang sibuk menawarkan barang dagangannya pada Elise, tapi ditolak secara halus olehnya. Elise berhenti di sebuah bangunan kecil satu tingkat. Sebuah bangunan tua terbuat dari kayu yang catnya sudah mulai luntur, namun tetap terlihat bersih tanpa ada kotoran yang terlihat.

Kricingg!

"Selamat datang di Quiva! Ingat petualangan, ingat Quiva!" sambut suara dari dalam.

" Hai Ina," sapa Elise pada perempuan muda di belakang konter. Kurasa dia perempuan, tubuhnya kecil, matanya bulat besar berwarna hitam kecoklatan, rambut panjang yang dikuncir keatas, telinga kecil yang sedikit runcing, dan dia terbang kearahku,

"Fi.. Fier? "

'75% Fier, ya anggap saja Fier," balasnya tersenyum lebar.

Fier adalah salah satu ras penghuni dunia ini selain manusia, tubuhnya lebih kecil dari manusia hampir sparuhnya, ciri khasnya adalah sayap tembus pandang, mata besar dan telinga runcing tinggi. Sayap Fier ini seperti bagian tubuh namun juga bukan karena keberadaannya semi transparan seperti benda sihir yang bisa hilang dan muncul sekehendak hati dan kalau dilihat dari dekat sayap itu tidak menyatu dengan tubuh mereka namun melayang seperti ada sambungan sihir tak terlihat yang mengikat. Fier dihadapanku ini telinganya tidak terlalu runcing walaupun lebih runcing banding telinga manusia umunya, mungkin karena dia hanya 75% Fier? Apa maksudnya itu?

"Jangan pusing memikirkan 75% itu, ayahku keturunan Fier murni sedang ibuku adalah separuh Fier dengan kata lain kakekku atau ayah dari ibuku adalah seorang manusia biasa," jelas Fier dihadapanku, masih tetap tersenyum lebar.

"Petualang baru, Elise?"

"Iya, perkenalkan namanya Aran seorang spirit support."

"Spirit support?" Fier itu terbang mengelilingiku, menatap baik-baik setiap sisi tubuhku seperti barang berharga. Aku hanya bisa tersenyum seperti layaknya selebritis yang dihampiri oleh penggemarnya.

"Maaf, seorang spirit support sangat langka. Itukan job class yang tidak berguna? Menduduki peringkat tiga dalam kategori mimpi buruk seorang petualang."

"Ho ternyata ada yang lebih buruk? Apa itu?"

"Diincar oleh White Fang menduduki peringkat satu saat ini, kelompok para petualang level atas yang menurut gosip mampu memusnahkan sebuah kerajaan kalau bermusuhan dengan mereka. Juara duanya yang pernah menduduki peringkat pertama selama 100 tahun adalah bertemu raja setan. Saat ini situasi damai jadi popularitas mimpi buruk raja setan sedikit menurun. Tentu saja menjadi spirit support masih bertahan di peringkat tiga selama 50 tahun terakhir... Atau 100 tahun? Aku sudah lupa maklum ingatanku seperti manusia 25% yang suka lupa," jelas Fier bersayap cerah ini sambil meletin lidah, tersenyum sambil mengetuk kepalanya, sangat imut.

"Ina!"

"Ups, maaf. He he he aku tidak bermaksud menghina calon pembeliku."

Kamu sudah melakukannya, tapi kumaafkan karena senyummu yang begitu imut.

"Perkenalkan, namaku Severina Quiva, generasi ke-4 dari toko Quiva. Kami sudah membantu berbagai macam petualang dari pemula sampai level master selama 4 generasi. Asal kamu tahu saja Panglima Gion Fernola adalah salah satu pelanggan lama kami," kata Severina berpromosi sambil terbang mengelilingi tokonya. Sayapnya memercikan cahaya warna-warni membuat tampilan menjadi lebih germelap di dalam toko yang terpencil ini.

"Siapa Gion?" Tanyaku tidak kenal.

"Hah, kamu tidak tahu Gion Fernola?" Ucap Severina tidak percaya, ia melirik ke arah Elise meminta penjelasan.

"Maklum dia anak desa baru saja ke kota ini. Gion Fernola adalah salah satu petualang sukses yang berasal dari kota ini. Kemampuannya bahkan membuat malu para bangsawan kota, ia mampu mencetak berbagai prestasi akhirnya sang Raja mengangkatnya sebagai salah satu Panglima kepercayaan," jelas Elise.

Aku hanya manggut-manggut. Intinya ini tempat yang bagus bukan? Tapi kenapa sepi? Aku menutup mulut tidak mempertanyakan daripada membuat mereka kesal.

"Pelayanan kami sangat memuaskan, kamu pasti puas," kata Severina mengedipkan matanya mencodongkan tubuhya yang kecil ke arahku, sesaat aku melihat tubuhnya yang hanya dibalut pakaian merah terang yang sangat ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah.

Tidak lama aku langsung sadar, kalau Elise ada di sebelah, diakan suka cemburuan secara reflek aku waspada melindungi tubuhku dari sikutannya. Namun Elise hanya melihatku dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ngapain kamu? "

Errr mungkin dia tidak terlalu cemburu seperti yang kukira.

"Selain itu, toko Quiva juga menyediakan layanan minum teh di siang hari. Silakan tehnya tuan Aran," kata Severina semangat menawarkan teh yang tiba-tiba muncul. Mungkin ini kemampuan ? Atau dia mengambil dari tempat penyimpanan dimensi? Banyak sekali pertanyaan tapi aku pikir tidak perlu mempermalukan diri lebih lanjut setelah kasus aku tidak mengenal petualang besar seperti Gion, aku tidak ingin dianggap anak kampung yang tidak mengerti apa-apa oleh wanita menarik seperti Severina ataupun Elise. Jadi kuputuskan untuk bersikap biasa dan berushaa meminum teh seelegan mungkin, dengan perlahan menyeruput tehnya yang hangat penuh wangi bunga.

"Ya 1 gelas teh herbal harganya 500 koin," kata Severina masih tersenyum.

Secara reflek aku memuncratkan teh yang kuminum. 500 koin untuk segelas teh?

"Ini perampokan!" Protesku spontan.

"Ha ha ha, itu servis kok gratis. Aku hanya bercanda saja. Tapi reaksimu sangat menarik."

"Jangan menggodanya, Ina. Dia ini petualang miskin yang baru saja ke kota," kata Elise membelaku, mungkin.

"Hehehe," Severina kembali dengan pose memeletkan lidah tersenyum kearahku, sangat imut.

"Ina! "

"Elise elise, kamu ini selalu serius. Santai sedikit, dan tersenyumlah selalu. Sayang sekali wajahmu yang selalu serius tu. Ayo senyum," seru Severina menarik pipi Elise sehingga terbentuk senyuman di bibirnya.

"Hentikan, Ina!"

"Buu, ok baiklah. Jadi apa yang kalian butuhkan? Oh ya Aran, kamu juga boleh memanggilku dengan nama Ina seperti Elise, itu membuat kita lebih akrab."

"Tentu saja, Ina!" Jawabku langsung.

"Jadi apa yang kalian butuhkan? "

"Hari ini hanya perkenalan, jadi mungkin item dasar saja pot hp kecil dan pot mp kecil," jawab Elise.

"Siap melayani," seru Severina, kemudian terbang ke bagian belakang konter.

"Wanita yang menarik, senyumnya sangat manis," kataku mencoba membuat Elise cemburu. Ya kata orang cemburu adalah tanda suka. Tapi Elise tidak memperdulikanku, ia hanya diam tidak membalas.

Severina kembali sambil membawa beberapa botol kaca warna merah dan biru. Samar-samar aku melihat ada cahaya terpancar walaupun sangat redup.

"Ini pot hp kecil, efeknya juga kecil tapi untuk pemula sudah lebih dari cukup. Dan ini pot mp kecil, bisa secara instan mengisi mana dalam tubuhnya sehingga kamu dapat langsung beraksi lagi. Harga 1 pot hp kecil, 100 koin, dan 1 pot mp kecil 500 koin, " Jelas Severina.

"Hahaha, harga yang bagus... Kamu bercanda kan? Jadi berapa harga sebenarnya?"

"Itu adalah harga normal, Aran. Yang membuat perbedaan satu toko dengan toko lain paling hanya kualitas, efektifitasnya saja. Tapi untuk barang kelas pemula seperti ini biasanya tidak terlalu banyak perbedaan. "

"Eh mahal sekali? Apa tidak ada diskon? Hartaku baru 1000 plus 60 koin. "

"Tentu saja ada, ini kartu belanja pelanggan setia Quiva, 10 cap maka kamu akan dapatkan bonus 5 pot hp kecil, jika dapat 20 cap maka kamu bisa menukar dengan 2 pot mp kecil."

"Terus bagaimana aku memperoleh cap itu? "

"Hanya dengan belanja 1000 koin maka akan mendapatkan 1 cap, jika kamu langsung belanja 9000 koin maka langsung dapat 10 cap," promosi Seravina.

Aku berpikir itu tidak gampang, mungkin aku bisa membuat cap palsu.

"Ini adalah cap sihir, jadi kamu tidak bisa memalsukannya," celetuk Elise seperti mengerti pikiranku.

"Kusarankan kamu tidak mencoba berbuat curang dengan Seravina Quiva ini. Kalau dia marah, maka kamu bisa jadi seonggokan mayat di tepi jalan," tambahnya.

"Uhh Elise kamu berlebihan, paling hanya jadi babak belur saja. Aku kan tidak membunuh."

Ok, pesan kalian tersampaikan dengan jelas. Jangan pernah membuat marah Seravina.

"Guild akan membayar untuk 10 pot hp kecil dan 2 pot mp kecil."

Seravina bergerak gesit menyiapkan yang diminta oleh Elise.

"Ini bantuan dari guild untuk pemula sepertimu jadi terimalah dan gunakan seefektif mungkin. Aku sarankan lebih baik kamu simpan penyimpanan kartumu. Setiap slot ada kapasitasnya, tapi hanya bisa menyimpan satu jenis. 10 pot hp ini bisa kamu simpan dalam 1 slot, kemudian gunakan slot lain untuk menyimpan pot mp kecil."

Aku segera melakukan yang diajarkan oleh Elise. Kemudian ia membayar semua itu pada Seravina dengan meminta tanda terima sebagai laporan katanya.

"Terima kasih, silakan datang kembali, " seru Seravina mengantar kami keluar.

Elise mengajakku ke tempat berikutnya, sebuah toko senjata dan pertahanan. Letaknya tidak jauh dari Quiva.

"Seravina, apakah dia juga seorang petualang?"

"Bisa dibilang demikian tapi dia lebih fokus sebagai alchemist saat ini. Pot yang kita beli juga adalah hasil buatan dirinya sendiri. "

"Alchemist? Itu class unik? "

"Bukan, itu adalah profesi."

"Profesi? "

"Nanti kalau sudah saatnya kamu pasti diberitahu. Untuk saat ini lebih baik kamu fokus mencapai level 10, ok! '

"Ok, siap!" balasku semangat.

Kami berjalan beberapa menit saja, sudah sampai di tujuan berikutnya. Toko senjata, atau mungkin lebih tepatnya sebuah bengkel penempaan, pandai besi. Tempat ini seperti bola yang di belah sebagian, dan memiliki cerobong asap yang besar, dari situ aku bisa melihat asap hitam, putih berganti merah kemudian menjadi biru mengepul. Papan reklame bertuliskan nama bengkel ini, 'Bengkel Mason'. Mungkin itu nama pemiliknya atau nama keluarga seperti Quiva.

Elise membuka pintu kayu besar, sekelebat bau besi ditempa menyembur keluar. Aran mengikuti Elise masuk tanpa menunggu. Mereka tiba di suatu ruangan dengan lantai dari batu marmer dingin yang berwarna gelap. Berbagai senjata termpampang di sisi kiri maupun kanan. Di sisi ujung, tampak sesosok laki-laki berpunggung besar sedang sibuk di dekat perapian.

"Selamat sore, Pak Mason. Hari ini saya membawa seorang petualang baru, namanya Aran," kata Elise pada sosok tersebut, tubuhnya penuh otot, berwarna kemerahan dialiri keringat karena hawa panas dari perapian. Saat mendengar sapaan Elise, ia menghentikan kegiatannya membalik tubuh menatapku dan Elise. Wajahnya dipenuhi jenggot tebal berwarna coklat keputihan seperti uban, matanya yang penuh kerutan menatap diriku seperti sedang menyelidiki sesuatu. Kemudian ia hanya menangguk sekali.

"Maaf-maaf, guruku ini memang sedikit berbicara. Maksudnya tadi senang berkenalan dengan anda, silakan melihat koleksi kami," jawab seorang laki-laki lain muncul tiba-tiba. Kurasa ia tadi sengaja bersembunyi di rak-rak senjata untuk mengagetkanku.

Heran juga sebuah anggukan bisa berarti begitu panjang. Mason melihatku dengan tatapan penuh selidik, alisnya sedikit terangkat kemudian menunjuk sesuatu di salah satu bagian rak pedang.

Laki-laki muda penerjemah langsung mengerti apa yang ditunjuk oleh Mason, ia mengambil sebilah pedang. Pedang itu sama pendeknya dengan pedang yang kugunakan, warna kemerahan berpendar dari ukiran di punggung pedang membuatku tertarik.

"Ini adalah pedang sihir buatan guru. Oh ya saya hampir lupa mengenalkan diri saya. Perkenalkan namaku Kai, murid terbaik guru Mason. Jangan meremehkan bengkel kami yang kecil, guu Mason punya reputasi besar bahkan Panglima Gion Fernola memesan senjatanya pada guru. Ya walaupun itu sudah sekian tahun lalu sebelum aku menjadi murid terbaik guru. Bagaimana? Pedang ini bagus kan? Guru memang jeli matanya. Kamu menggunakan pedang bukan? Tapi atribut utamamu pasti sihir bukan fisik. Nah pedang ini cocok buat kamu, silakan mencoba, untuk pemula ini sangat cocok," jelas Kai panjang lebar.

"Dia memang pengguna pedang, tapi... "

"Benar kan! Guru memang luar biasa. Apa guru? Ini hadiah perkenalan? Wow kalian dengar itu, kamu bisa mendapat pedang sihir buatan guru gratis, jangan kamu sia-siakan kesempatan ini. "

Aku segera mengambil pedang itu dari tangan Kai, dan sial aku merasa berat sekali. Str minimal untuk menggunakan pedang ini adalah 3 dan aku hanya punya str 2.

"Berat sekali. "

Kai keheranan

"Tentu saja berat, kamu itu lemah dalam fisik tapi memaksa menggunakan pedang. Ya normalnya petualang pemula pun mampu menggunakan pedang sihir dasar seperti ini sih kecuali kamu," sindir Elise.

"Tidak apa-apa, tunggu saja naik level, saat strmu naik pasti bisa menggunakan dengan mudah. Oh apakah kamu tahu perbedaan senjata sihir dengan senjata biasa?"

Belum sempat aku menjawab, Kai melanjutkan penjelasannya.

"Senjata sihir bisa meningkatkan kerusakan skill sihir yang kamu lakukan. Apalagi kalau sihir itu sesuai dengan elemen senjata sihir itu. Gimana ya biar kukasih contoh biar mudah. Coba liat pedang sihir ini, elemen yang dimiliki senjata ini adalah api. Anggaplah kamu akan melakukan sihir atau skill fire slash, dengan pedang biasa daya rusaknya anggaplah 100, tapi dengan pedang sihir ini, yang mempunyai elemen api maka daya rusaknya bisa meningkat 20% menjadi 120. Bagaimana kalau elemen lain katamu?"

Sungguh aku tidak bertanya itu,

"Ya daya rusaknya hanya meningkat 5%. Ya pedang ini pedang dasar hanya meningkatkan daya rusak seperti itu, namun jika kamu membeli pedang sihir tingkat tinggi seperti ini," kata Kai sembari berlari kecil menuju ke rak senjata yang terletak di dekat konter.

"Senjata tingkat tinggi seperti ini bisa meningkatkan daya rusak sampe 50%. Apa? Kamu bilang kurang besar? Ok tentu saja masih bisa lebih jika kamu menyediakan bahan untuk ditempa, kamu bisa mendapatkan peningkatan daya rusak hingga 100% dengan kata lain 2 kalilipat! Menakjubkan bukan!"

Aku berani bersumpah, kalau aku tidak bertanya hal itu, tentu saja Elise juga tidak.

"Tapi senjata sihirpun ada kelemahannya, karena prioritas utamanya adalah sihir elemen, maka untuk serangan fisik secara umum dia lebih lemah dari senjata non sihir. Tenang, kami juga menyediakan senjata non sihir seperti yang biasa digunakan untuk job class brutal seperti itu. Jadi jika ada kenalan yang membutuhkan silakan promosikan kami."

Aku hanya angguk-angguk kepala. Intinya senjata sihir buat pengguna sihir, senjata non sihir unuk yang lebih mengandalkan skill fisik. Kurasa itu maksudnya. Kebetulan aku termasuk job class lebih mengutamakan sihir, jadi pedang sihir seharusnya lebih cocok buatku. Lagipula aku melihat status pedang ini lebih bagus dari senjata pemula yang diberikan oleh guild.

"Simpanlah sebagai salam perkenalan dari kami. "

"Ingat jangan dijual Aran."

"Hei, siapa yang mau jual," aku segera memprotes.

"Oh kami juga menerima tukar tambah, atau jika kamu ingin hanya menjual senjata lama juga bisa, Bagaimana Elise? Apa ingin membeli senjata baru? Sekalian," tambah Kai.

Elise segera menolak, dan menyuruhku berterima kasih. Tentu saja dapat bonus senjata baru sangat menyenangkan apalagi gratis. Kami segera pamit sebelum Kai mempromosikan senjata untuk Elise.

Elise menyudahi kencan pertama kami, sebenarnya aku ingin mengajak makan, tapi lagi-lagi aku disadarkan kalau aku ini miskin. Aku harus secepatnya naik level, menyelesaikan banyak quest dan menjadi kaya. Untuk hari ini sudah cukup, besok aku harus mencari quest baru atau mungkin mencari info tentang spirit support? Ya apapun itu akan kupikirkan besok, sekarang saatnya tidur. Dan aku langsung disiram air sama Bu Marcie, mengingatkan kalau harus kerja dahulu.

***