Terdengar bel istirahat sudah berbunyi, guru sudah selesai mengajar sedangkan para murid kegirangan karena jam istirahat sudah tiba perut mereka sudah ingin di isi.
Sedangkan saka dia membereskan buku-bukunya, tadi para murid disuruh merangkum materi yang disampaikan oleh guru, saka yang paham dengan penjelasan guru langsung mencatat poin-poin yang penting.
"Lihatlah bahkan Akarya benar-benar tidak berniat untuk belajar merepotkan, diriku yang itu hanya tahu bersedih saja tanpa mau bertindak!." Batin-Nya, setelah selesai membereskan semuanya ia ingin pergi dari kelas tapi gara menghalangi.
Gara menatap saka dengan ekspresi heran, lalu membuka ucapannya ingin memecahkan keheranannya itu.
"Sak tumben lu mau belajar?."
"Hah?." Saka memasang ekspresi yang seperti salah tingkah.
"Lu kenapa sih, tadi pagi perasaan sehat-sehat aja beda ama sekarang."
Ah, dia lupa bahwa perubahannya membuat orang akan penasaran dengan sosok dirinya yang seperti ini.
"Malah bengong lu, gua nanya sak!." Gara mengguncangkan tubuh saka.
"Emm aku lapar, ayo ke kantin." Ucapnya dengan kegagapan.
Gara semakin di buat takut dengan tingkah saka ini, tanpa izin gara langsung mencubit lengan saka.
"Aduh!" Dia meringis memegang lengannya yang di cubit oleh gara barusan ini.
"Haduh, lu kenapa sih!." Gara memasang wajah tidak bersalahnya, dengan menirukan gaya ucapan saka.
"Aku tidak apa-apa tahu, kau saja yang berlebihan!."
"Bahkan cara lu ngomong beda woy, lu habis di tembak orang atau hal lain?.''
Dia semakin bingung dengan satu orang ini, mencoba berpikir apa yang bisa mengusir orang yang ada di hadapannya ini agar dia mendapatkan ketenangan.
Bagaimana dengan uang saja, mungkin itu hal ampuh.
"Ini kau ambil uang ku, sekarang mau tidak kau membelikan aku makanan?."
Gara menatap dengan bola mata yang berbinar-binar, saat melihat saka mengeluarkan beberapa lembaran uang berwarna merah.
"Kayak biasanya lu selalu berbaik hati hehehe." Gara tanpa ragu mengambil uang yang di sodorkan oleh saka, sambil tersenyum lebar.
Dia hanya memaklumi tentang ini, memberi orang uang agar pergi darinya cukup seperti itu saja.
Uang yang di dapat hasil dari balapan liar jumlahnya terbilang besar jadi untuknya itu tidak akan merepotkan, jika uang hasil dia bekerja baru diberi untuk membayar perawatan rumah sakit. Itu memang sulit tapi harus tahu berpikir secara cermat.
"Gua gak peduli perubahan lu ini, tapi apa persenan lu?."
"Apa saja asal jangan yang pedas dan jangan membeli makanan manis, mengerti?."
"Ok!." Gara mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dengan permintaan saka, dia melangkah pergi dari kelas untuk menuju kantin.
Dia yang melihat kepergian punggung gara dari ambang pintu, menghela nafasnya lega akhirnya waktu untuk penenang ada.
"Sangat menyebalkan!." Umpatnya, kembali duduk di bangku.
"Ini sangat merepotkan, bagaimana caranya agar nama buruk ku hilang dari sekolahan. Apa aku bersikap seperti sedia kala saja seakan tidak ada yang aneh?." Keluhnya yang meratapi nasibnya sekarang.
Dia mencoba berpikir untuk perubahannya sendiri di sekolah, sekarang saatnya untuk serius menghadapi masa depan yang sedang menanti.
Berpikir lama tidak akan membuatkan hasil, harusnya langsung bertindak saja tanpa perlu basa-basi lagi.
"Uhh, ini membuat ku semakin gila saja, baiklah Kaylash waktunya perubahan kecil dulu."
Sebut saja namanya Kaylash pemilik kepribadian yang lebih dewasa, pintar mengambil keputusan apapun, cermat secara tindakan, mudah dalam pergaulan, sangat di mengerti dalam obrolan, terkadang cuek dengan sekitarnya, lebih suka menunjukkan senyuman dan kebahagiaan dari pada kesedihan.
Untuk Kaylash ini ia termasuk orang yang suka langsung mengambil tindakan dari pada berpikir terlalu lama, tidak suka memulai sebelum ada yang mengusiknya.
Dan juga dia suka memberi kejutan terhadap sekitarnya, dan terbilang orang yang mandiri. Tapi dia juga orang yang memiliki sifat kegagapan itu membuatnya susah untuk mengendalikan dirinya sendiri.
"You idiot, fuck you huh!" Umpat Kaylash sambil memukul meja saking kesalnya, dan menunjukkan jari tengah.
Huh, ini membuat diri Kaylash akan mudah stres saja. Bagaimana ia akan memulai untuk memperbaiki namanya yang buruk.
"Sekarang Kaylash yang akan mengambil alih diri, jika tentang kehidupan luar sepertinya aku tidak akan perlu mengambil alih. Ini semua karena Akarya sial tidak tahu diri, fuck you!."
Kaylash berbicara sendiri, tanpa peduli dia sedang ada dimana sekarang.
Sebuah panggilan membuat Kaylash mengalihkan pandangannya, di ambang pintu terlihat seorang perempuan yang dia ketahui, itu Angelina Jolie.
"Orang ini kenapa dia kemari?" Batin Kaylash, rasa gagapnya mulai muncul lagi.
"Woy saka, tumben gak ke kantin lu?." Jolie menghampiri meja saka
"Berbicara seperti itu bukanlah diriku, tenang dulu coba seperti sediakala." Batin Kaylash, sambil menghirup udara dan membuangnya lagi.
"Lu tahu lah, gua orangnya malesan." Kaylash menyengir dengan kalimat yang terdengar penuh ragu.
"Oh gitu, lu mau makan atau minum gua beliin?." Tawar Jolie sambil menaikkan alisnya menunggu respon dari saka.
"Gak usah lah, gua tadi udah nitip ama si gara temen gua itu."
Jolie mengangguk-anggukkan kepalanya paham dengan perkataan saka.
"Lu emang mau di kelas terus, gak bosen apa?." Goda Jolie
"Buat apa bosen, sepi gini lebih bagus buat gua."
"Seterah lu dah, gua gak bisa nemenin lu lama-lama ya perut gua pengen di isi ini."
"Silahkan, entar si gara suruh cepet beliin makanannya gua nunggu."
"Oke deh, gua pergi ya." Jolie memperlihatkan senyumnya lalu berlalu dari ambang pintu.
Kaylash akhirnya mendapatkan ketenangan lagi, berbicara seperti itu bukanlah dirinya. Sangat merepotkan bukan?.
"Astaga, aku teringat lagi dengan orang yang mengungkapkan perasaannya padaku. Sekarang dia sedang apa?." Guma Kaylash
Ia teringat dengan Evans yang tadi mengungkapkan perasaan padanya, Kaylash yang sedang berpikir sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya karena bosan.
Kenapa orang yang seperti Evans itu, membuat Kaylash terkekeh geli ia yang sering melihat tingkah Evans yang terbilang seperti anak kecil, awal ia bertemu dengan Evans juga seperti itu tapi saat itu adalah Akarya bukan dirinya.
Dia menjadi teringat dengan sikap tolakan dari Akarnya yang terbilang sedikit kasar, seperti waktu Evans mencium pucuk kepalanya, lalu memeluknya saat inside pertarungan antara orang yang bernama Angga itu.
Oh Kaylash lupa bahwa Evans datang ke rumahnya saat keadaan yang mabuk itu, Evans memberikan sebuah barang berupa jam. Ia baru teringat dengan jam itu, memang jam yang sepertinya akan di beri untuknya terbilang sangat mahal.
"Coba aku cari nanti di rumah, aku meletakkan dimana ya?."
Dia mencoba mengingat tentang jam itu, setelah pulang nanti mungkin dia akan mencoba mencarinya lalu akan mengembalikan pada Evans.
***
"Sial!." Sambil memukul meja, dia menjadi ingat dengan penolakan halus dari saka tadi.
"What's the matter with you Matthew?" Ujar Ken menatap bingung kearah sahabatnya itu.
"There is not any!" Ketus Matthew, dengan raut wajah dingin tapi Ken tahu bahwa Matthew saat ini sedang marah.
"Mungkin karena saka lagi, benar tidak?." Tutur Pranwin, sambil memakan snacks ya.
"Lagi-lagi tentang saka, memangnya dia melakukan apa padamu sampai kau semarah ini?." Seru Louis
Seperti biasanya mereka berkumpul di ruangan Matthew, ruang pribadi ketua OSIS ini.
"Lupakan, bagaimana pun dia akan tetap menjadi milikku tidak untuk orang lain!."
Matthew mengepal kedua tangannya, ia harus memiliki apa yang menjadi keinginannya itu.
Jika tentang Matthew, dia tidak akan bermain dengan ucapannya apa lagi janji seorang Matthew.
"Tenang saja Matthew, kau tidak perlu buru-buru untuk memilikinya."
"Hmm, saka you are mine!." Dengan seringainya.
Sedangkan tiga orang itu hanya menggelengkan kepalanya, sikap yang arogan Matthew tidak mudah untuk ditaklukkan oleh siapapun. Tapi seorang saka mampu membuat Matthew tergila-gila.
Jam istirahat sudah berlalu, pelajaran berikutnya akan segera dimulai. Para murid kembali ke kelas masing-masing.
Tidak ada hal yang istimewa terjadi pada hari ini, seperti biasanya saja.
Singkatnya, waktu bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua murid mengucapkan salam kepada guru, lalu semuanya keluar dari kelas masing-masing.
Cuaca siang hari ini sangat cerah, terasa terik matahari ingin membakar kulit.
Apa hal indah seperti ini akan terus ada?