"Xena ... Jemputanmu Uda datang", teriak Xavier dari pintu depan. Xena buru-buru meminum susunya lalu mencium tangan Nathan dan Adelia bergantian.
"Pelan-pelan saja Xena. Suruh si Pras masuk dulu", ujar Nathan.
"Langsung aja Daddy, dia juga kan harus absen di sekretariat kampus dulu. Pergi dulu ya Mom, Dad", ujar Xena lalu berlari keluar. Di depan pintu hampir ia bertabrakan dengan Pras yang akan masuk ke rumah.
"Aku belum pamit sama om Nathan dan Tante Adel", ujar Pras saat Xena menarik tangannya ke arah mobil.
"Uda aku pamitin. Ayo Uda telat ne. Aku lagi banyak tugas", ujar Xena lalu masuk ke mobil Pras.
Pras menghampiri Nathan yang berdiri di depan pintu lalu mencium tangannya dan kemudian masuk ke mobilnya. Xena melambai ke arah Daddynya yang kemudian masuk ke dalam mobilnya. Mobil Pras melaju menuju ke arah kampus di pinggir kota.
"Kak Pras nanti aku diturunkan agak jauh dari kampus ya", ujar Xena.
"Kenapa?", tanya Pras tak mengerti.
"Aku ngga enak aja kalo sampai terlihat yang lain", jawab Xena.
"Kamu malu dengan hubungan kita?", tanya Pras tersinggung.
"Bukan gitu kak. Ngga enak aja kan status kamu di kampus aku kan Dosen sedangkan aku kan mahasiswi kamu", ujar Xena menjelaskan.
"Itu bisa aku tangani. Aku juga akan mengundurkan diri jadi Dosen kamu. Papa mengharuskan aku fokus sama pekerjaanku", ujar Pras dengan cemberut.
"Oh gitu. Ya Uda lah, terserah kamu lah kak", ujar Xena pasrah.
"Jadi kamu malu ya?", tanya Pras lagi.
"Bukan gitu kak. Ya ampun kamu negatif thinking aja. Aku ngga enak aja kalo sampe dilihat Dosen lain. Maaf ya kak", ujar Xena sambil mengelus pipi Pras lembut. Pras mengambil tangan Xena lalu menciumnya lembut.
"Sayang, aku merindukanmu sampai aku tidak sabar menunggu pagi. Semalam aku saat aku turun dari pesawat rasanya aku ingin langsung ke rumah kamu tapi hari sudah larut malam saat aku tiba di rumah. Jadinya ya Uda aku pikir pagi ini aja sekalian bareng kamu berangkat ke kampus", ujar Pras tanpa melepaskan genggamannya.
Saat memasuki halaman kampus, Pras baru melepaskan pegangannya lalu memarkir mobilnya di depan Fakultas Ekonomi. Xena keluar dari mobil Pras disusul Pras yang membuat terkejut semua kawan-kawan Xena yang melihat.
"Aku ke sekretariat dulu ya, kamu langsung masuk", ujar Pras yang diangguki oleh Xena. Xena lalu menghampiri Lily, Adriana dan Wilma yang tersenyum menggoda.
"Cie cie cie yang Uda berani deklarasi", goda Wilma.
"Apa si. Ayo naik, ntar dia ngomel kalo kita masih di bawah", ujar Xena menarik tangan teman-temannya.
"Masa si dia ngomel sama kamu Xena?", goda Adriana.
"Dia abis ngomel sama aku gara-gara tadi aku minta diturunin di luar kampus", ujar Xena yang masuk ke ruang kuliahnya duluan kemudian mencari tempat duduk.
Terpaksa keempatnya duduk di barisan belakang karena barisan depan sudah penuh dengan para mahasiswi yang ngefans dengan Pras.
"Xena, kok loe bisa bareng berangkat sama pak Prasetya? Elo ngga curi start kan?", tanya Wati salah seorang kawan Xena.
"Wati loe telat info", ujar Wilma meledek.
"Xena loe sama Delon aja deh biar pak Prasetya buat gw aja", ujar Wati dan teman-teman yang lain malah meneriaki Wati. Xena hanya tersenyum mendengar perkataan Wati.
Tak lama ruang kuliah langsung hening saat Prasetya dengan gagahnya masuk ke dalam ruangan. Saat di depan kelas, Pras menyapu pandangannya ke seluruh ruangan mencari posisi Xena, setelah melihatnya, dia lalu tersenyum yang membuat semua Mahasiswi menoleh ke arah Xena cemburu sementara yang dicemburui menunduk malu. Tiba-tiba Delon duduk mendekat ke sebelah Xena, tampak muka Pras langsung berubah. Xena mendorong Delon menjauh.
"Delon pindah ... sempit Deket loe", protes Xena.
"Engga ada tempat lagi Xena, kalo dibelakang gw ngga kelihatan. Ude jangan berisik ntar ditegur dosen killer tuh", ujar Delon sambil kemudian pura-pura menyimak.
Walaupun Pras memasang ekspresi biasa, Xena tau kalau kekasihnya itu sedang cemburu. Tapi tidak ada yang bisa diperbuat Xena karena kelas sudah terisi penuh tak ada tempat lagi agar Delon bisa pindah.
Kemudian terselip kejahilan di kepala Xena, sengaja dia beberapa kali terlihat berdiskusi dengan Delon yang bahkan sebenarnya tidak mengerti apa yang Xena bicarakan. Pras tampak agak mengetuk-ngetuk spidolnya di atas meja, kadang ia memandang ke luar saat dia memberi soal untuk dikerjakan oleh mahasiswa nya. Xena tersenyum kecil menggoda Pras yang memasang muka cemberut saat melihat ke arah Xena.
"Oke semua, sampai disini kuliah terakhir saya. Terimakasih selama dua kali pertemuan ini kalian mau mendengarkan mata kuliah saya dengan baik. Maafkan apabila selama ini saya melakukan kesalahan baik segaja ataupun tidak sengaja kepada kalian. Terima kasih sekali lagi", ujar Pras di akhir mata kuliah nya.
"Yaaa pak kenapa pak?", seru salah satu mahasiswi dibarisan terdepan.
"Ada sedikit urusan pribadi sehingga saya harus mengundurkan diri", ujar Pras menjelaskan.
"Gara-gara Xena ya pak?", teriak Wati kencang.
"Eh kok gw dibawa-bawa", ujar Xena tak senang hati.
"Salah satunya itu", ujar Pras tersenyum jahil.
"Loh kok jadi aku disalahin", teriak Xena kesal.
"Maaf sayang. Bukan karena kamu kok", ujar Pras yang membuat seisi ruangan kembali heboh.
"Pak, kok manggil Xena pakai kata sayang, dia kan pacar saya", protes Delon kencang.
"Delon sableng. Bohong, dia bohong", teriak Xena membela diri yang makin membuat heboh seisi ruangan.
"Sttttsss jangan ribut. Hayo kita siap-siap pulang", ujar Pras sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
"Pak Pras pacaran sama Xena ya?", selidik Mahasiswa di depan.
"Xena itu tunanganku", ujar Prasetya tersenyum puas menyatakan kepemilikannya.
"Wah congrat ya pak. Delon loe gantung diri gih di pohon toge", ledek teman-teman Delon.
Xena yang mendengarnya lalu meledek Delon disebelahnya yang sedang memerah mukanya menahan marah. Dia lalu bangun dan keluar dari ruangan kuliah. Beberapa juga ikut keluar karena memang sudah waktunya pergantian mata kuliah.
"Aku masih ada kuliah ya. Kamu mau langsung pulang atau nungguin aku?", tanya Xena di depan Prasetya.
"Aku tungguin, sekalian aku juga harus menyelesaikan serah terima juga di sekretariat. Awas jangan nakal. Jangan seperti tadi", kata Pras sambil mencubit pelan hidung Xena.
"Ya Uda, aku duluan ya", ujar Xena lalu mengejar Lily, Wilma dan Adriana yang menunggunya di pintu. Kemudian empat sekawan ini berpindah ke kelas lain untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Pras tersenyum melihat punggung kekasihnya menjauh lalu ia membereskan barang-barang nya lalu berjalan menuju ke sekretariat menyelesaikan urusannya.