Saat sore tiba, kawan-kawan Xena berjalan sore di tepi pantai melihat sunset dan berfoto-foto mengabadikan liburan mereka. Tapi tidak begitu dengan Xena dan Luna. Xena yang masih merasakan perutnya yang sakit hanya bermalas-malasan menonton TV ditemani Luna yang membaca buku disamping Xena.
"Luna ... Luna ... Luna. Keluar kamu", teriak seorang wanita diluar Villa.
Muka Luna memucat tapi ia segera bangun dan menemui wanita itu. Xena yang penasaran, mengikuti langkah Luna namun mengambil jarak darinya.
"Untuk apa kamu kembali Luna?", teriak wanita itu saat Luna sudah berdiri tepat dihadapannya.
"Untuk berlibur. Maaf ini tidak ada sangkut-pautnya dengan kalian", ujar Luna tegas.
"Jangan bilang kamu mau merebut Wahyu kembali", teriak wanita itu lagi.
Xena kaget mendengar nama Wahyu disebut, ia mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi.
"Untuk apa aku merebut barang bekasmu. Aku bukan seperti kamu yang menghalalkan segala cara untuk memikat pria, Deffy", balas Luna dingin.
"Plaaaak", suara tamparan mendarat di pipi Luna. Ada langkah cepat dibelakang Luna menghampiri dan melakukan pembalasan.
"Plaaaak", tamparan keras dari tangan Xena mendarat dengan mulus dipipi Deffy, wanita yang sedari tadi berteriak.
"Siapa kamu ikut campur urusan kami", teriak Deffy tidak terima di tampar oleh Xena.
"Apa juga urusan kamu menampar kakak ipar saya", teriak Xena.
Wahyu datang tergopoh-gopoh menghampiri ke arah mereka. Ia lalu memegang tangan Deffy yang akan membalas menampar Xena.
"Jangan kurang ajar kamu Deffy, ini ibu Xena pemilik Resort ini. Ucapkan permintaan maaf. Maaf ibu Xena, istri saya belum mengenal ibu. Maaf mungkin ada salah paham", ujar Wahyu sambil membungkuk kepada Xena.
"Salah paham? Apakah bapak tidak mendidik istri bapak untuk tidak lancang terhadap keluarga pemilik tempat bapak bekerja?", ujar Xena.
"Maaf maksud ibu saya tidak mengerti", kata Wahyu.
"Istri bapak dengan tidak sopan sudah memaki dan menampar calon kakak ipar saya. Kak Luna ini adalah tunangan kak Xavier, Vice Presdir WD Group. Wajar saja saya membalas tamparannya", suara Xena meninggi.
Wahyu dan Deffy tampak memucat mendengarkan perkataan Xena. Langsung mereka berlutut meminta maaf.
"Maafkan saya untuk ketidaktahuan saya", ujar Deffy sambil menangis, ia tahu benar siapa Xavier dan Xena karena saat Wahyu memberitahukannya mengenai pergantian manajemen di resort, ia sempat mencari tahu tentang mereka di internet.
Deffy lebih fokus mencari tahu tentang Xena daripada Xavier yang ia tahu adalah pemegang tahta kerajaan WD Group yang kedua setelah Nathan Utomo yang orang tak akan berani kurang ajar kepada mereka. Deffy hanya membaca sepintas kalau Xavier bertunangan dan ia tidak mengetahui kalau Luna lah yang telah bertunangan dengan Xavier.
"Apa saya harus memecat anda untuk memberi pelajaran kepada istri anda agar tidak kurang ajar terhadap keluarga pimpinan anda", ujar Xena tetap tinggi.
Luna yang ada dibelakang Xena hanya diam melihat kedua orang yang berlutut dihadapan mereka.
"Jangan Bu. Maafkan bu, Maafkan kelancangan Saya Bu. Bu Luna Maafkan kelancangan Saya Bu", ujar Deffy sambil minta maaf dengan menyatukan kedua tangannya.
Wahyu hanya diam memandang geram kepada istrinya.
"Kak Luna, apakah mereka pantas untuk kamu maafkan. Kalaupun Resort ini bukan punya aku, kalau sampai kejadian seperti ini terjadi, akan aku gunakan segala kemampuanku untuk memberi pelajaran orang yang sudah berani kurang ajar terhadap mu", ujar Xena sambil melirik sinis kearah Deffy.
Deffy hanya menunduk malu sementara Wahyu hanya diam menahan emosinya terhadap istrinya.
"Biarkan mereka. Cukup hanya kali ini aku menerimanya dan melepaskan mereka, tidak akan ada lain kali", ujar Luna lalu berbalik dan masuk ke dalam Villa.
"Kalian beruntung tidak ada kak Xavier di sini kali ini. Dia bisa bertindak lebih kejam saat orang yang ia cintai terluka. Pergilah, kak Luna sudah memaafkan kalian tapi tidak ada lain kali", ujar Xena kemudian mengikuti langkah Luna masuk ke dalam Villa.
Di kejauhan Xena sudah melihat gerombolan kawan-kawan dan kakaknya sedang berjalan kembali ke Villa. Xena masuk dan menghampiri Luna yang sepertinya sedang menahan air mata.
"Kak, kita ke kamarku di atas yuk. Mereka akan tiba sebentar lagi", ujar Xena yang kemudian membimbing Luna masuk ke kamarnya di lantai atas.
Setelah menutup pintu kamar, Xena membimbing Luna duduk dipinggiran tempat tidur dan lalu Xena memeluk Luna erat yang sebentar kemudian menangis dengan hebatnya dalam pelukan Xena. Lama sekali Luna menangis dan saat Pras membuka pintu kamar, Xena memberi isyarat kepadanya untuk keluar kamar dan Pras kembali menutup pintu kamarnya dan kembali kebawah. Pras mendekati Xavier.
"Ada apa dengan Luna? Dia sedang menangis di kamarku", bisik Pras kepada Xavier.
Muka Xavier berubah cemas, dia akan melangkah naik ke kamar Xena tapi Pras mencegah langkahnya.
"Jangan naik dulu. Xena tidak membolehkan", ujar Pras.
Xavier tidak perduli, dia menepis tangan Pras lalu naik ke atas. Xavier membuka pintu Xena dan kemudian berlutut di depan Luna yang masih menangis dalam pelukan Xena.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu menangis?", sapa Xavier lembut.
Luna yang mendengar suara Xavier melepaskan pelukannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leher Xavier. Xena bangun dari duduknya dan menyuruh kakaknya menggantikan posisinya duduk disamping Luna dan Luna kembali menangis.
"Ada apa?", tanya Xavier kepada Xena yang hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Pras berdiri dipintu membuka pintu kamar sedikit.
"Aku tinggal ya, kalian bicaralah", ujar Xena lalu mendorong Pras keluar dari kamar dan menutup pintu kamar rapat.
"Kenapa Luna sayang?", tanya Pras di depan pintu.
Xena menceritakan kejadian yang baru terjadi dengan berbisik agar tidak ada kawannya yang tahu. Untungnya mereka masih dibawah sehingga tidak ada yang mendengar suara tangis Luna yang sayup-sayup terdengar dari depan pintu kamar Xena. Pras memeluk istrinya erat dan mengusap punggung Xena lembut.
"Astaga, aku ngga jadi naik ke atas deh, ternyata ada adegan Vulgar di depan kamar. Woiiii pengantin jangan pamer dong", teriak Adriana sambil berlari turun kembali.
"Astaga Adriana bikin kaget aja", ujar Xena sambil melepaskan pelukan Pras dan mengajak Pras untuk turun ke bawah menemui teman-teman nya.
Sampai dibawah, habislah mereka menjadi bahan godaan teman-teman mereka. Petang itu semua rombongan bercanda ria bersama di ruang bawah sampai mereka lelah sementara diatas ada satu hati yang kembali terluka setelah diingatkan peristiwa yang lalu. Xavier membimbing Luna masuk ke kamarnya dan Luna memberitahukan nya kalau dia ingin tidur lebih awal. Luna akan menceritakan semua kepada Xavier esok hari saat dirinya sudah tenang kembali.
Setelah meninggalkan Luna dikamarnya, Xavier turun dan menarik adiknya ke arah dapur dan menanyakan apa yang terjadi. Xena menceritakan semua dan ia berharap Xavier menunggu cerita dari Luna terlebih dahulu sebelum membuat keputusan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Xavier akhirnya mengalah dan mengikuti apa yang Xena minta.
Akhirnya walau dengan enggan, Xavier, Xena dan Pras tetap bergabung dengan kawan-kawan mereka bercanda ria sampai malam menjelang dan akhirnya mereka memutuskan untuk tidur karena telah lelah seharian.
Saat mengantarkan Viola tidur di kamar Luna, Xena menghampiri Luna yang sudah lelap tertidur. Masih ada sisa air mata di mata terpejam Luna dan Xena menyekanya dengan jari tangannya. Saat melihat Viola tertidur, Xena keluar dan menutup rapat kembali kamar dan masuk ke kamarnya, merebahkan tubuhnya disamping Prasetya yang langsung mendekap tubuhnya erat dalam pelukan.