webnovel

Cemburu

Setelah Nathan memarkirkan mobilnya, Adelia keluar dari mobil dengan terburu-buru. Hampir saja dia tertabrak motor yang melintas kalau saja Nathan tidak menarik tubuhnya dengan cepat.

"Hati-hati dong, jangan panik begitu", ujar Nathan sambil menggenggam tangan Adelia erat.

"Bos kamu ada dimana?", tanyanya lagi.

"Ruang operasi", jawab singkat Adelia dengan muka masih syock. Nathan menggandeng tangan Adelia, melihat petunjuk arah lalu berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang operasi.

Sesampainya di depan ruang operasi, Adelia melepaskan tangan Nathan dan berlari ke arah Andika. Andika mengangkat kepalanya dan berdiri menyambut tubuh Adelia yang langsung memeluknya. Nathan spontan kaget melihat pemandangan di depannya. Raut mukanya langsung berubah, ada raut marah di sana. Andika dan Adelia berpelukan erat sekali. Nathan berjalan ke arah mereka, dan dia menepuk ringan bahu Adelia, mengingatkan Adelia, bahwa ada dirinya diantara mereka. Adelia tersadar dan melepaskan pelukannya, Andika kaget melihat Nathan berada dibelakang Adelia.

"Ini tadi pak Nathan ke kantor sekalian dia mau ikut bertemu kamu", Adelia berujar sambil membimbing Andika duduk.

"Siapa yang sakit?", ujar Nathan polos sambil duduk disamping Adelia.

"Maaf pak Nathan saya tidak menyambut bapak tadi. Apa Audisinya sudah dilihat pak?", Andika bertanya mengalihkan pertanyaan Nathan. Namun dia tetap mengenggam erat tangan Adelia.

"Sedang dilakukan. Nanti akan kami kabari siapa yang akan kami pilih", katanya sambil matanya dengan tajam melihat ke arah tangan mereka.

"Naomi gimana? Apa yang terjadi? Apa salah aku ya ngga hubungi dia lagi kemarin?", desak Adelia dan hanya dijawab dengan senyuman.

"Bukan salah kamu, ini salah kami berdua kok", ujar Andika sambil mengusap air mata yang terlihat jatuh dari mata Adelia.

Makin merahlah muka Nathan di samping Adelia. Karena Adelia duduk menyamping membelakangi Nathan, dia tidak melihat perubahan di muka Nathan.

Nathan menusukkan jari telunjuknya ke pinggang Adelia dan berbisik, "Adel, kesabaranku ada batas nya ya".

Adelia langsung menyadari situasinya. Andika kaget menyadari Adelia menarik tangannya dengan tiba-tiba. Adelia berbalik dan menghadap ke Arah Nathan.

"Pak Nathan kalau mau kembali, duluan aja pak. Bapak bisa bawa mobil saya kok, nanti saya bisa suruh sopir saya jemput. Nanti tidak bisa melihat audisinya", ujar Adelia tegas memelototi Nathan. Mendapatkan perlakuan seperti itu Nathan justru tersenyum sinis.

"Aku antar pak Nathan dulu ya, sekalian aku belikan kamu sesuatu. Apa operasinya masih lama?", ucap Adelia kepada Andika.

"Aku ngga tau, tadi kata dokter mungkin bisa 2 jam tapi bisa juga lebih. Ini sudah sejam dari tadi mulai masuk ruangan. Kamu jangan lama-lama ya. Saya butuh kamu", ujar Andika lemah.

"Kayanya bakalan ada yang meledak ni", celoteh Nathan pelan.

Adelia bangkit dari duduknya lalu menarik Nathan ikut berjalan dengannya. Nathan menepis tangan Adelia, terlihat sekali dia sudah sampai batas kesabarannya.

Dia akan berbalik ke arah Andika namun dicegah Adelia, "Tolong, jangan sekarang. Aku benar-benar tidak mau bertengkar denganmu", ujarnya.

Kemudian Adelia kembali menarik lengan Nathan dan kali ini Nathan berjalan mengikuti arah Adelia. Setelah sampai di luar rumah sakit, di halaman di dekat parkiran mobil Adelia, Nathan menarik lengan Adelia dan memintanya duduk di bangku taman.

"Jelaskan", katanya tegas. Matanya tajam menyoroti muka Adelia, ada api kecemburuan didalamnya.

"Apa maksudnya pelukan dan pegangan tangan tadi? Apa kamu lupa kamu adalah tunangan saya", ujar Nathan melampiaskan kekesalannya.

"Apa karena saya sudah mengatakan akan memberikanmu kebebasan jadinya kamu seperti ini di depan saya", kata-kata Nathan terdengar sinis.

"Saya tak mau menjelaskan apapun kalau kamu seperti ini, karena apapun yang akan saya katakan kamu ngga akan menerimanya", ujar Adelia mantap.

"Maksudnya kamu saya ini orangnya picik tidak mau mendengar penjelasan orang?", ujar Nathan makin kesal.

"Bukan begitu, kamu seperti ini, pasti kamu ngga akan mengerti apa yang akan saya katakan", ujar Adelia melembut.

"Jadi maksudmu saya orang bodoh yang telat berpikir?", makin marahlah Nathan mendengar kata-kata Adelia.

"Akh sudahlah. Kamu mau berangkat kan besok. Kamu berangkat lah, pulang dari kamu tugas baru kita bicara lagi", ujar Adelia kesal.

Dia berdiri dan akan berjalan meninggalkan Nathan. Nathan berdiri dan meraih lengan Adelia, lalu dengan cepat dia mencium bibir Adelia. Adelia kaget dan akan berontak tetapi tangan Nathan memenjarakan wajahnya untuk tetap mencium bibir Adelia. Terasa panas sekali bibir Nathan menyentuh bibir Adelia. Tak berapa lama, Nathan melepaskan tangannya lalu tangannya meraih tangan Adelia memberikannya kunci mobil dan tersenyum.

"Aku akan tunggu penjelasan kamu sepulangnya dari Singapore", ujarnya lalu berbalik memberhentikan taxi yang kebetulan lewat dekat mereka.

Adelia hanya terpaku memandangi taxi yang mulai menjauh lalu tersadar dan ia menyentuh bibirnya. Ini adalah ciuman pertamanya, karena ciuman dibibir sebelumnya dengan Nathan didepan mini market buatnya hanyalah kecelakaan sesaat. Adelia tersenyum lalu berjalan kembali menuju ke ruang operasi. Sebelumnya dia mampir di kantin rumah sakit membeli beberapa cemilan dan minuman untuk Andika dan dirinya.