Tujuh hari sudah kepergian opa Indra Utomo untuk selamanya. Sore itu semua keluarga Utomo bersiap untuk mengadakan slametan. Adelia terlihat di antara orang-orang yang sibuk mengatur kegiatan untuk acara slametan mengenang 7 hari kepergian opa.
Walaupun Nathan sudah melarangnya, namun Adelia tidak bisa tinggal diam untuk membantu. Ada saja yang ia kerjakan walaupun cuma hal-hal ringan seperti mempersiapkan kue-kue untuk disajikan ataupun hanya memasukkan suvernir berupa tasbih kecil ke dalam bungkusan makanan yang akan dibawa tamu undangan.
"Sayang kamu lebih baik istirahat dulu ya dikamar, aku takut kamu lelah", pinta Nathan memelas sambil mengelus perut Andelia yang membesar. Sebentar kemudian Nathan merasakan hentakan dari dalam perut. "Tuh sayang, debay juga setuju kok kalo kamu istirahat dulu. Ayo aku antar ke kamar", ujar Nathan lembut.
Dia berjalan sambil memeluk istrinya mesra menuju kamar yang dulu pernah ia tempati waktu masih tinggal di rumah mami papinya. Sesampainya di dalam kamar setelah menutup pintu kamar rapat dan sempat menguncinya, Nathan langsung membaringkan istrinya di atas tempat tidur.
Saat mata Adelia mulai terpejam, Nathan iseng membuka kancing kemeja istrinya sehingga terlihat dada Adelia yang seksi menyembul dari balik bra nya. Nathan mulai mendekatkan bibirnya dan mulai membuat kiss Mark di beberapa bagian dada istrinya. Adelia hanya tertawa kecil diperlakukan seperti itu oleh Nathan.
"Dasar ya, pantesan aja kunci pintu ngga taunya ada maunya", sindir Adelia.
"Siapa suruh punya tubuh selalu menggiurkan seperti ini. Akh aku ngga tau apa aku kuat ya "puasa" lagi. Kayanya nanti kalau kamu lahiran aku harus beli satu kardus mie instan untuk menghitung hari sampai waktunya menyerang kamu lagi", ujar Nathan mengeluh.
"Loh kok gitu", tanya Adelia heran. Yang ditanya sedang memperhatikan "hasil kerjanya" di dada Adelia sambil mencari tempat yang lowong lagi.
"Kamu taukan kalau 1 kardus mie instan isinya berapa?", tanya Nathan.
"40 .. oh maksudnya kamu akan Serang aku lagi setelah 40 hari?", Adelia terkekeh.
"Binggo. Kamu jenius sayang", ujar Nathan tersenyum. Tiba-tiba Adelia meringgis kesakitan.
"Sayang, sepertinya ada yang ngga beres ni. Bisa antar aku ke RS?", ujar Adelia dengan wajah pucat.
"Hah ada apa?", ujar Nathan mulai panik. Adelia mengancingkan baju kemejanya. Ia lalu agak menjerit melihat ke arah kakinya, Nathan makin panik. Namun melihat itu dia langsung tersadar dan membuat 1 panggilan telepon.
"Jason bawa mobil saya ke depan rumah. Adel akan melahirkan", ujar Nathan lalu dengan sigap setelah membuka kunci kamar membopong Adelia di tangan kekarnya. Semua orang yang ada di rumah kaget melihat Nathan yang membopong Adelia, beberapa perempuan ada yang menjerit setelah melihat darah merembes di pakaian Adelia. Tak lama Adelia pingsan membuat Nathan makin panik. Lalu Jason yang sudah menunggu di pintu masuk segera melarikan mereka ke RS dengan kecepatan tinggi.
Sebentar kemudian mereka sudah sampai ke RS dan team dokter yang menunggu di depan RS langsung sigap menerima tubuh Adelia dan langsung membawa ke ruang operasi. Nathan lalu ditemui dokter untuk menandatangani berkas operasi Caesar istrinya.
"Iya mami, maaf Nathan ngga bilang-bilang tadi. Adelia pendarahan mami, sepertinya dia kelelahan. Iya sedang masuk ruang operasi kemungkinan harus mengeluarkan debay lebih cepat. Doakan ya mami, aku takut kehilangan Adel mami", tiba-tiba runtuhlah pertahanan ketenangan Nathan.
Ia mulai menangis memikirkan bagaimana tadi kondisi istrinya yang banyak mengeluarkan darah. Jason yang ada disampingnya hanya diam melihat bos besar yang biasanya garang tiba-tiba menunjukkan sisi seperti orang biasa pada umumnya, menangis saat kalut.
Sekitar hampir setengah jam kemudian, tampak para perawat membawa seorang bayi yang sangat kecil dalam inkubator dan tak lama seorang dokter keluar dari kamar operasi dan mendatangi Nathan yang masih melamun.
"Selamat siang pak Presdir. Selamat ya pak, bayi bapak laki-laki namun dikarenakan belum waktunya lahir dia akan masuk inkubator dulu tapi syukurnya bayi bapak setelah diperiksa dokter anak ternyata sehat sekali, jadi kemungkinan hanya sebentar di dalam inkubator untuk menaikkan beratnya agar stabil. Ibu Adelia juga sudah sadar dan sedang kami pantau dulu sebelum kami bawa ke ruangan rawat, tapi so far kami pantau beliau tidak ada komplikasi apapun hanya kehilangan darah cukup banyak saja. Kami sudah mentransfusikan beberapa kantong darah untuknya. Untung bapak membawa ibu tepat waktu jadi keadaan tidak menjadi buruk. Anyway, Selamat ya pak", ucap dokter itu berseri-seri sambil mengulurkan tangannya. Nathan menyambut tangan dokter itu dengan gembira. Dokter itu berseri-seri karena hal terburuk tidak terjadi pada istri bos besar selama operasi yang dia jalankan.
"Terima kasih banyak ya dokter. Baiklah saya akan memunggu kabar selanjutnya", ujar Nathan tenang. Lalu dokter itu pergi meninggalkan Nathan.
"Selamat ya pak Presdir sudah menjadi papi", ucap Jason lega.
"Terimakasih ya kamu juga ikut membantu. Tenang, bonus tahunan kamu akan saya lebihkan tahun ini", ujar Nathan yang membuat Jason gembira.
Taklama rombongan Henry Wijaya dan Cakra Utomo (orang tua Nathan) datang bersamaan. Mami Nathan langsung memeluk anak laki-lakinya bangga dan sangat bahagia karena sekarang ia sudah menyandang status seorang bapak yang otomatis membuat Mami Nathan menjadi seorang eyang. Setelah mendapatkan informasi dari dokter, Nathan dan keluarganya menuju ke kamar perawatan Adelia.
Begitu mereka membuka kamar perawatan VVIP untuk persalinan, mereka melihat Adelia sedang tersenyum menyambut mereka. Saat itu ada seorang suster yang sedang membantunya untuk memompa susu dari dada Adelia untuk diberikan ke anaknya. Suster yang membantu melihat semua "hasil kerja" Nathan di dada Adelia dan tersenyum menggoda ke arah bos besarnya ini. Nathan sedikit malu dan salah tingkah ditatap mata suster itu. Mama Indriyani dan Mami Nathan yang ikut membantu juga tersenyum menggoda Nathan yang makin membuat Nathan salah tingkah.
"Wah ada yang harus mulai "puasa" nih. Apalagi ini Operasi Caesar jadi membutuhkan waktu lebih lama dari kelahiran normal", ledek mama Adelia.
Langsung memerahlah muka Nathan mendengarnya, apalagi Henry Wijaya juga ikut menggoda, "Nathan berarti kamu harus membeli 2 kardus mie instan bukan 1 kardus ya".
Makin meledak lah tawa semua orang yang ada di ruangan itu. Adelia hanya tersenyum melihat suaminya di "bully" orang tua mereka. Tak lama Suster itu selesai mengambil 1 botol penuh berisi ASI dari dada Adelia.
"Bapak Presdir mau melihat bayinya pak? Sekalian bisa memberikan ASI ini kepada bayi bapak", ajak Suster itu sopan yang lalu dianggukkan oleh Nathan yang kemudian pergi ke ruang perawatan bayi diikuti para kakek (Papa Adelia dan Papi Nathan) sementara para nenek menemani Adelia yang masih pucat tergolek lemah diatas tempat tidur.
Kebahagiaan menyelimuti keluarga Utomo dan keluarga Wijaya. Walaupun sebelumnya mereka merasa kehilangan opa Indra Utomo dan sekarang mereka menyambut kedatangan anggota baru Keluarga mereka yang akan meneruskan garis keturunan mereka.
Selamat ya Adelia dan Nathan yang sudah menjadi Orang Tua, cinta kalian akan kekal selalu dan semoga menjadi jodoh dunia akhirat.