Hari berganti Minggu dan Minggu berganti Bulan, tanpa terasa kandungan Adelia sudah memasuki usia 7 bulan. Berita tetang gosip Adelia dengan Andika lenyap terbawa angin, bahkan tanpa mereka lakukan konfirmasi. Perut Adelia makin membesar, dan Nathan makin protektif terhadap istrinya. Bahkan ia sampai membeli sebagian besar saham di PT.AN Entertainment agar dia bisa mengintervensi keputusan Andika bila menyangkut tentang istrinya. Namun ada keuntungan nya juga buat AN karena Nathan bahkan membantu membuka jalan untuk tender penting di perusahaan koleganya.
Pagi yang mendung diakhir Minggu, di rumah Nathan dan Adelia di pinggir kota, kedua orang ini sedang menikmati hari libur mereka yang nyaman. Tiba-tiba ada sambungan telepon masuk ke HP Nathan, Nathan langsung menjawab panggilan dari Maminya.
"Iya mami, Nathan ni. Aduh mami kenapa lagi kok malah nangis. ya Uda papi mana? Mami tenang dulu dong. Halo papi, mami kenapa lagi? Hah? Kapan pi? Oke, Aku segera kesana sama Adel", ujar Nathan panic.
Adelia bertanya ada apa, tapi Nathan hanya diam sesaat. Air mata mulai keluar dari matanya yang menawan. Nathan lalu menarik Adelia dalam pelukannya.
"Sayang, opa sudah tiada. Tadi sewaktu dibangunkan dari tidur, badan opa sudah dingin dan dokter yang dipanggil memeriksa opa mengatakan opa sudah meninggal. Ah Sayang, aku belum memberikan apapun untuk opa tapi ia sudah pergi untuk selamanya", ujar Nathan menangis dalam pelukan Adelia.
Adelia tak tahu harus mengatakan apa, dia hanya mengusap lembut punggung suaminya. Setelah reda, Nathan lalu mengajak Adelia ke rumah opanya. Setelah mengganti baju, Adelia menelpon mamanya untuk memberitahukan berita duka itu.
"Mama, opa Indra Utomo sudah tiada. Aku dan Nathan akan ke rumah opa sekarang, mama dan papa bisa datang kan?", ujarnya.
"Oh mama sama papa sudah disana? Kakak Michael ada juga? Trus kak Anastasia sama baby gimana? Oh mereka ada yang bantu jaga. Ya Uda kita ketemu disana ya. Iya ini Nathan lagi siap-siap", ujar Adelia lalu mencari suaminya yang ternyata sudah ada di ruang tamu memakai sepatu santainya. Nathan sudah rapi berpakaian hitam-hitam dan sedang mengambil kunci mobil.
"Sayang, aku saja ya yang mengemudi? Aku takut kamu engga konsen", ujar Adelia lembut.
"Jangan ngawur. Aku ngga akan mencelakakan kamu dan anak kita", ujar Nathan tegas lalu menarik Adelia masuk ke mobil Alphard nya. Sebentar kemudian mobil sudah melaju menuju ke rumah orang tua Nathan.
Sesampainya di rumah orang tua Nathan, sudah banyak kerabat yang berkumpul. Melihat kedatangan Adelia dan Nathan, Mami Nathan langsung menghambur ke pelukan Nathan anak tunggalnya dan menangis agak keras. Adelia tahu kalau suaminya pun akan menangis tapi dia menahan sebisanya walaupun air mata satu persatu jatuh dipipinya. Adelia mengusap punggung Nathan menandakan dukungan untuk suaminya yang kehilangan orang yang tersayang. Mami Nathan yang melihat Adelia mencoba tersenyum waktu Adelia memapahnya untuk duduk dekat dengan mama Indriyani. Adelia mencium punggung tangan mama papa dan kakak ipar nya.
Mama nya membisikkan, "Jangan terlalu lelah ya nak, kamu sedang hamil", sambil mengusap perut Adelia yang membesar. Bahkan baby dalam kandungan Adelia pun tau suasana hati maminya sehingga tidak banyak bergerak seperti biasanya.
Suatu malam pernah kejadian, Adelia menjerit bangun dari tidurnya saat sang baby menendang perutnya dengan sangat keras dan Nathan yang ikut terbangun lalu mengajak bicara sang baby dengan menempelkan telinganya ke perut Adelia dan berbisik disitu. Kalau sudah begitu barulah sang baby menjadi tenang dan hanya bergerak sesekali saja.
Banyak pasang mata memperhatikan Adelia dan kehamilan nya karena baik Nathan maupun Adelia belum mengklarifikasi hubungan mereka dimuka umum. Selain karyawan WD dan AN, juga keluarga dan teman terdekat, orang lain belum tahu mengenai status pernikahan mereka jadi sempat ada bisik-bisik diantara tamu yang hadir.
Diantara yang hadir, ada beberapa wartawan yang meliput berita duka ini dikarenakan opa Indra Utomo termasuk pengusaha sukses yang patut diperhitungkan. Nathan dan Papinya menerima kehadiran tamu yang datang melayat sementara Maminya hanya menangis dalam pelukan Adelia. Setiap yang menghampiri Mami Nathan pasti langsung menanyakan mengenai Adelia dan kehamilan nya bukan mengenai soal kematian opa yang mendadak dan hal ini membuat Adelia mulai risih. Melihat istrinya mulai tidak nyaman, Nathan menghampiri istrinya.
"Sayang, kamu bawa Mami ke kamar aja, ajak Mami istirahat. Biar aku dan papi yang akan menerima tamu. Sebentar lagi siang dan kami akan menguburkan opa segera. Kamu dan Mami di rumah aja ya, ngga baik orang hamil ke kuburan", nasehat Nathan yang diangguki oleh Adelia. Nathan mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu ke Maminya. Mami Nathan lalu mengangguk dan kemudian bangun dari duduknya dan meminta Adelia menemaninya ke kamar. Mama Adelia mengikuti mereka sementara papa Adelia membantu besannya menerima tamu. Michael membantu menyiapkan keperluan untuk penguburan.
Banyak kolega dari Opa, Papi Nathan dan Nathan yang datang melayat. Ada beberapa juga kolega dari Papa Adelia. Saat hari mulai siang, acara penguburan pun dilakukan. Setelah selesai, Nathan memberikan sambutan terima kasih dan mempersilahkan kepada hadirin apabila ada hutang piutang yang belum terselesaikan agar menemui Nathan untuk penyelesaiannya. Kemudian rombongan kembali ke rumah Nathan untuk sekedar makan siang. Mami Nathan sudah tenang, dia sudah mengikhlaskan kepergian papanya yang mendadak. Papi Nathan membimbing istrinya menemui para pelayat yang masih ada. Nathan menghampiri istrinya dan mengajaknya juga untuk menyapa para kerabat dan kenalan. Andika yang baru mendengar kabar datang bersama Roni dan Heru, Adelia menyambut mereka dengan baik. Nathan menyalami mereka bertiga.
"Pak Indra Utomo mendadak sekali ya wafatnya. Apa tidak ada keluhan sakit?", tanya Andika berbasa-basi.
"Iya kami juga ngga nyangka opa bisa secepat ini pergi. Padahal waktu yang dulu ia pingsan, kami sempat mengikhlaskan kepergian nya, tapi setelah mendengar kabar kehamilan Adel, opa langsung semangat lagi dan sehat. Sekarang belum sempat melihat buyutnya lahir malah dia Uda pergi duluan", ujar Nathan yang mulai tenang.
"Sabar ya. ini semua ujian, mungkin nanti ada hikmahnya", ujar Andika lembut. Ia mencuri pandang ke Adelia dan tersenyum. Nathan yang melihat langsung menutup muka istrinya dengan telapak tangannya.
"Kamu masih aja bercanda ya", geram Adelia.
"Iya ni, masih aja jeles banget si sama gw", ujar Andika yang sekarang makin akrab dengan Nathan.
"Loe tuh harus selalu dicurigai daripada gw kebobolan", ujar Nathan cuek. "Tuh ada wartawan, kalian engga konfirmasi soal gosip dulu", ujar Nathan menggoda.
"Engga akh ngapain konfirmasi emang kita selebriti", jawab Adelia cuek.
"Bener banget", ujar Andika sama cueknya.
"Hadeh .. kalo gitu aku yang umumkan biar ngga ada yang berani ngaku pacar istriku lagi", ujar Nathan dengan santainya.
"Kamu akh, sekarang yang harus dipikirkan hanya soal opa dulu, ngga usah macam-macam akh", ujar Adelia mencubit lengan suaminya.
"Sayang, kok sekarang pindah ke lengan si, biasanya ke pinggang aku. Andika beruntung kamu ngga nikah sama Adel, kalo ngga nasib kamu seperti saya, pinggangku ini kanan kiri biru dicubitin terus", ujar Nathan sambil pura-pura meringis.
"Oh jadi menyesal ?", ujar Adelia judes.
"Menyesal banget. Menyesalnya kenapa ngga dari dulu aja kita menikahnya", ujar Nathan tersenyum menggoda.
"Eh pasangan suami istri, jangan terus menggoda kami yang jomblo ini terus dong", protes Andika cemberut. Tak lama terlihat Alex memasuki halaman rumah keluarga Utomo diikuti Sisca yang menggandeng tangannya.
"Eh sayang, tuh mereka beneran jadian", ujar Nathan menunjukkan ke arah Alex dan Sisca.
"Sisca itu datang sama siapa? Kalian kenal?", tanya Andika. Setelah mendekat, Alex melepaskan pegangan tangannya dan memeluk Nathan erat.
"Sabar ya bro. Ini mungkin yang terbaik buat opa Indra Utomo", ujarnya menghibur. Nathan hanya tersenyum. Sementara Adelia memberikan pelukan hangat ke Sisca yang sempat kaget mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bosnya.
"Hmmm berhasil juga rupanya ya", goda Adelia kepada Sisca yang langsung merona mukanya. Sisca mengenali bos besar AN yang sedang memandang mereka heran.
"Halo bos. Lama ngga jumpa. Hai Heru, Roni apa Khabar?", sapa Sisca sambil menyalami mereka. Alex menyentuh tangan Sisca agar segera melepaskan tangannya yang bersalaman lama dengan Andika. Sisca langsung salah tingkah.
"Sayang siapa yang kemaren bilang aku posesif ya, ternyata dia sendiri juga posesif. Andika ini teman akrab gw yang uda gw anggap adik gw sekaligus bos WD di Surabaya, dan Alex ini bos besar cewe loe, Andika Putra, pacar pertama istri gw", ujar Nathan santai.
Mendengar kalimat terakhir Andika tersenyum, "Mengaku kalah loe?", godanya.
"Weeits maaf ya, Nathan Utomo selalu menjaga dengan baik semua miliknya", ujar Nathan bangga.
"Oh ini yang pernah digosipkan dengan kakak ipar. Pantes aja Hantu Putih uring-uringan terus", goda Alex yang langsung diplototin oleh Nathan tajam.
"Loe sebenernya temen siapa si? Kok ngajak musuhan sama gw juga", ujar Nathan kesal.
"Uda akh kalian. Alex temuin Papi dan Mami dulu sana sambil perkenalkan Sisca sama mereka", ujar Adelia yang langsung diangguki oleh Alex.
Alex memang sudah seperti anak buat keluarga Nathan dikarenakan mereka memang hanya memiliki anak tunggal yaitu Nathan saja, apalagi keakraban Nathan dengan Alex sudah seperti keakraban antar sesama saudara. Sisca malu-malu saat diperkenalkan kepada Mami dan Papi Nathan. Tampak Mami memeluk Sisca dan mengajak ia berbicara lembut. Adelia yang melihat keakraban mereka dari jauh hanya tersenyum.
"Tuh hasil perjodohan istri gw", ujar Nathan bangga. Andika hanya menepok jidatnya.
"Kenapa loe ngga carikan jodoh buat gw juga biar loe ngga jeles mulu", keluh Andika.
"Sayang sepertinya aku tau orang yang tepat untuk kita jodohkan ke bujang lapuk ini", goda Nathan.
"Apa pikiranmu sama dengan aku? Orang yang memberikan pesan indah di hari pertama aku jadi istrimu ya?", ujar Adelia.
"Bingo", ujar Nathan.
"Tenang Andika, yang ini wanitanya juga cantik tapi tidak secantik Adeliaku tapi lumayan lah. Masih Jomblo juga. Nanti aku suruh Jason kasih jalan atur pertemuan", ujar Nathan.
"Kenapa ngga lewat loe aja", ujar Andika tak mengerti.
"Gw ngga mau digantung di pohon Cemara depan rumah", bisiknya yang lalu menangkap tangan Adelia sebelum mencubit pinggangnya.
Mereka semua tertawa kecil karena tidak berani tertawa terlalu lepas di rumah orang tua Nathan.