webnovel

A NASTY PIECE OF WORK

Tentang hidup Rabhita, mantan penulis yang berkali-kali gagal dalam menembus karyanya ke gerbong para penerbit. Dia melupakan enam novel yang dipublishnya dalam suatu aplikasi dan melanjutkan hidup sebagai manajer muda di salah satu perusahaan swasta ternama, namun impian lamanya tiba-tiba memanggil dan tanpa pikir panjang, Rabhita Ali langsung menyetujuinya. Siapa yang akan menolak jika sebuah karya yang bahkan belum terbit ditawarkan menjadi sebuah film? Jika ada yang menolaknya, tentu bukan Rabhita Ali. Rabhita bertemu aktris dan aktor terkenal bahkan, dapat menjalin hubungan (terlarang) dengan salah satu aktor favoritnya-Paul Paterson. Tapi, pekerjaan impian itu lama kelamaan mengacaukan dunia dan dirinya, bagaimana Rabhita bisa bertahan?

Andienkaef · 都市
レビュー数が足りません
7 Chs

5 - Jauhi?

PAUL DUDUK SERAYA memangku Cassian yang sedang makan malam di rumah. Cassian saat ini berumur satu tahun lima bulan, anak itu tumbuh sebagai anak lelaki yang tampan bertubuh gembul, membuat siapapun memandangnya dengan gemas sekali. Paul mengelus-elus puncak kepala Cassian dengan penuh kasih sayang, jika bukan karena Cassian, Paul tidak akan berpikir dua kali untuk meninggalkan Jea dan ibunya yang seperti Penny Wise.

Paul akui, dia cinta Jea, dulu Jea adalah segalanya bagi Paul, namun entah apa yang membuat Jea menjadi berubah seperti ini. Bahkan sekarang, Jea belum pulang ke rumah dan belakangan ini Paul yang selalu mengantar Cassian tidur.

"Daddy, where's mommy?" tanya Cassian dengan suara lucunya yang parau karena mengantuk seraya memeluk boneka piglet-nya.

Hati Paul remuk rasanya melihat anak kesayangannya bertanya seperti itu, Paul ingin menjawab, namun Cassian bersuara lagi, "i missed mommy."

Paul tersenyum pahit, dia mengelus Cassian lagi di tempat tidur, "mommy juga kangen kamu, sekarang kamu tidur ya," hanya itu kalimat yang dapat dia bilang kepada Cassian.

Cassian tidur pulas dengan memeluk bantal pigletnya, saat Paul keluar dan menutup pintu kamar Cassian, Jea baru pulang dan melepas sepatunya sempoyongan. Wajah Paul mengeras melihatnya.

"Jea, darimana lo? Cassian belakangan ini selalu nya—" ucapan Paul terpotong saat dia sadar bahwa pacarnya ini mabuk.

Jea menatap Paul dengan jari telunjuk yang menempel di bibirnya, menyuruh Paul diam, dan bilang bahwa dia ingin bersenang-senang sekali saja, karena Paul membuatnya stress.

"Gue buat lo stress?!" teriak Paul tertahan, takut Cassian bagun.

"Ya," angguk Jea, lalu dia menjelaskan panjang lebar dan menunjukkan foto Paul bersama Rabhita yang sedang berada di bawah payung, dan Jea meracau tentang betapa tidak senangnya dia Paul ikut masuk ke dalam film itu. Tentu Jea sudah memberitahu mamanya—Michelle—soal ini, dan sama sepertinya, Michelle ikut tidak suka.

Paul marah, dia menjelaskan betapa egoisnya Jea dan Michelle, dan bahwa foto itu bukan apa-apa, dia meminta Jea untuk tidak bersikap seperti anak kecil yang tidak bisa menyikapi  bahwa pacarnya adalah aktor.

Jea hanya memutar matanya, "mulai besok, gue nemenin lo syuting," kata Jea dengan tegas.

"Ap—" Paul ingin protes namun Jea memberhentikannya.

Jea masuk ke dalam kamar lalu membanting pintunya dan menguncinya, menandakan bahwa Paul malam ini tidur di luar. Paul hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam dan berdoa seiring matanya berkaca-kaca.

Yang dia inginkan hanyalah keluarga bahagia, yang dulu dibayangkannya saat Cassian lahir. Semua ini membuatnya begitu frustasi.

Tanpa Paul dan Jea tahu, anak lelakinya yang bernama Cassian sedaritadi mengintip orangtuanya yang selalu bereperang setiap malam. Cassian duduk mengringkuk seraya memeluk lututnya, melamun dengan tatapan kosong di matanya yang polos, lalu bergumam dengan nada penuh kasihan,

"Daddy..."

- A NASTY PIECE OF WORK -

Pada malam yang sama saat itu juga, Rabhita bertengkar dengan Rangga lewat facetime, walau tidak besar, Rangga hanya ngambek karena merasa bahwa Rabhita baru beberapa hari namun sudah melupakannya.

Tentu Rabhita tidak merasa begitu, dan dia memohon kepada Rangga untuk memaklumi dirinya, anggap saja mereka seperti LDR beberapa minggu yang lalu saat Rangga berada di Australia.

Facetime berakhir dengan damai, walau mereka sempat beradu mulut, Rabhita cemas dibuatnya, dia sempat bimbang dengan pekerjaan ini, namun dia tetap harus berfikir postif, mungkin sampai film ini selesai, dia pasti akan kembali ke kehidupan lamanya.

Esoknya di tempat syuting, Rabhita tidak memakai setelan blazernya, namun dia bergaya santai, memakai boyfriend jeans yang dipadukannya dengan blouse. Seperti biasa, Peter-lah orang pertama yang memujinya hari itu.

"Hahaha, maksih lagi Peter," kata Rabhita dengan kekehannya.

Tidak lama dari itu, Paul datang, namun wajahnya tidak secerah kemarin, Rabhita menyapanya namun Paul hanya tersenyum ragu-ragu, Havy yang ada dibelakang Rabhita pun bingung, namun kebingungan Havy sirna saat melihat Jea di belakang Paul beserta baby sitter Cassian.

Havy yang tidak ingin bertatapan dengan Jea langsung pergi mendekati para crew film, duduk di kursinya dengan memangku naskah.

Sedangkan Rabhita yang benar-benar tidak tahu apa yang terjadi diam disana bersama Peter. Rabhita malah tersenyum ketika melihat Jea dan Cassian.

Paul memperkenalkan mereka dan Rabhita menjulurkan tangannya kepada Jea, namun Jea tidak menjabat tangannya, dia malah menggendong Cassian dengan kedua tangannya seraya tersenyum terpaksa kepada Rabhita.

Rabhita menurunkan tangannya, Peter hanya mengelus puncak kepala Cassian dan bilang, "hallo jagoan tito!"

Namun tanpa Rabhita sangka, Jea memperkenalkan dirinya, "Jea Vito," Jea mengucapkan namanya seperti sudah yakin kalau Rabhita tahu. Rabhita hanya mengangguk seraya tersenyum, dan dia pergi dari sana karena Peter mengajaknya.

Jea, Paul dan Cassian, duduk di sofa melihat akting Peter dan Havy di ruang kelas, Paul sering menoleh kepada Rabhita dengan tersenyum yang dibalas Rabhita senyuman juga, namun Rabhita hanya tersenyum singkat, karena tidak mau kena masalah dengan Jea.

Saat istirahat, Rabhita, Havy, Raine, Peter dan Nigo, duduk di bawah pohon bersama crew lain sembari memakan camilan. Havy dan Raine memandang ke arah Jea dan Paul. Lalu, Raine dan Havy saling tatap, dan Raine bertanya apakah Havy memikirkan hal yang sama seperti yang dia pikirkan.

Havy menjawab, "tentu Raine."

"Gue merasa kasihan sama Paul, tapi apa yang bisa kita perbuat? Itu rumah tangga mereka," sambung Nigo—yang dekat sekali dengan Paul—seraya memakan kuenya.

Saat itulah Rabhita tahu bahwa ada masalah diantara Paul dan Jea, namun Rabhita tidak mau menerka-nerka karena seperti kata Nigo, itu rumah tangga mereka dan Rabhita tentu tidak akan dan tidak mau ikut campur.

Peter yang sedaritadi diam, namun mendengarkan semuanya, bilang kepada Havy, dia bertanya-tanya kenapa Havy memutuskan Paul, itu benar-benar menjadi misteri bagi semua orang karena tidak ada dari media dan teman-teman mereka yang tahu.

Havy diam lama, memandang teman-temannya, termasuk Rabhita, lalu dia mendesah meletakkan kue yang tidak jadi dimakannya, "huh, gue rasa kalian orang yang bisa dipercaya," katanya dengan senyuman menatap Rabhita lalu kepada yang lain. Karena mereka semua adalah teman dekat Havy.

Peter bilang, semua dari mereka dapat dipercaya, termasuk Rabhita yang tidak tahu apa-apa tentang dunia hiburan Filipina. Havy mengangguk dan mulai bercerita.

"Malam itu seperti biasa, habis dari acara ASAP Chill Out—sama lo—" tunjuknya kepada Peter, karena Peter dan Paul adalah pembawa acaranya, "gue di back stage, Paul masih ngobrol-ngobrol sama Peter dan yang lain, ponsel Paul di gue, dan gue yang hampir gak pernah cek ponsel Paul entah kenapa iseng dan ngebuka ponselnya, terus ketemulah gue dengan chatingan dia sama...." Havy sengaja menjeda supaya teman-temannya menebak, namun nihil diantara mereka yang dapat menebak, apalagi Rabhita yang hanya melongo.

Havy menarik nafasnya kemudian menghembuskannya dan berbicara dengan sangat-sangat pelan, "Jea."

Mereka semua terkejut, bahkan Raine—yang teman terdekatnya—ikut terkejut, namun Havy buru-buru menyadarkan mereka semua untuk bersikap biasa saja dan Nigo meminta Havy meneruskan ceritanya.

"Isi chatan dia dan Jea panjang, tapi gue bisa baca semuanya, Jea bener-bener perhatian sama Paul, awalnya Paul cuma ngejawab seadanya tapi lama kelamaan Paul juga ikut perhatian sama dia, puncaknya sampai malam itu, saat Jea bilang kalau malam ini Paul bisa nginep lagi di apartemen Jea."

Mereka yang tadinya hanya terbelalak, kali ini menganga. Namun Havy cepat-celat menyelesaikan ceritanya, "tapi, Paul gak seperti yang kalian pikirin kok, setelah malam itu gue ngamuk dan mutusin Paul, beberapa minggu setelah lost contact dan gak ketemu sama Paul, akhirnya gue dengan gak sengaja ketemu sama dia di acara Joshua, dan Paul ngejelasin semuanya, kalau dia bersumpah dan terbukti gak pernah nginep di apartemen Jea, dia bilang Jea cuma iseng, tapi gue udah kelewat sakit hati soal chatan dia dan perhatian dia, jadi gue tetep kekeuh untuk putus," Havy mengambil minuman, "nah jadi itu rahasia selama bertahun-tahun ini, gue gak mau mencemari nama baik Jea dan Paul, jadi gue gak bilang apa-apa walau mereka semua sempet hujat gue," Havy terkekeh diakhir kalimat.

Raine langsung memeluk Havy, "aaaw Havy, lo kuat bangeet," katanya ditengah pelukan.

Peter terkekeh dan bilang kepada Rabhita bahwa dia tidak salah orang dalam memilih pemeran utama film ini, karakter Havy benar-benar cocok seperti nyata.

- A NASTY PIECE OF WORK -

Rabhita dari bertemu Ella yang kerjanya sekarang selalu di dekat Tita Cathy, Rabhita tidak mengeluhkannya karena Ella memang menyukai pekerjaan seperti ini, Ella benar-benar berperan besar dalam mengurus penerbitan buku-buku Rabhita.

Ella bilang bahwa sebelum karya itu terbit saja, semua yang pernah membaca menyukai ceritanya dan tidak sabar menunggu ceritanya terbit. Tentu Rabhita sangat senang sekali.

Namun dia mengawang-awang tentang Paul, sebenarnya apa yang terjadi antara Paul dengan Jea saat dia sedang berjalan ke toilet perempuan.

Seperti kebetulan, saat Rabhita masuk, ada Jea di dalam sedang merapikan dandanannya. Rabhita tersenyum sebentar lalu masuk ke dalam bilik, berharap Jea sudah pergi saat dia sudah selesai. Tapi nyatanya Jea masih ada disitu, memakai lipsticknya, keheningan terjadi selama benerapa menit, Rabhita cepat-cepat mencuci tangannya karena tidak ingin berada di dekat Jea terus. Namun saat Rabhita melangkah keluar, mulut Jea terbuka.

"Berhenti di situ," katanya dalam bahasa Inggris.

Rabhita pun berhenti dan menoleh ke belakang, berhadapan dengan Jea.

Tanpa ditanya, Jea langsung membuka mulutnya, dia tersenyum, "lo penulis dari Indonesia kan?"

Rabhita tersenyum, "iya, syukurlah lo ta—"

"Gue gak perduli," potong Jea dengan telapak tangan kanannya di hadapan Rabhita seolah menyuruhnya diam, "lo pikir lo siapa sampai berani deket-deket Paul? Lo tahu kan Paul suami gue?" Jea mendekati Rabhita dengan satu langkah, suara hak sepatunya menggema, membuat Rabhita mundur, Jea tersenyum tangan kanannya mendekap pipi Rabhita, lalu Jea kembali berkata,

"Jangan kan sama Paul, berada di lingkungan kami pun, lo gak pantes," Jea menampar Rabhita dengan senyum miringnya, "mulai sekarang, jauhi Paul, dan setelah film ini selesai, menghilanglah dari kami semua," kata Jea dengan kalem lalu melangkah keluar toilet dan menutup pintunya.

Meninggalkan Rabhita yang mematung dan perlahan-lahan menangis mengeluarkan air matanya.

- A NASTY PIECE OF WORK -