webnovel

A NASTY PIECE OF WORK

Tentang hidup Rabhita, mantan penulis yang berkali-kali gagal dalam menembus karyanya ke gerbong para penerbit. Dia melupakan enam novel yang dipublishnya dalam suatu aplikasi dan melanjutkan hidup sebagai manajer muda di salah satu perusahaan swasta ternama, namun impian lamanya tiba-tiba memanggil dan tanpa pikir panjang, Rabhita Ali langsung menyetujuinya. Siapa yang akan menolak jika sebuah karya yang bahkan belum terbit ditawarkan menjadi sebuah film? Jika ada yang menolaknya, tentu bukan Rabhita Ali. Rabhita bertemu aktris dan aktor terkenal bahkan, dapat menjalin hubungan (terlarang) dengan salah satu aktor favoritnya-Paul Paterson. Tapi, pekerjaan impian itu lama kelamaan mengacaukan dunia dan dirinya, bagaimana Rabhita bisa bertahan?

Andienkaef · Urban
Not enough ratings
7 Chs

4 - Di Bawah Payung

MEREKA BERTUJUH AKRAB dengan cepat, terkecuali Dela yang paling tidak mau duduk atau berdekatan dengan Rabhita, saat ini saja setiap Rabhita berbicara, Dela selalu mencari celah untuk mematahkan bicaranya atau mengejek Rabhita, namun ketika ada Peter, Dela selalu memasang tampang manisnya dan berlagak baik ke semua orang.

Hari ini hari ke dua Rabhita, dia memakai stelan blazer yang tidak terlalu formalnya dengan sepatu tinggi senada, penampilannya sama seperti Ella.

Syuting sudah dimulai hari ini, dan semuanya ada di lokasi, termasuk laki-laki tambahan, teman dekat Peter dan Paul, Nigo, Allan dan Tran.

Nigo berperan sebagai pacar Raine—sahabat Havy di film ini maupun di dunia nyata—Allan sebagai wakil osis dan teman Peter, dan Tran sebagai sepupu Havy yang lebih tua setahun sekaligus teman dekat Paul—yang akan menjadi pacar Havy di film ini.

Rabhita bertanya-tanya tentu dengan sopan, kepada Havy berdua saja, apakah Havy keberatan untuk berpacaran dengan Paul di film ini walau mereka tidak berakhir bersama.

Pertanyaan itu dijawab Havy dengan sopan dan penuh senyuman tapi pertama-tama dia meminta Rabhita tidak terlalu formal untuk bersikap kepadanya dan anggap saja dia teman baik Rabhita, dan dia bilang tentu saja dia tidak keberatan, Havy dan Paul sudah menjadi teman biasa dan melupakan semua hubungan mereka dimasa lalu terkhusus kenangan buruknya. Jadi itu semua tidak masalah.

Rabhita lega mendengarnya, sekarang Peter menghampirinya dan memujinya lagi.

"Baju yang keren, Bita," kata Peter.

Alih-alih berterimakasih, Rabhita malah diam karena jantungnya memompa tidak karuan, Peter Laxa baru saja memanggilnya 'Bita' semua orang yang memanggilnya 'Bita' adalah orang-orang terdekatnya.

Jika jujur dengan penilaiannya, Peter lebih tampan dibanding Paul, dan dia juga lebih tinggi, namun Paul—yang Rabhita rasa—lebih manis dibanding Peter, karena itulah dia lebih mengidolakan Paul walau sejak Paul menjalin rumah tangga bersama Jea, Rabhita lebih sering menjadi penggemar Peter.

"Makasih Peter," jawab Rabhita akhirnya saat dia berhasil mengatur detak jantungnya.

Rabhita duduk dibangku yang ada disana saat mereka syuting, tapi bodohnya dia tidak membaca nama siapa yang harusnya duduk disana. Tapi mungkin itu sebuah keberuntungan karena ternyata itu kursi Paul.

"Lo duduk di kursi gue," kata Paul dengan senyuman tipis.

Sontak Rabhita langsung bergerak turun, namun Paul mencegahnya, "gapapa kok, duduk aja," ujar Paul seraya duduk di kursi sebelahnya—kursi Peter—sembari memandang Peter dan Havy yang sedang akting.

"Rabhita," panggil Paul.

Rabhita menoleh tanda bertanya.

Paul nyengir, membuat Rabhita dagdigdug, "nama lo susah disebut, boleh panggil Ali aja? Itupun kalo lo gak keberatan sih."

"Oh boleh-boleh, terserah mau panggil apa," kata Rabhita dengan cepat, walau dia tahu Ali adalah nama lelaki.

Paul mengangguk-angguk, lalu dia bilang dia sangat berterimakasih kepada Rabhita karena memilihnya dan mempertemukannya dengan teman-teman yang dia kenal baik. Rabhita mengiyakan dan menjawab sama-sama tanpa bertanya lebih panjang, namun Paul malah meneruskan bicaranya.

"Karena cuma mereka yang bisa bikin gue senang," kata Paul.

Tentu Rabhita tidak bertanya lebih lanjut, dan tidak ambil pusing, karena wajar saja hanya mereka yang bisa membuat Paul senang dari artis lain, itu karena mereka memang teman dekat Paul. Rabhita tidak memikirkan sedikitpun tentang hubungan Paul dan Jea.

Obrolannya bersama Paul terhenti karena Direktur Cathy memanggilnya, namun saat Rabhita turun dan berjalan untuk menemui Cathy, Paul mengundang Rabhita untuk makan siang bersama di cafe dekat sini dan Rabhita mengiyakan.

Di ruangan Direktur Cathy, ada Ella yang dengan wajah berserinya, Rabhita bertanya-tanya mengapa Ella seperti ini dalam hatinya, namun rasa penasarannya itu hilang saat Direktur Cathy bilang, mereka menerbitkan enam novel Rabhita, Ella tahu Rabhita akan senang dan memang Rabhita senang.

"Serius Direktur?" tanya Rabhita dengan menutup mulutnya.

Cathy terkekeh, "tentu saya serius, panggil Tita Cathy saja," katanya. 'Tita' berarti 'bibi' dalam bahasa Tagalog, "novel kamu akan tersedia di toko-toko buku beberapa minggu lagi."

Rabhita membelalakkan matanya, beberapa minggu? Cepat sekali! Tapi tentu Rabhita sudah tahu, apa yang tidak bisa dilakukan Cathy dalam bidang entertainment.

Cathy adalah Direktur film-film terbaik Filipina dan dia salah satu pemegang saham perusahaan entertainment dan pertelevisian terbesar di Filipina—ABS-CBN—yang sudah memiliki lebih dari 12.000 pegawai termasuk artis. Semua artis, penyanyi, aktor, berasal dari ABS-CBN.

Rabhita berterimakasih banyak kepada Direktur Cathy, tapi Cathy bilang tidak perlu seperti itu, itu semua terjadi karena bakat Rabhita dan dia senang membantu.

- A NASTY PIECE OF WORK -

Rabhita dan Ella duduk berdua—terpisah dari yang lain—saat makan siang di cafe yang dibilang Paul.

Cafe itu memang sempit dan lumayan banyak orang, namun mereka mendapatkan meja panjang dan meja itu hanya muat untuk depapan orang, terpaksa Rabhita dan Ella duduk di kursi lain.

Tentu saja Raine dan Havy merasa tidak enak dan memaksakan segala cara agar Rabhita dan Ella dapat duduk bersama mereka. Namun apa boleh buat, meja mereka benar-benar penuh. Semua orang, termasuk Nigo, Allan dan Tran, kecuali Dela, merasa tidak enak kepada Rabhita dan Ella.

Tapi Ella dan Rabhita bilang tentu tidak apa-apa, mari menyelesaikan makan siang lalu mereka bisa berkumpul berhimpit-himpitan dan mengobrol, dan alhasil, mereka semua setuju atas ide Ella itu.

Sembari menunggu pesanan, Rabhita mengeluarkan novel komedinya yang berjudul 'The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window And Disappeared' buku itu memang kesukaan Rabhita karena memang lucu dan ceritanya sangat menginspirasi. Sedangkan Ella, dia sibuk dengan ponselnya menghubungi Kepala Kantor Penerbit, sepertinya dia menyukai pekerjaannya sebagai manajer Rabhita.

Ella benar-benar dibuat sibuk dengan ponselnya sampai-sampai dia hanya melepaskan ponselnya hanya untuk ke kamar mandi.

Rabhita hanya melanjutkan membaca novelnya, tibalah saat dimana dia menemukan sesuatu yang membuatnya tertawa, dia tertawa tak tertahan, membuat para artis yang sedang mengobrol itu menoleh kepadanya.

"Anjrit, malu banget," gumam Rabhita seraya melihat mereka dengan mata ekornya.

Dela tentu langsung mengeryit dan nyeletuk, "aneh banget sih," gumamnya. Walau dia sendiri yang tidak suka, faktanya, yang lain hanya memandang Rabhita dengan senyuman.

Tanpa disangka-sangka, Peter berdiri dan meninggalkan mejanya, lalu duduk di depan Rabhita, "baca buku apa?" tanya Peter langsung.

"Aduh, maaf, gara-gara gue, kalian ke ganggu," kata Rabhita, lalu dia memerlihatkan bukunya kepada Peter.

Peter menjawab cepat, "oh gapapa, gak ganggu kok," lalu menatap buku itu, "gue tahu buku ini, mama gue punya dan udah gue baca juga," kata Peter memegang buku itu, "memang bukunya lucu banget."

Rabhita bersyukur Peter tahu. Dia bisa disangka orang gila nanti. Makan siang itu dihabiskan Peter dengan mengobrol panjang bersama Rabhita dan Ella.

Tanpa mereka sadar, sesekali Paul memandangi mereka seperti ingin ikut bergabung.

- A NASTY PIECE OF WORK -

Cuaca panas sangat mendukung pengambilan scene di lapangan sekolah, oleh karena itu crew dan lainnya bergegas sebelum matahari ditutupi awan.

Ini adalah scene Paul, Tran, Havy dan Peter, namun mereka akan mengambil scene Havy dan Peter dahulu. Rabhita yang disana—yang pekerjaannya hanya merancang bagaimana scene akan dibuat—ikut berdiri dengan payung diatas kepalanya seraya tangannya memegang naskah novelnya.

Rabhita menangkap Paul yang sepertinya sedang kepanasan sedang berdiri di lapangan seraya menghafal 'line' miliknya. Jadi Rabhita kesana dan berbagi payung bersama Paul.

Paul menoleh, lalu tersenyum tipis, "hei," sapanya dengan pelan namun ramah.

Rabhita hanya tersenyum lalu kembali membaca naskah, tidak lama itu, tangan Rabhita di lepaskan dari payungnya dan Paul memegangnya, "gantian," kata Paul, "biar gak pegel."

Rabhita terkekeh, menyembunyikan rasa detak jantungnya yang tak karuan. Namun tidak lama itu, Tran menghampiri mereka dan ikut nebeng di bawah payung. Tran merutuki Dela—sebelum ini Tran di pinggir koridor bersama Dela—karena Dela tidak mendengarkan Tran saat lelaki itu mencoba aktingnya, Dela hanya sibuk dengan ponselnya.

Paul tertawa, dia bilang Tran seperti baru kenal saja dengan Dela, jadi Paul sarankan Tran tidak terus ambil hati karena Dela memang orangnya seperti itu, dan lagian, scene Dela tidak sebanyak Tran, jadi Tran akan akting dengan damai tanpa Dela.

Beberapa menit sebelumnya, dari kejauhan, Dela dari tadi berdiri di pinggir koridor, menatap ke arah Paul dan Rabhita yang sedang berdua di bawah payung. Dela mengabaikan Tran yang sedang mencoba aktingnya dan memotret dua orang yang ada dibawah payung itu, lalu mengirimnya kepada orang yang Paul takuti sedunia—Jea Vito—pacarnya.

- A NASTY PIECE OF WORK -

Di tempat lain, wanita cantik bernama Jea Vito sedang duduk di depan cermin dengan makeup artist yang sedang memercantik dirinya. Jea menatap wajahnya di cermin, namun dia memikirkan perkelahiannya dengan Paul tadi malam, Jea tidak menyetujuinya di film yang dipilih Paul itu, namun Paul wajahnya terlihat tertekan, mungkin karena Jea masih ingin memiliki Paul dan rasa sayangnya masih ada, dia mendiamkan Paul untuk melakukan hal itu.

Ting!

Jea mengambil ponselnya yang baru saja ada notifikasi dari temannya, Dela. Begitu melihat foto yang dikirim Dela, Jea melempar ponselnya.

"Brengsek."

- A NASTY PIECE OF WORK -