Herawati benar-benar merasa seluruh persendiannya lemas. Untuk kedua kalinya ia harus melihat putri bungsunya kritis. Ia baru saja keluar dari ruang operasi saat menerima telepon dari kepolisian yang mengabarkan bahwa Arista menjadi korban penusukan. Tak sampai hati rasanya ia melihat ketiga cucunya menangis memanggil Ibu mereka.
"Mami harus tenang ya," ujar Dyah menenangkan Ibu mertuanya.
"Anak-anak bagaimana?"
"Icha dan Mayang menjaga adik- adik mereka. Ada Sutinah juga yang ikut menjaga. Mami harus tenang ya."
"Baru saja dua bulan yang lalu ia kritis akibat kecelakaan. Sekarang, ia harus kembali masuk ke ruang operasi itu. Siapa yang tega mencelakakan Arista. Dia tidak punya musuh."
"Apa mungkin Damian, mami?" sahut Dyah.
. Herawati menghela napas panjang.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください