webnovel

NIGHT DOLL

作者: BukiNyan
アニメ·コミックス
連載中 · 36.8K ビュー
  • 7 章
    コンテンツ
  • レビュー結果
  • N/A
    応援
概要

Kehidupannya sebagai anak tunggal, pewaris tunggal, memegang aset kekayaan dari dua keluarga yang tak terbatas, legal maupun ilegal, membuat Naruto Uzumaki hidup di bawah tekanan bahaya. Ayahnya seorang penerus Klan Gangster terkemuka di Jepang sementara ibunya memiliki silsilah dari era saudagar kaya-raya sejak zaman Perang Dunia I. Ia sebagai seorang cucu dari Ketua Gangster hidup dalam kebebasan penuh morel dan minim moral, sehingga pemuda itu tidak pernah takut dalam bersikap. Naru yakin, dia dilindungi tanpa pengecualian. Suatu hari, Hinata Hyuuga harus dihadapkan pada masalah usaha orangtuanya, ayahnya memutuskan untuk bunuh diri karena dianggap sebagai biang-keladi gagalnya kemajuan usaha keluarganya. Ibunya dinyatakan sebagai pasien kanker stadium tiga, sebelum kanker itu bertambah tingkat, ia dihadapkan pada biaya yang tidak murah, bekerja, dan memutuskan untuk berhenti menjadi Atlet Karate dilakukannya. Belum lagi, situasi yang membingungkan, adik kembarnya diculik oleh seorang Gangster, dan tidak diketahui keberadaannya. Ia tidak mampu untuk melakukan semuanya sendiri, sampai pada akhirnya, ia menjual diri pada teman sekelasnya, Naruto Uzumaki. Jika pada akhirnya menjual diri adalah keputusan yang tepat, maka dia akan melakukan demikian.

タグ
3 タグ
Chapter 11

Pelajar SMP itu berlari menerjang hujan dengan langkah yang sangat goyah hampir ambruk, karena dia baru saja membuat keributan di tengah distrik merah. Ia masih tidak terima kelakuan para pelajar SMA yang kemarin memalak teman SMP-nya, lalu memukuli teman-temannya karena pelajar SMA sok jagoan tersebut tidak menerima sepeser pun dari korbannya.

Naruto Uzumaki peduli pada teman-temannya, karena satu-satunya dia yang akan mendapatkan pengecualian dalam undang-undang di bawah umur, bukan karena dia menginginkan menjadi seorang pahlawan, sulit menemukan teman-teman sepermainan yang menurutnya mengerti akan dirinya.

Naru tidak akan membuat mereka terkena masalah karena kehidupan teman-temannya amatlah berbeda darinya, yang memiliki seorang kakek, orang-orang yang bekerja di bawah kakeknya, keluarga ibunya, tentu saja akan melindunginya, itulah yang membuat dia cukup berani dan sangat bodoh harus ikut campur pada hal yang bukan masalahnya, akan tetapi Naru tidak pernah menyesalinya.

Meski begitu, sikap yang tidak pernah terecana tersebut, membuat Naru harus dihadapkan pada kekonyolan yang tak terkira. Dia tidak pernah mengira bahwa pelajar yang dimaksud oleh teman-temannya adalah seorang anak dari ketua gangster. Jika sejak awal dirinya memahami hal tersebut atau setidaknya dia harus terlebih dahulu mencari tahu daripada gegabah, dengan begitu dia tidak perlu berlari sok jagoan ke sana sendirian, setidaknya Naru yang malang itu bisa membawa pasukan dari rumah besar kakeknya. Orang-orang di sana pasti akan membantu dirinya tanpa pamrih bahkan berpikir dua kali untuk membantunya.

Di tengah hujan itu, Naru masih berlari dengan merasakan dingin, ketegangan, kecemasan yang dideritanya semakin menjadi-jadi.

Apakah dia bakal bertahan hidup dengan kondisi terparah seperti sekarang?

Barusan dia adu tangan kosong, berakhir adu pisau lipat seperti para Spartan yang ditonton oleh beberapa orang—walau puas memberikan tusukan pada perut anak gangster tak bermoral itu, Naru sendiri sebenarnya memiliki nasib yang tidak jauh berbeda, hanya saja kesialannya menjadi bertubi-tubi dari biasanya. Kali ini dia harus dihadapkan menjadi bahan buronan.

Seolah kini dia terlihat seperti anak jalanan yang tak diurus, tunggu sampai kakeknya tahu ini, mereka semua akan mati!

Masih melangkah tidak nyaman menyusuri jalanan berlumpur penuh genangan air, Naru tersandung oleh bebatuan di bagian bangunan konstruksi sebagai tempat persembunyiannya kali ini, karena dia terlalu lemah hingga kembali dihadapkan pada ketidakberuntungan, belum sampai di bangunan itu dia harus telentang memandangi langit merah yang menangis. Oh sial, besok aku pasti masuk ke rumah sakit lagi.

"Hei, kau tidak apa-apa?" gadis mungil berpakaian sailor mendekatinya, memayungi dirinya yang hampir kenyang oleh air hujan, dan betapa malunya sampai terlihat tidak berdaya seperti sekarang. Wajahnya pasti banyak lebam. Ada bekas darah di ujung bibirnya. Dan gadis itu segera melirik tangan yang tengah menutupi luka. "Sepertinya kau terlibat perkelahian."

"Pergilah, kau mengganggu di sini."

"Perlu aku panggilkan ambulans?"

"Berhenti peduli padaku! Cepat pergi kalau kau masih sayang pada nyawamu."

Gadis itu melirik, lalu memicing. "Sepertinya kau dikejar beberapa orang. Satu. Dua. Tiga. Oh, ada tiga. Apakah kau ketahuan mencuri?"

"Bodoh. Aku kaya raya. Mengapa aku harus mencuri?"

"Kalau begitu, katakan kalau kau tidak bersalah. Aku akan membantumu."

"Tidak. Cepat pergi!"

Gadis itu malah membuang napasnya, menerbangkan payungnya ketika angin di hari hujan itu begitu kencang berembus. "Kau berutang padaku," kata gadis itu yang kemudian berlari hujan-hujanan, dan Naru kemudian terpanah. Ia tidak pernah melihat seorang gadis menghajar orang dewasa, berputar-putar bergelayutan seperti monyet. Gadis itu mendapatkan pukulan di perut dan di wajah tapi tidak tumbang.

Kalau dilihat dari gerakannya yang lincah, dia bukan gadis sembarangan. Mungkinkah Nona Besar dari salah satu Klan Gangster? Mungkin. Bisa dipastikan seperti itu. Atau mungkin seorang atlet ketika Naru menangkap ada seragam bersabuk hitam yang tergeletak di genangan berlumpur.

Setengah jam kemudian, perkelahian itu selesai. Naru dapat memandangi punggung gadis itu yang naik turun karena kelelahan. Satu orang berlari, dua orang lainnya tertidur karena pukulan dengan kayu panjang yang dihadiahkan oleh gadis misterius itu.

"Bayar aku kalau memang kau kaya raya. Aku perlu ke penatu untuk membersihkan seragam-seragamku," gadis itu membuka lebar-lebar tangannya, bibirnya terluka di ujungnya, dan Naru hanya memperhatikannya sampai akhirnya dia mengambil selembar lima ribu yen dari dompetnya yang tipis—dia hanya punya beberapa lembar uang dan kartu hitam yang sangat mengkilap, dia akan membeli apa pun dengan kartu itu tanpa dibatasi. "Ini terlalu banyak," ungkap gadis itu, sambil melindungi selembar uang itu dari hujan.

"Obati lukamu," Naru bergegas berdiri. "Aku tidak akan berterima kasih padamu, karena kau sudah kubayar."

"Tidak masalah. Karena aku tidak butuh ucapan seperti itu, kalau pada akhirnya palsu!"

Gadis itu pergi berlawanan arah, tetapi Naru terdiam di tempat sambil melirik payung milik gadis misterius itu yang masih tergeletak di jalanan berlumpur. Berinisiatif mendekat, Naru kemudian meraihnya. Menemukan setelah itu sesuatu yang menggantung di ujung payu tersebut. Ada identitas kecil di sana.

Hinata Hyuuga, mungkin nama gadis gila itu.

あなたも好きかも