Pada sebuah kamar, sinar matahari yang sudah muncul sedari tadi, mulai menyinari seisi ruangan kamar ini, terutama menyinari sepasang manusia yang saat ini masih terlelap diatas sebuah tempat tidur. Bisa terlihat disekeliling kamar ini, yang terdapat bekas pakaian dalam baik pria dan wanita berserakan pada lantainya.
Bukan hanya itu saja, kelopak bunga mawar yang sebelumnya tersusun dengan indah diatas tempat tidur yang digunakan pasangan yang tidur diatasnya, saat ini sudah berserakan dimana – mana. Sinar matahari itu akhirnya mulai menganggu seseorang saat ini, yang langsung membuka matanya karena tidurnya terganggu.
Perlahan seorang pria mulai melihat sekelilingnya dan memperhatikan seorang wanita yang masih tidur dengan lelap disebelahnya, yang mengalami malam panas dengannya hingga larut dan menyebabkan mereka bangun sangat terlambat.
Pria yang sudah terbangun itu hanya tersenyum melihat wanita yang disebelahnya, lalu memindahkan helaian rambut yang menutupi keningnya dan pria tersebut langsung mengecup lembut kening wanita yang berada disebelahnya tersebut.
"Terimakasih Asuna" begitulah gumamannya dan langsung keluar dari selimut yang menutupinya.
Pria itu mulai berjalan menuju kamar mandinya untuk mebersihkan diri, dan tidak menghiruakan banyaknya kelompak bunga yang langsung berserakan akibat masih banyaknya kelompak bunga pada tempat tidurnya.
Selang berapa lama, suara gemericik air dari orang yang sedang mandi membangunkan seorang wanita saat ini. Perlahan dia mulai duduk pada tempat tidurnya dan meregangkan tubuhnya sambil menguap, dan tidak menghiraukan selimut yang dikenakannya sudah terlepas darinya dan menyebabkan tubuh polos bagian atasnya terlihat sepenuhnya.
"Kamu sudah bangun?" tanya seorang pria yang saat ini sedang mengeringkan rambutnya.
"Selamat pagi Zen" kata Asuna yang akhirnya melihat pria yang dicintainya saat ini mendekat kearahnya saat ini.
"Lekaslah membersihkan dirimu, lalu kita akan sarapan" kata Zen, walaupun mereka terbangun setelah waktu sarapan sudah berakhir.
Asuna hanya mengangguk dan akhirnya beranjak dari tempat tidurnya dan memasuki kamar mandi yang dimasuki Zen sebelumnya. Zen hanya tersenyum melihat tingkah Asuna dan mulai memakai bajunya dan bersiap untuk turun dan sarapan.
Beberapa lama kemudian, Zen dan Asuna sudah bergandengan tangan dan bersiap keluar dari kamarnya. Namun saat mereka membuka pintu kamarnya, seorang wanita dengan keadaan berantakan dengan masih menggunakan piyama tidurnya berada didepan pintu mereka.
"Lyu?" kata Asuna.
"Maafkan aku Asuna karena mengganggu kalian saat ini, tetapi aku ingin meminta bantuan dari Zen" kata Lyu yang saat ini entah mengapa tidak menggunakan karakter Masokisnya didepan mereka.
Zen masih menatap Lyutillis dan akhirnya dia mulai menengok kearah Asuna, yang memberikan senyum kepadanya dan mengangguk kepada Zen, sebagai tanda persetujuannya untuk membantu Lyutillis saat ini, yang terlihat seperti sangat tertekan.
"Baiklah, kalau begitu jangan lupa sarapan agar kandunganmu tetap sehat oke.." kata Zen.
"Padahal kamu sendiri yang membuatku seperti ini" gumam Asuna karena menyadari keterlambatan sarapannya, dikarenakan malam panas yang dialami mereka berdua.
Setelah Zen melihat Asuna sudah menghilang dari pandangannya, Zen lalu menatap Lyutillis saat ini yang sedang memasang raut kekhawatiran, bercampur rasa bersalah karena mengganggu dirinya bersama Asuna.
"Lebih baik kamu membersihkan dirimu terlebih dahulu Lyu, baru kita membicarakan persoalanmu" kata Zen sambil menarik Lyu masuk kedalam kamarnya.
Asuna saat ini sudah turun menuju restoran yang berada di hotel ini. Walaupun hari sudah mulai siang, ternyata saudara perempuannya yang lain masih setia menunggunya saat ini. Asuna yang melihat itu, akhirnya langsung menuju meja dimana semuanya sudah menunggunya.
"Sepertinya tadi malam pengantin kita sangat bahagia" kata Lisbeth yang mencoba menggoda sahabatnya tersebut.
"Ada waktunya kalian merasakannya" kata Asuna yang sudah duduk disebuah meja dan memesan makanannya.
"Apakah tidak apa – apa berhubungan sex saat kita sedang hamil Aki-san?" tanya Suguha yang penasaran saat ini.
"Selama Asuna dan janinya tidak memiliki masalah apapun, maka aman untuk melakukannya" jawab Aki yang mulai meminum tehnya saat ini.
"Ah... iya Asuna, orang tuamu sudah kembali pagi tadi. Mereka mencoba berpamitan kepadamu, tetapi setelah mengetahui kamu masih dikamar, akhirnya mereka memutuskan untuk menitipkan salamnya kepada kami" kata Sinon yang berada disebelahnya.
"Baiklah, nanti aku akan menghubungi mereka" kata Asuna yang mulai menerima pesanannya dan bersiap untuk menyantapnya saat ini.
"Namun dimana Zen, Asuna?" tanya Yue saat ini.
"Lyu meminta bantuan darinya, jadi Zen mencoba membantunya terlebih dahulu" jawab Asuna dan mulai memakan sarapannya.
"Apa yang akan dilakukan Elf Masokis itu?" tanya Shea kemudian.
"Setahuku dia pergi keluar tadi malam" jawab Tio kemudian. Karena saat Lyutillis menghilang, Tio sempat melirik tempat tidurnya dan melihat Lyutillis tidak berada diatas ranjangnya.
Akhirnya mereka semua mulai mengobrol ringan ditempat itu, dan kadang - kadang menggoda Asuna dan mulai menanyainya tentang kegiatannya tadi malam bersama Zen.
Ditempat lain, Zen sudah berada pada sebuah labirin yang dipenuhi dengan bekas pertempuran yang sangat dasyat saat ini. Zen saat ini mulai bingung dengan jalannya alur ini, terlebih lagi saat dia menghidupkan Miledi.
"Bukankah saat para Apostle menyerang tempat ini, Miledi dengan mudah mengalahkannya" gumam Zen, dikarenakan jika mengikuti alur asli, Miledi bisa langsung mengalahkan para Apotle yang menyerang tempat ini.
"Bagimana Zen? Apakah kamu menemukan petunjuk?" tanya Lyutillis yang saat ini berdiri disebelahnya, yang sudah sepenuhnya merubah penampilannya yang sebelumnya sangat berantakan.
Namun bukannya menjawab, Zen perlahan berjalan menuju kesebuah mayat Apostle yang tergeletak disini dan mulai membangkitkannya.
"Bangkitlah" kata Zen.
Akhirnya beberapa dari mereka mulai bangkit dan Zen tanpa pikir panjang menggunakan sharinggannya dan mengendalikan mereka sepenuhnya untuk menjadi bawahannya saat ini.
"Berikan aku informasi" kata Zen selanjutnya.
Zen dan Lyutillis mendengarkan dengan teliti apa yang terjadi. Dan akhirnya mereka paham mengapa Miledi dapat dikalahkan saat itu. Pertama Apostle yang dikirmkan kepadanya, merupakan pasukan utama Ehit, hingga sangat susah melawan mereka.
Ehit bisa merasakan sebuah kekuatan yang besar yang baru saja bangkit. Dia sudah merasakannya dua kali, namun yang pertama tiba – tiba saja visinya terhalang oleh sesuatu saat hendak menyelidikinya.
Namun saat kekuatan besar yang kedua muncul dan tidak ada penghalang untuk menghalangi dia mendeteksinya, Ehit tanpa pikir panjang langsung mengirim pasukan utamanya dan menyerang tempat ini.
"Bukankah para Liberator bisa menyembunyikan diri mereka dengan baik?" gumam Zen.
[Itu karena Ehit sangat mewaspadai seseorang sepeti Liberator Kak. Jadi dia memusatkan kekuatannya untuk mendeteksi kekuatan seperti mereka, jika tiba - tiba kembali muncul.] jawab Irene.
"Tetapi, bukankah kaum naga bisa bersembunyi tanpa ketahuan olehnya? Namun kenapa Miledi langsung ketahuan saat ini? Terlebih lagi dia tidak dibunuh saat penyerangan ini terjadi." kata Zen kembali.
[Untuk itu, mungkin Ehit merasakan kekuatan yang Familiar, namun saat mencoba mendeteksinya dan mengirimkan beberapa pasukannya untuk menyelidikinya, dia melihat Miledi yang hidup dan mungkin ingin mencari tahu apa yang membuatnya seperti itu] jawab Irene.
"Hm... masuk akal, namun mengapa Lyu tidak dideteksi olehnya?" tanya Zen kemudian.
[Karena dia mempunyai tanda Kakak] jawab Irene singkat, karena tanda Zen dapat menghalau apapun jika ada sesuatu yang mencoba menyelidikinya.
Zen akhirnya sedikit paham dengan apa yang sedang terjadi. Zen akhirnya memutuskan menghubungi seseorang untuk memastikan apakah Miledi berada disana atau tidak. Namun sebuah pesan yang diterimanya saat ini, langsung membuatrnya tersenyum.
"Mereka menahannya disini"