webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Komik
Peringkat tidak cukup
275 Chs

Elite HQ

Beberapa hari kemudian, setelah seorang Elf masokis sudah tinggal bersama wanitanya yang lain pada domainnya Alaska, saat ini Zen dengan beberapa wanitanya sedang berada disebuah gedung yang dibuat oleh Zen, Lisbeth dan Rinko pada kerajaan Heilight saat ini.

Gedung tersebut memang berbeda dengan gedung – gedung yang berada disekitarnya, yang saat ini bentuknya aneh menurut penduduk setempat, namun tidak dengan para wanita Zen, terutama para pahlawan yang sangat mengerti desain dari bangunan tersebut.

"Disini tempatmu berjualan Remia" kata Zen sambil menunjuk sebuah bangunan yang berdekatan dengan bangunan yang akan menjadi markas dari Elite dikerajaan ini.

"B-Baiklah" kata Remia yang masih malu saat ini, karena tindakan Zen sebelumnya.

Sebelumnya, karena sifat Zen yang terlalu posesif kepada Asuna karena kehamilannya, Asuna yang akhirnya tidak tahan akan tindakan Zen, mulai mengusirnya dari kediaman mereka dan melarangnya masuk. Tindakan Asuna ini, sempat membuat Zen sangat terpuruk.

Memang sangat jarang wanita Zen sampai membentaknya dan akhirnya mulai mengusirnya saat ini. Namun berkat wanitanya yang lain, terutama Remia yang mengatakan bahwa seseorang yang sedang hamil akan mengalami perubahan mood yang berubah - ubah, akhirnya Zen mulai memahami kondisinya saat ini.

"Ah.. iya Remia, apa yang akan kamu lakukan saat ini? apakah kamu tetap tinggal disini, atau kembali ke Erisen?" tanya Zen.

Memang, saat ini Remia tidak memiliki pengendalian mana karena dia merupakan seorang Demi-human, sehingga dia tidak bisa leluasa untuk bolak – balik dari tempat ini menuju kedunianya dengan bebas.

"Aku nyaman dimana tempat putriku berada, tetapi mungkin aku sangat ingin membuka sebuah toko pakaian saat ini" kata Remia.

"Benarkah? Apakah kamu mempunyai keahlian menjahit?" tanya Zen kemudian dan dibalas anggukan oleh Remia.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku memberikanmu sebuah kemampuan?" tanya Zen.

Remia yang mendengar perkaataan Zen dengan senang hati mengangguk, karena dia sudah mendengar dari beberapa wanita Zen terutama putrinya, bahwa Zen bisa memberikan sebuah kemampuan kepada yang lain.

"Baiklah, coba tutup matamu terlebih dahulu" kata Zen dan langsung dilakukan oleh Remia.

Dalam benak Remia, dia sangat penasaran dengan kemampuan apa yang akan diberikan oleh Zen. Namun tiba – tiba saja, dia merasakan sesuatu yang akrab saat ini sedang menyentuh bibirnya.

Remia langsung membuka matanya karena terkejut dengan tindakan Zen tersebut, namun setelah itu sesuatu mulai memasuki kepalanya dan akhirnya dia tidak sadarkan diri, hingga dia tersadar ternyata dia sudah berada dikamarnya.

Memang setelah itu dia sangat malu setelah dia dicium oleh Zen, namun dia tidak bisa menemukan pria itu kembali, karena Zen sudah kembali kedunianya. Namun dalam beberapa hari ini, dia mulai dilatih oleh Rinko yang mendapatkan kemampuan yang sama dengannya, bahkan sekarang dia bisa mengendalikan mana.

Dan disinilah dia berada, disebuah gedung yang akan digunakan dirinya untuk menjual berbagai pakaian yang dia buat, setelah mempelajari skill creation dari Zen dan pengendalian mana. Desain baju dari Remia sangatlah bagus, bahkan Yuna membawa beberapa karyanya untuk dijual pada dunianya.

"Bagaimana? Apakah ada yang ingin kamu tambahkan pada tempat ini?" tanya Zen setelah membawanya masuk kedalamnya.

"Terima kasih Zen, tetapi aku bisa mendekorasinya sendiri" kata Remia, yang akhirnya sudah bisa berbicara dengan santai kepada Zen saat ini.

"Baiklah, kalau begitu aku harus melihat tempat lain terlebih dahulu" kata Zen, lalu mencium singkat bibir Remia dan beranjak dari sana.

Remia saat ini hanya mematung dan mulai tersenyum, karena akhirnya dia menemukan sosok yang tepat baginya untuk melanjutkan kehidupannya bersama putrinya Myu saat ini. Remia akhirnya dengan perasaan bahagianya, mulai mendekor toko bajunya saat ini.

Disisi lain, Zen terus memeriksa satu – persatu sebuah bangunan yang akan menjadi tempat penjualan berbagai hal, termasuk senjata dan juga cairan Ambrosia dan beberapa potion. Memang Rinko sudah meneliti dan mengurangi efek dari Ambrosia yang akan dipasarkan saat ini.

Saat ini, efek yang akan dipasarkan oleh cairan Ambrosia akan dibagi menjadi dua. Yaitu Ambrosia A dan Ambrosia B. Ambrosia A akan berefek hanya sebagai penyembuh luka, namun jika menggunakannya pada luka berat, hanya akan berefek untuk meringankan luka tersebut.

Dan Ambrosia B, akan berguna untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Berbeda dengan Ambrosia A, Ambrosia B akan dijual tidak terlalu banyak, untuk memonopoli harganya pada pasar saat ini, walaupun Ambrosia A diperkirakan akan laku keras nanti.

Memang tidak dipungkiri, Yuna ingin menggunakan hal tersebut untuk maraup keuntungan, tetapi jika ada warga yang tidak mampu, maka pihak Elite akan memberikannya secara Cuma – Cuma.

"Bagaimana dengan tempat ini?" tanya Zen setelah sampai pada sebuah bangunan yang sudah menata berbagai potion dan Ambrosia saat ini.

Memang, semua wanita Zen dan terutama Zen tidak mempunyai skill Alchemist, namun Rinko mengakali semua potion yang dia buat, menggunakan cairan Ambrosia yang dia teliti sebelumnya saat ini.

"Semuanya sudah siap Zen, kita hanya membutuhkan beberapa pegawai saja saat ini" kata Rinko.

"Kalau begitu, kamu tidak usah khawatir, karena mereka sedang dalam perjalanan saat ini" kata Zen.

Zen memang akan menungaskan manusia kelinci, terutama para wanita yang tidak termasuk didalam anggota prajurit, untuk menjaga setiap tempat yang berada pada markas Elite ditempat ini.

Zen akhirnya mulai berbincang ringan dengan Rinko, hingga Lisbeth juga memasuki tempat ini. setelah selesai mendekor gedung yang akan menjual berbagai senjatanya saat ini.

"Apakah ada yang kamu butuhkan Lisbeth?" tanya Zen.

"Tidak ada, aku hanya melihat – lihat saja saat ini" kata Lisbeth sambil mencoba menggandeng tangan Zen, dan bermahasut untuk mengajaknya berkeliling berdua. Namun Rinko yang melihat itu, juga tidak mau kalah dan mulai menggandeng tangan Zen yang satunya.

"Hah... baiklah – baiklah, kalian mau kemana?" tanya Zen dan mereka berdua mulai tersenyum senang saat ini.

Akhirnya mereka bertiga mulai berkeliling markas dari Elite ini, hingga mulai keluar mengelilingi Ibukota. Bisa terlihat beberapa bangunan sudah mulai diperbaiki, dan mereka memutuskan untuk pergi kesebuah restoran untuk makan siang.

"Kapan kamu akan menemui orang tua Asuna, Zen?" tanya Lisbeth.

"Kemungkinan setelah masalah pada kekaisaran Hoelscher selesai. Aku tidak ingin membuat beberapa hal yang sudah kumulai terhenti saat ini" kata Zen.

"Hmmm.. tempat bejat itu ya... Memang pantas mereka untuk hancur" kata Lisbeth.

"Lalu bagaimana tugas yang aku berikan sebelumnya Rinko?" tanya Zen kepada Rinko saat ini.

"Tenanglah, akan kupastikan kita semua menikah pada tempat yang kita inginkan"