Zen yang sangat bersusah payah untuk menolak ajakan dari seorang Elf masokis, akhirnya melanjutkan perjalanannya bersama Yuna di wilayah Ibukota kerajaan Heilight, yang saat ini sudah mulai terlihat beberapa penerangan yang menerangi semua sudut jalan pada kota ini, yang saat ini mulai menggelap.
Yuna terus menggandeng tangan Zen dan menikmati waktu bersamanya. Saat ini mereka sudah berada disebuah restoran untuk makan malam berdua, walaupun restoran yang mereka pilih adalah tempat yang sangat sederhana. Mereka mencoba mencari tempat yang lebih baik, tetapi dikarenakan bencana yang menimpa kota ini sebelumnya, akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam ditempat sederhana ini.
"Kapan kamu akan kembali ke Alaska Zen?" tanya Yuna yang sudah selesai memesan makanan yang akan dia santap malam ini.
"Mungkin besok, karena aku mau menikmati waktuku bersamamu hari ini" kata Zen sambil tersenyum.
Yuna yang mendengar perkataan Zen, hanya membalas senyuman Zen tersebut dengan senyuman manisnya sambil menggenggam tangannya. Yuna merasa bahagia hari ini, karena dia bisa merasakan kencan seharian dengan Zen.
"Terima kasih untuk hari ini Zen" kata Yuna dan dibalas dengan senyuman kembali oleh Zen.
Malam yang hangat itu akhirnya terus berlanjut, saat makan malam mereka tiba dan mereka mulai menyantapnya sambil mengobrol dengan ringan saat ini. Walaupun restoran ini tidak termasuk mewah, tetapi mereka berdua tetap merasa bahagia saat ini.
"Kita akan kemana selanjutnya Zen?" tanya Yuna, namun Zen langsung meraih tangannya dan mereka mulai beranjak dari sana.
Malam semakin larut, dan suasana pada Ibukota saat ini masih sangatlah ramai, karena beberapa penduduk masih saja memperbaiki kediaman mereka yang hancur karena serangan iblis sebelumnya.
Namun tidak jauh dari sana, sepasang manusia sedang menatap bintang – bintang yang indah yang terpampang pada langit dunia ini. Yuna saat ini mulai menyenderkan kepalanya pada bahu Zen dan menikmati pemandangan yang indah ini.
Mereka berdua saat ini sedang duduk pada sebuah area yang dipenuhi dengan rerumputan saat ini, dan Zen sudah mengeluarkan sebuah kain piknik dan menebarkan dibawah mereka, untuk digunakan sebagai tempat mereka duduk saat ini.
"Sangat jarang melihat pemandangan ini pada dunia kita Zen" kata Yuna yang masih menikmati pemandangan yang dilihatnya.
"Yap, tetapi bukankah pemandangan malam pada Alaska juga seperti ini?" tanya Zen kemudian.
"Memang, tetapi akan istimewa jika menikmatinya dengan dirimu" kata Yuna sambil menatap Zen saat ini.
Zen yang mendengar perkataannya tersebut, mulai mendekatkan wajahnya kepada Yuna yang saat ini menatapnya dengan senyuman manisnya. Ciuman hangat mereka terus berlanjut hingga akhirnya Zen mulai melumat bibir Yuna dengan penuh nafsu.
Yuna perlahan mulai memundurkan tubuhnya hingga dia berbaring saat ini, saat Zen mulai menekan tubuhnya saat ini. Zen yang sudah menindih tubuh Yuna masih melumat bibirnya dengan intens saat ini.
Bahkan tangannya sudah mulai meraba beberapa bagian tubuh dari Yuna. Erangan pelan mulai keluar dari mulut Yuna, namun suaranya itu saat ini sangat sulit untuk keluar, karena bibirnya masih mengunci dengan milik Zen.
Tindakan mereka semakin panas, hingga Yuna sadar bahwa mereka saat ini masih ditempat terbuka. Walaupun tempatnya sangat gelap, tetapi dia masih merasa malu, jika melakukan adegan mereka selanjutnya ditempat ini.
"Zen, bisakah kita melakukannya ditempat lain, ini tempat terbuka" kata Yuna yang sudah menghentikan ciumannya terhadap Zen.
Namun Zen tidak menjawab dan hanya tersenyum, lalu kembali melumat bibir Yuna dan melanjutnya aksinya. Sedangkan Yuna yang sebelumnya merasa keberatan, sudah terbawa dengan tindakan Zen tersebut.
Namun tiba – tiba saja saat kegiatan mereka semakin panas, Yuna merasakan tempatnya berbaring tadi sudah berubah menjadi sebuah tempat yang empuk. Yuna perlahan mulai membuka matanya dan melihat dirinya ternyata sudah berpindah pada sebuah ruangan yang dia kenal saat ini.
"Bagaimana kalau disini?" kata Zen setelah memindahkan mereka menuju kamar Yuna pada kediaman mereka di Alaska.
Yuna tidak menjawab, namun dia mulai mengambil inisiatif terlebih dahulu untuk mencium Zen, dan akhirnya malam pada kamarnya menjadi saksi akan kegiatan yang mereka lakukan malam itu yang sangat amat panas.
Keesokan harinya, pagi yang hangat mulai menyinari domain dari Zen yaitu Alaska. Saat ini Zen mulai membuka matanya dan melihat seorang wanita yang masih terlelap disampingnya. Zen perlahan mengecup dahi wanita tersebut yang merupakan Yuna dan beranjak dari sana.
Zen perlahan meninggalkan Yuna untuk beristirahat, karena permainan mereka tadi malam terjadi sampai subuh. Zen perlahan keluar dan saat ini sudah berada didapur pada kediamannya, untuk menyeduh teh untuk dirinya.
"Susu kehamilan?" gumam Zen saat membuka sebuah rak yang menimpan daun tehnya dan ternyata ada sebuah kotak susu disana.
"Mengapa ini ada disini?" gumam Zen, namun setelah itu suara anak kecil terdengar ditempat itu.
"Asuna Mama, bukankah Mama harus berjalan dengan berhati – hati agar adik Yui tidak kesakitan?" kata suara tersebut yang merupakan suara Yui.
"Tenanglah tidak akan terjadi apapun kepada adikm-" namun perkataan Asuna terhenti setelah melihat Zen sedang memegang sebuah kotak susu kehamilan.
"K-Kamu hamil A-Asuna?"
.
.
Saat ini Zen sudah mondar – mandir didepan sebuah toilet, karena seseorang memasukinya tadi. Sebenarnya, Zen bisa saja langsung masuk kedalamnya, namun wanita yang memasuki tempat tersebut melarangnya.
Akhirnya, suara flush mulai terdengar dan perlahan pintu dari toilet tersebut terbuka dan memunculkan sesosok wanita yaitu Asuna. Zen langsung mendekat kearahnya dan mulai memastikan keadaan Asuna baik – baik saja saat ini.
"Tenanglah Zen, aku hanya buang air kecil" kata Asuna yang saat ini mulai risih dengan perilaku Zen.
"Tetapi menurut artikel yang kubaca, seorang wanita hamil akan mengalami morning sickness, jadi aku memastikan bahwa kamu baik – baik saja" kata Zen yang saat ini mencoba menjadi seorang suami yang siaga.
"Hah... dasar anak dan ayah sama saja" kata Asuna, karena perilaku Zen sama seperti Yui yang saat ini berperilaku berlebihan setelah mengetahui dirinya sedang hamil.
"Zen, ternyata duniamu sangalua... ahhh~" kata seorang wanita Elf yang langsung ditekan dengan skill gravitasi oleh Zen.
"Diamlah elf masokis, saat ini aku sedang sibuk memastikan keselamatan Asuna saat ini" kata Zen, namun tindakannya tersebut semakin membuat Elf itu kegirangan.
Asuna yang sudah muak dengan perilaku mereka berdua akhirnya meninggalkan mereka berdua disana, dan mencoba menuju keruangan Aki untuk berkonsultasi pada dirinya saat ini.
Zen yang akhirnya puas menyiksa Elf tersebut yang saat ini sangat menikmati perilaku Zen, akhirnya mulai melihat sekitar dan menyadari Asuna sudah menghilang. Tanpa pikir panjang, akhirnya Zen mulai mencarinya saat ini.
"Z-Zennnn... jangan tinggalkan aku.."