Malam ini Abdul bisa tertidur dengan nyenyak dengan menyuspkan kepalanya di ceruk leher Yola sambil memeluk gadis itu dengan erat.
"Abdul, kaki kamu berat, ih!" Ucap Yola sambil berusaha mengerakkan tubuhnya karena merasakan badannya pegal jika harus selalu terlentang.
"Ehm.." Abdul hanya mendesah lalu membiarkan Yola merubah posisinya menjadi miring menghadapnya. Lalu kembali Abdul memeluk tubuh iatrinya itu dengan erat.
Yola menyusupkan kepalanya di dada Abdul dan menjadikan tangan Abdul menjadi bantal.
"Sayang." Gumam Abdul, sambil membelai rambut Yola.
"Ehm. Masih mala mayo kita tidur." Ucap Yola sambil memejamkan matanya.
"Bagaimana aku bisa tidur, kalau kau gerak-gerak terus."
"Maaf, aku hanya ingin lebih dekat denganmu."
Abdul tersenyum walau dengan mata terpejam. Walau dia menyadari sesuatu jika sesuatu itu telah terbangkitkan, namun Abdul mencoba untuk tetap tenang, dan mencoba melanjutkan tidurnya.
Hingga saat pagi datang dan Abdul telah bangun terlebih dahulu, menatap istrinya yang masih bergelung dengan selimut, dengan rambut panjang yang menjuntai menutupi sebagian wajahnya. Abdul yang baru dari dalam kamar mandi berjalan mendekati istrinya, lalu merapikan rambut sang istri yang menutupi pipi mulusnya.
"Sayang, bangun. Sudah pagi. Sholat subuh dulu, yang." Bisik Abdul di telingga Yola, membuat Yola mengubah posisinya menjadi terlentang lalu perlahan membuka matanya.
'Hai." Ucap Yola, lalu mengecup pipi Abdul, membuat Abdul tersenyum lebar.
"belakangan ini, kamu sering sekali menggodaku, aku takut ga bisa menahannya lebih lama lagi." Ucap Abdul.
Yola mengalungkan kedua tangannya pada leher Abdul, lalu menariknya lebih dekat. Kedua mata mereka seperti terkunci dan tak bisa berpaling, Abdul mulai mendekatkan bibirnya pada bibir Yola, namun;
"Aku mau pipis." Ucap Yola tepat di depan wajah Abdul yang sudah menegang.
Abdul lalu menyingkir dan terbaring di samping Yola, sedangkan Yola langsung bangun dan berlari ke kamar mandi.
Keduanya sama-sama memegang dada mereka yang berdetak dengan cepat, lalu sama-sama menarik nafas panjang berkali-kali.
"Astaghfirullah, Jangan lupa wudhu sayang." Ucap Abdul sedikit berteriak pada Yola.
"Iya." Jawab Yola dari dalam kamar mandi.
Yola segera membersihkan dirinya lalu mengambil wudhu dan keluar dari kamar mandi ternyata sang suami sudah berdiri di samping pintu kamar mandi.
"Sudah selesai?" Tanya Abdul dan Yola hanya mengangguk.
"Kita sholat di kamar ya." Ucap Yola, gentian Abdul yang mengangguk.
Diluar kamar mereka, ada Umi dan abahnya yang hendak jamaah di mushola rumahnya, sambil menunggu Anisa, pasangan suami istri itu saling menyimak bacaan Qur'an masing-masing.
"Apa kita tak mengajak Abdul sama Yola sekalian, Bah. Untuk sholat bareng?" Tanya Umi.
"ga usah, umi. Takutnya mereka sedang melakukan sesuatu nanti kita malah menganggu mereka, mereka sudah menikah kita tidak bisa sembarangan membangunkan mereka sekarang." Ucap sofyan lalu menutup kitab sucinya saat melihat Anisa datang menghampiri mereka.
"Ya Abah." Jawab Umi patuh.
"Kak Abdul, sama kak Yola, mana Umi?" Tanya Anisa.
"Mungkin mereka sholat dikamar, biarkan saja. Kita sholat yuk." Ucap Uminya, lalu sofyan menempatkan diri sebagai Imam, dan memulai sholat subuh berjamaah mereka.
Sama halnya dengan Abah dan Uminya, Abdul dan Yola juga sama-sama melakukan sholat berjamaah.
"Assalamualaikumwarrahmatullah." Abdul dan Yola akhirnya menyelesaikan sholat mereka. Lalu dilanjutkan dengan memanjatkan doa untuk mereka dan keluarganya.
"Sayangku." Ucap Abdul lalu mencium kening Yola.
Yola tersenyum, lalu mencium pipi Abdul sebagai balasannya.
"Kok ga cium ini sih?" kata Abdul sambil menunjuk bibirnya.
"Ga ah. Nanti kebablasan." Jawab Yola sambil tersenyum lalu membuka mukena yang Ia kenakan. Abdul hanya menaruh pecinya saja di atas rak. Lalu duduk di atas ranjang sambil menunggu Yola yang sedang merapikan tempat yang mereka gunakan untuk sholat.
Abdul menarik Yola ke dalam pangkuannya saat Yola telah selesai membereskan alat sholat mereka.
"Sini sayang." Ucap Abdul pada Yola sambil menariknya lembut. Yola duduk di pangkuan Abdul ldan kedua tangannya mengalung di leher Abdul.
"kenapa?" Tanya Yola.
Tanpa menjawab Abdul lalu menyatukan bibir mereka, Yola yang awalnya terkejut kini perlahan mengikuti apa yang Abdul lakukan pada bibirnya. Setelah beberapa menit, Abdul melepaskan tautannya.
"Benar-benar jadi candu, pantas saja Allah mengharamkan kita bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan Mahrom kita, ternyata imbasnya sangat dahsyat." Kata Abdul sambil membelai pipi Yola dengan jempol tangannya.
"Iya, semua hal yang dilarang sama Allah pasti akan membawa keburukan,sebagaimana dengan semua hal yang diperintahkan-Nya pasti membawa kebaikan dan kemaslahatan." Ujar Yola.
"Istriku pintar ternyata, itu juga dasar ku menikah dengan mu walau kita masih umur segini, dan masih sekolah, Fitnah yang berbahaya bagi kaum laki-laki adalah fitnah kaum perempuan, seperti Sabda nabi Muhammad."
"Iya, terimakasih kau menjauhkan aku dari api neraka."
"Sama-sama, sayang. Kita sama-sama meraih jannahnya ya."
"Amiin, Ternyata bibir kamu enak, manis." Ucap Yola sambil tersenyum lebar.
"Kamu ini."
"Emang iya kok. Makanya mau lagi." Lalu Yola kembali menyatukan bibir mereka. Abdul tersenyum disela-sela ciuman mereka.
"Semoga kita begini terus selamanya, bahagia terus, kalau ada sedih-sedih sedikit aja, jangan banyak-banyak." Kata Yola setelah ciumannya terlepas.
"Amiin, kamu sudah berkemas untuk ke rumah ayah Danil?" Tanya Abdul yang masih dengan posisi sama, memeluk pingang Yola yang sedang duduk di pangkuannya.
"Sudah, bajumu aja tapi_ itunya belum." Ucap Yola lalu mengigit bibir bawahnya karena malu untuk menyebutkan barang pribadi suaminya.
"Itunya apa?" Tanya Abdul sambil mengerutkan dahi.
"Itu lho.."
"Iya apa?"
"Apa?" Abdul semakin bingung saat yola malah menunjuk ke bawah.
"Sarung?" Yola mengeleng.
"Lalu apa?" Tanya Abdul penasaran."
"Itu_"
"Apa?"
"Daleman."
"Astaghfirullah, Yolaaa… aku kira apa, kamu bikin aku bingung tau ga."
"Kamu siapin sendiri ya."
"Ga mau, kamu aja."
"Kenapa? Aku aja biasa aja beresih dalaman kamu waktu di rumah sakit."
"Alaaaahhhh… kamu aja."
Abdul terkekeh, "Makanya jangan bayangin isinya mulu." Ucap Abdul membuat mata Yola melotot.
"Ih! Siapa yang ngebayangin."
"terus kenapa ga mau ngrapihin dalamanku."
"Ehm," Yola bingung mau jawab apa, sejujurnya dia selalu teringat saat tiba-tiba Abdul menyentuhkan tangannya ke benda pusaka Abdul.
"Sayang, kamu aja yang ngrapihin sendiri ya." Rayu Yola pada Abdul.
"Enggak, kamu aja."
"Kok gitu sih."
"Biar kamu selalu kebayang isinya, terus kangen."
"Ih! Aku aja ga pernah lihat begituan, mana tau bentuknya kayak apa."
"Jadi pingin lihat nih." Abdul terus menggoda istrinya.
"Enggak!!" Yola menjawab dengan cepat.
"Nanti nyesel lho."
"Ya enggak lah."
"Ya udah aku bantuin ayok." Ucap Abdul sambil menatap wajah Yola.
Yola turun dari pangkuan Abdul lalu bergandengan tangan mereka menuju ke lemari baju untuk mengemas baju Abdul yang akan dibawa ke rumah orang tua Yola, karena sekolah masih libur dan mereka sedang menunggu hasil ujian akselerasi.