webnovel

unSpoken

Hanny_One · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
42 Chs

BAB 27 : Flash Back 1

Gadis muda dengan tubuh tinggi semampai,kulitnya kuning langsat dengan rambut yang hitam panjang dan sedikit berombak. tengah duduk menunggu disalah satu meja didalam restoran X. wajah cantiknya membuat beberapa pasang mata memandangnya kagum dan iri.

Tangannya tiba-tiba terangkat,melambai kearah seseorang yang baru masuk dengan nafas terengah-engah,sepertinya dia habis berlari. laki-laki dengan kacamata tebal, rambut nya dibelah tengah,penampilannya rapi tapi lebih kearah culun. Dan sepertinya umurnya juga sudah memasuki 30 tahunan.

Senyum gadis itu sungguh memikat, membuat siapa saja yang melihatnya terperangah kagum. Apa lagi laki-laki yang tengah disenyumi nya itu. jantungnya terpompa hebat,dia gugup dan berkeringat dingin mendekati meja gadis itu. padahal bukan baru sekali mereka bertemu,tapi sepertinya hatinya belum terbiasa dengan kehadiran bidadari ini.

"kaka habis berlari ya?" tanya nara sambil membersihkan keringat di dahi laki-laki dihadapan nya dengan tisu

"i..iya," jawab Hamdi dengan terbata "sini,biar dibersihin sendiri saja" hamdi mencegah Nara melanjutkan sentuhan nya,

"nga papa ko,Nara bantuin aja ya" suara nya manja

"jangan,biar sendiri aja,malu dilihat orang" hamdi menjauhkan badan nya

"ya udah," Nara menyerah

"makasih ya"

" Mmm .." Nara tersenyum simpul

Hamdi kembali terpana. Gadis didepan nya ini sungguh memabukkan. Dia merasa tambah gerah dengan keadaan ini. peluhnya bukan Cuma karena lari tapi juga karena gugup.

"udah lama nunggu?" hamdi bertanya

"20 menit udah,kaya nya" nara menjawab sambil melirik jam tangan nya

"maaf ya, soalnya tadi ada rapat." Hamdi merasa menyesal

"nga papa ka, kaka mau makan dulu? Atau kita langsung pergi cari cincin?" Nara bertanya dengan ramah

"terserah nara aja, aku ikut maunya Nara"

"kita makan aja dulu ya, kasihan kaka kan baru datang. Pasti masih capek, apalagi habis lari-lari tadi" Nara memberi perhatian

"ia" hamdi luluh dibuatnya

Nara Andriani, dia seorang pramugari. Umurnya 22 tahun. Dia akan menikah 5 bulan lagi dengan Hamdi Siswanto seorang guru. Umur keduanya terpaut 8 tahun. Nara dijodohkan oleh kedua orang tuanya sejak kecil. seharusnya pernikahan mereka terjadi 4 tahun lalu,saat Nara tamat SMA. Tapi karena dia sangat ingin mencapai cita-citanya dia meminta kepada Hamdi untuk mengundur pernikahan mereka. Saat itu Hamdi mengiyakan, dia mendukung dan membiayai Nara.

Perjodohan keduanya didasarkan atas persahabatan antara orangtua Nara dan Hamdi. Mereka berdua sama-sama anak tungal. Walaupun ayah hamdi meninggal saat dia masih SMA,dan ibu nya meninggal 5 tahun lalu perjodohan kedua nya tetap dilanjutkan.

Pertemuan pertama keduanya terjadi dihari pemakaman ibu Hamdi. Lalu pertemuan kedua saat hamdi diundang kerumah kediaman Nara setelah hari kelulusan SMA Nara. Dipertemuan kedua itulah keduanya tahu telah dijodohkan.

Nara tidak punya alasan lagi kali ini untuk menghindari pernikahan diantara mereka. Nara juga merasa berutang banyak hal kepada Hamdi selama ini. jadi dia berusaha menerima dan mencoba mencintainya. Nara juga berpikir tidak ada salahnya dengan menjalani ini semua, hamdi juga sosok yang sangat bertangung jawab dan tidak pernah berbuat buruk terhadapnya.

. . .

4 bulan sebelum pernikahan

Nara berada dikamarnya,dia baru pulang dan punya 2 hari waktu istirahat sebelum berangkat kembali. Dia sedang bergumul dengan telepon gengam miliknya. Berbicara dengan mesra dengan orang diseberang sana. kedua orng tua nya yang mendengarkan dari balik pintu merasa senang. Karena menyangka sambungan telepon itu adalah dari Hamdi. Padahal bukan.

Nara menjalin kasih bersama seseorang yang baru ditemuinya dipenerbangannya 1 bulan lalu. pemuda yang tampan dan mapan. Hatinya luluh pada sosok pemuda itu. hatinya goyah akan niat nya yang akan menerima dan berusaha mencintai Hamdi setelah bertemu dengan pemuda ini. komunikasi kedua nya begitu intim dan intens.

. . .

2 bulan sebelum pernikahan

Komunikasi antara Nara dan Hamdi berkurang. Bahkan hampir tidak ada. Saat sedang libur ataupun waktu sengang Nara tidak inggin bertemu dengan Hamdi. Tapi hamdi yang begitu polos berbeda dengan umurnya itu, sungguh tidak berpererasangka apa pun. Dia memaklumi segala tingkah Nara.

Sedangkan Nara,dia begitu dimabuk cinta. Kedekatan nya dengan pemuda itu sudah melebihi batasnya. Dia bertemu dan bermalam bersama.

. . .

1 minggu sebelum pernikahan

Nara berada dikamar mandi pesawat. Ia berdiri gelisah dengan sebatang tespek ditangan nya. garis dua biru tercentang disana. dia berusaha menenagkan diri. Dia menjalani hari itu dengan rasa mual yang terus menghampiri.

Sedangkan dirumah nya orangtua nya sudah bersiap dengan segala keperluan untuk hari pernikahan yang tingal menghitung hari. undangan pun mulai disebarkan.

. . .

3 hri sebelum pernikahan

Nara pulang hari ini,kebetulan dia mendapat libur,dan ia sudah mengambil cuti sampai 3 hari setelah pernikahan. Dia memantapkan hati untuk bicara kepada orangtua nya bahwa dia punya pilihan nya sendiri. walaupun nanti orangtua nya kekeh melanjutkan pernikahan nya dengan Hamdi, liana sudah bersiap akan mengeluarkan kartu As nya. agar keduanya menuruti kehendak nya.

Walaupun sebenarnya Nara belum mengatakan pada pemuda yang menjadi kekasihnya itu perihal kehamilan nya. tapi dia begitu yakin pemuda itu akan menerimanya dengan senang hati. Dan akan menikahinya.

Malam itu hamdi sudah berada dikediaman orangtua Nara. Dia datang karena diundang oleh Nara. Mereka ber4 berkumpul dan makan malam bersama. Suasana bahagia tergambar dari ke3 nya,berbeda dengan Nara yang begitu gelisah sambil menata kata-katayang akan diucapkan nya.

Diruang tamu kini mereka berkumpul sambil menikmati kopi. Nara meengatakan isi hatinya pada keua orangtua nya dan juga Hamdi. Benar saja mereka begitu syok dengan apa yang dikatakan Nara. Hamdi tertunduk lesu,sedangkan kedua orang tua Nara mendebat keputusan anaknya itu. Nara mengeluarkan tespek dari kantongnya. Menghentikan perdebatan mereka. Ayahnya terduduk lemas melihat 2 garis biru. Ibunya menatap Nara dengan kecewa. Sedangkan hamdi menahan sakit hatinya.

"PERGI …!" ayahnya mehardik nara " PERGI SEKARANG JUGA, KAMU BUKAN ANAK KU" dengan memegang dadanya yang sesak ayah nara mengusirnya

Dengan cucuran air mata Nara mengambil kopernya. Nara sengaja tidak membongkar kopernya saat sampai dirumah. Dia bersiap untuk hal ini.

Nara keluar dari rumah. Tak ada satu pun yang menahan nya. bahka ibunya pun tidak memandangnya sama sekali. Nara pergi kealamat kekasihnya. Dia pernah beberapa kali berkunjung kerumah pemuda itu. disepanjang perjalanan nara berusaha menghubungi tapi tidak diangkat sama sekali. Beberapa hari belakangan kekasihnya itu memang susah untuk diajak komunikasi.

Sesampainya didepan rumah,nara menarik nafas panjang lalu mengetok. Tidak selang berapa lama suara seorang wanita menyahut dari dalam rumah. Pintu terbuka, tapi bukan kekasih nara yang muncul melainkan seorang wanita yang sebaya dengan nara,wajahnya kalam dan senyumnya ramah. Dia memakai baju dester dengan perut yang besar. Sepertinya dia hamil besar saat ini.

Belum sempat nara bertanya, seorang laki-laki merangkul wanita itu.

"siapa sayang,malam-malam begini?" dia bertanya dengan mesra sambil menegok keluar

"mas?" nara terkejut dengan penampakan kekasihnya

"oh .. Nara" pemuda itu menyapanya dengan santai "ada apa kesini?" tanya nya enteng sambil melirik koper yang dibawa nara

"sa .. sa.. saya" nara tidak mampu berkata-kata,dia masih terkejut dengan apa yang dia lihat

"perkenalkan nara, ini istri saya. Sayang, ini nara teman aku" pemuda itu bicara tanpa rasa bersalah

Wanita yang disebitnya istri itu menyalami nara yang gemetar menahan segala emosi. Dia menahan air matanya yang hampir jatuh. Hatinya hamcur berkeping-keping.

"mas, bisa bicara sebentar?" nara bertanya dengan sopan

"tentu, ayo masuk"

"engga mas, bicara diluar saja. Saya mau cepat-cepat juga" nara beralasan sambil melirik istri kekasihnya yang terus menempel,mengengam tangan pemuda itu.

"oh gitu, ayo." Pemuda itu paham maksud nara "sayang,masuk dulu ya aku mau bicara sama nara"

Istrinya tanpa protes langsung menurut saja. Meninggal kan kedua nya. nara menceritakan segala nya dan meminta pertanggung jawaban dari pemuda itu. tapi sungguh disayangkan dengan dingin dan kasar pemuda itu menolak nara. Belum selesai pembicaraan mereka pemuda itu meninggalkan nara masuk kembali kedalam rumah.

Dalam kekalutan yang begitu hebat tiba-tiba ponsel nara bordering, hamdi meneleponnya. Menanyakan keberadaan nya. dia berniat menjemputnya, karena ayah nya masuh UGD sepeningalan nara tadi.

Sesampainya dirumah sakit nasi sudah menjadi bubur, tidak selang berapa lama ayah nara meninggal dunia karena serangan jantung. Nara terhenyak kembali. Sungguh malang nasibnya. Keputusan nya sunguh mendatangkan kepedihan yang bertubi-tubi.

. . .

2 hari sebelum pernikahan

Hari itu hari pemakaman ayah nara. Semua orang sunguh tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Lusa yang seharus nya menjadi hari bahagia malah didahului oleh kepergian orang yang seharusnya menjadi wali nikah.

Selesai pemakaman ibu nara mendatangi nara yang mengurung diri dikamar. dia marah dengan sejadi-jadinya. Kerabat dan tetanga yang masih tinggal dirumah Nampak binggung dengan pertengkaran yang terjadi. Hamdi segera masuk,dan melerai keduanya. Dia menenangkan keduanya. Dia membawa ibu nara keluar,lalu kembali masuk berusaha menghibur nara. tanpa sadar nara menceritakan penyesalannya dan penolakan kekasihnya terhadap janin yang dikandungnya.

Hamdi mengajukan diri untuk menjadi ayah dari calon anak nara. dia tetap berniat melanjutkan pernikahan mereka lusa. Nara yang mendengarnya sungguh tidak mampu percaya. Dia juga berkata bahwa tidak perlu mencintainya bila memang tidak mampu,cukup jadi istrinya agar menjaga nara dan keluarga nara tidak makin hancur atas sebab masalah ini.