Rindu itu rahim dari segala musim
serupa hujan namun tidak menenggelamkan
seperti kemarau tapi tidak membakar masa silam
seperti musim gugur manakala rindumu adalah helai daun dan bunga-bunga
seperti musim dingin di saat kau menggigilkan saujana cinta
Ario Langit memandangi jeruji sel tahanan yang sempit itu dengan pikiran masgul. Hidupnya terasa sangat kacau. Ayu Kinasih sangat mendendam sekali kepadanya. Bahkan sama sekali tidak peduli terhadap keselamatan bayinya asalkan bisa melampiaskan dendam mengerikan itu. Ario Langit juga merasa dirinya sangat bodoh dan lemah. Seharusnya di langsung menyampaikan kesanggupannya untuk mengawini Ayu Kinasih saat terjadi pertempuran hebat tempo hari.
Dia bodoh karena tidak memanfaatkan kesempatan pertemuan itu dengan menyampaikan niat yang sudah lama dipendamnya. Dia lemah karena tidak berani menyatakan niatnya itu di hadapan banyak orang. Terutama karena saat itu ada Ratri Geni, Ibunya, dan sepasang pendekar Arya Dahana serta Dewi Mulia Ratri.
Ario Langit terlalu takut terhadap banyak hal. Takut Ayu Kinasih semakin salah terima. Takut Ratri Geni akan memutuskan Setengah Pertunangan mereka. Takut pada kemarahan Ibunya. Takut akan kekecewaan yang tergambar dari raut wajah Arya Dahana dan Dewi Mulia Ratri yang sudah mempercayai dirinya adalah seorang Pendekar Langit yang bersih dan lurus.
Pemuda putra Siluman Karimun Jawa itu menggeram marah. Marah kepada dirinya sendiri kenapa menjadi sepenakut itu. Tangannya terkepal dan menghantam tembok penjara yang yang langsung bergetar hebat saking kuatnya tenaga pemuda sakti itu.
"Kau tidak apa-apa Kanda?" terdengar seruan khawatir dari ruang sebelah yang juga merupakan sel tahanan. Suara bening Galuh Lalita yang cemas setelah mendengar geraman marah ciri khas Siluman Masalembu. Apalagi setelah merasakan getaran dahsyat yang membuat bangunan itu seolah hendak runtuh.
Ario Langit baru tersadar ternyata sel tahanannya berada persis di sebelah Galuh Lalita. Pemuda itu menyahut pelan. Namun suaranya jelas terdengar oleh Galuh Lalita karena pemuda itu menggunakan tenaga dalam.
"Aku tidak apa-apa Galuh. Apakah kau terluka? Atau tidak nyaman? Mereka memperlakukanmu dengan buruk?"
Galuh Lalita menghela nafas lega.
"Aku baik-baik saja. Lukaku juga sudah mulai pulih. Mereka memperlakukanku dengan baik. Bahkan makanan yang disediakan semuanya serba lezat. Tempat tidurku juga sangat mewah. Bagaimana denganmu? Apakah mereka berbuat jahat kepadamu?"
Ario Langit memandangi seputar selnya. Baru kali ini juga dia menyadari bahwa ternyata sel yang dia tempati termasuk sangat nyaman meski cukup sempit. Selain ranjang yang empuk dan bersih, di meja kecil sudut ruangan tersedia berbagai macam buah dan minuman. Ario Langit mengerutkan keningnya. Apakah ini semua karena Sumpah Laut?
Pemuda itu sama sekali tidak mengerti bahwa semua hal itu disiapkan oleh Panglima Amranutta dan kedua pembantunya untuk mengambil hati si Pendekar Langit. Mereka berpikir jauh lebih menguntungkan menjadikan Ario Langit yang sangat sakti sebagai sekutu dibandingkan harus melawannya sebagai musuh.
Apalagi setelah diselidiki, gadis cantik yang bersedia secara sukarela menemani Ario Langit ternyata adalah putri dari pemimpin Padepokan Maung Leuweung yang punya pengaruh besar di Tlatah Pasundan. Anggotanya ribuan dan tersebar di segala penjuru Jawa bagian Kulon. Jika mereka bisa menarik Ario Langit dan Galuh Lalita menjadi sekutu, alangkah kuatnya Lawa Agung. Padepokan Maung Leuweung bisa dijadikan sebagai markas tak kentara bagi pergerakan Lawa Agung. Apalagi padepokan tersebut berada tak terlalu jauh dari pusat Kerajaan Sumedang Larang.
Akan menjadi langkah yang sangat strategis bagi Lawa Agung jika Padepokan Maung Leuweung berada di pihak mereka. Dari markas padepokan, mereka bisa menyamarkan serangan bergelombang ke pusat kota Sumedang Larang. Padepokan itu memiliki wilayah yang sangat luas dan tertutup. Lawa Agung bisa menyimpan ribuan prajurit di sana tanpa tercium oleh para telik sandi Sumedang Larang asalkan semua dilakukan secara bertahap dan rahasia.
Galuh Lalita adalah pintu masuk terbaik yang bisa didapatkan oleh Panglima Amranutta untuk agar bisa mengajak Ki Sambarata bergabung dalam persekutuan Lawa Agung. Gadis cantik itu merupakan putri satu-satunya dari sang pemimpin padepokan. Meskipun Panglima Amranutta sempat bertanya-tanya dalam hati sejak kapan Ki Sambarata pernah punya istri lalu anak. Ketua Padepokan Maung Leuweung itu terkenal sebagai seorang pendekar aliran abu-abu yang semenjak mudanya tidak pernah menikah karena sempat melalui sebuah peristiwa besar mengerikan. Padepokan Maung Leuweung diserang secara hebat oleh Perkumpulan Pengemis Tongkat Perak. Sambarata muda disandera namun bisa diselamatkan oleh ayahnya dan para pemimpin Maung Leuweung masa itu. Namun Sambarata diselamatkan dalam keadaan terluka parah. Bahkan saking kejamnya Hantu Berjubah yang memiliki dendam sedalam lautan dengan Maung Leuweung, alat vital Sambarata dipotong hingga pemuda itu tidak bisa lagi menggunakan kelelakiannya.
Panglima Amranutta tahu persis cerita yang menghebohkan itu. Karena itulah Raja Lawa Agung itu sangat terheran-heran begitu mengetahui Ki Sambarata mempunyai seorang anak gadis yang cantik jelita dan sudah dewasa. Tapi Panglima Amranutta tidak peduli. Meskipun entah Galuh Lalita anak siapa, paling penting Ki Sambarata sangat menyayanginya dan tentu mau berkorban untuk putri satu-satunya itu.
Raja Lawa Agung memerintahkan anak buahnya agar menempatkan kedua tawanan itu di penjara namun dilayani dengan cara terbaik. Makanan enak, tempat tidur nyaman, bahkan kepala pelayan istana sendiri pernah datang ke penjara dan memberitahu Galuh Lalita agar jika membutuhkan apapun segera memberitahunya supaya bisa segera disiapkan.
Panglima Amranutta memiliki keyakinan bahwa jika sampai Galuh Lalita bisa diyakinkan untuk bergabung, pemuda sakti luar biasa yang bisa menjelma siluman itu akan dengan mudah juga ikut bergabung. Lawa Agung akan menambah kekuatan secara dahsyat apabila pemuda itu berada di pihak yang sama. Selain sakti, pemuda itu adalah putra dari Arawinda. Pendekar wanita yang juga sakti luar biasa. Kalau pemuda itu bisa membujuk Ibunya ikut serta, Lawa Agung semakin tak tertandingi.
Sumedang Larang bukan kerajaan yang sangat besar seperti Galuh Pakuan, Majapahit atau Demak zaman dahulu. Namun tetap saja mereka memiliki tokoh-tokoh sakti Pasundan yang pasti akan turun tangan jika kerajaan Islam itu diserang. Panglima Amranutta telah memiliki sekutu hebat seperti Nyai Sembilang dan muridnya, Matamaha Mada dan muridnya. Tapi keempat orang itu adalah datuk-datuk sesat yang seringkali tidak bisa digenggam omongannya. Kecuali jika itu sangat menguntungkan bagi mereka. Yaitu pembalasan dendam bagi Nyai Sembilang dan Dewi Lastri terhadap Arya Dahana dan Dewi Mulia Ratri beserta semua keturunannya.
Matamaha Mada sendiri adalah nenek sinting yang angin-anginan. Sama sekali tidak bisa diandalkan. Apalagi muridnya yang juga sinting itu menaruh dendam hebat kepada Ario Langit entah dengan alasan apa.
Panglima Amranutta dengan mudah akan memilih untuk merangkul Pendekar Langit dibanding si nenek gila sakti itu. Ario Langit adalah pendekar muda yang sangat terhormat. Omongan dan perbuatannya sangat bisa dipegang. Selain tentu saja bisa menarik banyak orang sakti di pihaknya karena pemuda itu sudah sangat terkenal dengan tindakan baiknya.
-*****