webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · Realistis
Peringkat tidak cukup
31 Chs

Mengapa?

Setiap harinya berjalan seperti biasanya. Aku sudah mulai terbiasa. Tidak terasa sudah satu semester aku belajar disini. Banyak hal juga yang telah terjadi.

Seperti sedang mengulang kembali dari awal. Semua terasa bahwa kembali seperti biasanya. Tidak banyak yang berubah, hanya diriku yang perlahan berubah. Berubah jadi lebih baik. Aku terus berusaha mencari motivasi.

Padahal aku sudah tidak mengharapkannya lagi darinya "Labib, kau masih bisa meminta saranku jika ada masalah" ucap Lia, "Mengapa?" ucapku dalam hati.

Sekarang aku tidak paham kembali akan dirinya. Setiap harinya berjalan seperti biasanya dan dia masih mencoba mendekatiku padahal sudah menolakku.

"Apakah kamu masih memiliki keraguan akan perasaanmu?" tanyaku dalam hati.

Tentu saja, aku senang melihat ia mendekatiku. Namun, disitulah aku tidak paham.

Mungkin aku terlalu memikirkannya, sudah saatnya untukku melanjutkan kehidupan berhargaku ini. Hari demi hari silih berganti. Pekan per pekan berganti. Tidak terasa aku sudah menjadi S1 dengan dua semester yang aku lewati. Banyak yang bilang "Tanggung, lebih baik kau lanjutkan hingga menjadi lulusan S2" baiklah aku akan berkuliah sedikit lebih lama lagi. Karena aku ingin hasil terbaik.

Dahulu, aku tidak akan melakukan sesuatu sampai sejauh ini, aku akan menyerah saat sulit melakukan sesuatu. Namun, berkat dukungan semua orang yang telah kutemui, aku perlahan menjadi dewasa dan dapat mengkontrol emosi ku sendiri. Sudah saatnya untukku memikirkan akan melanjutkan sebagai apa nantinya setelah menjadi lulusan S2. Aku bertanya pendapat kepada teman teman sekampus dan pendapat mereka banyak yang berbeda.

"Aku rasa kau akan menjadi guru yang baik" berbeda dengan yang lain Lia mengatakan itu sesuai dengan apa yang kupikirkan.

Tidak lama setelah mengucapkan hal itu ia menambahkannya lagi "Labib maaf, aku sadar bahwa aku memiliki perasaan juga terhadapmu. Maaf atas keterlambatan ku semoga kau masih memilikinya juga."

Jujur aku bingung dan tidak mengerti "Kenapa? Tentu saja bukan perasaanku tidak berubah mengapa kau bertanya?" jawabku

"Jadi apakah kita akan menjadi pacar?" tanya dia dengan sedikit malu.

Tentu saja, kami mulai menjadi pacar semenjak hari itu. Sungguh, bahagia rasanya bagiku dia akan selalu menjadi pendukungku setelah orang tuaku yang terbaik.

Mulai dari berkencan belanja dan belajar bersama kami lakukan hampir setiap bertemu. Saat itu saat yang baik bagiku sehingga aku tidak memikirkan masalah apapun yang terjadi maupun yang akan terjadi.

Semua ku anggap mudah, tentu saja aku bisa menyelesaikan masalah dengan baik karena itu. Hampir setengah semester aku jalani ini akan menjadi semester ke tiga ku.

Ayahku sakit dan aku harus pulang untuk menemuinya. Sengaja aku tidak mengabari Lia, 2 minggu aku mengambil libur.

Setelah ayahku mendingan aku kembali ke kota dan melanjutkan kuliahku. Aku tertinggal banyak materi "Nih, aku menuliskan catatan untukmu selama kau tidak masuk" ucap Lia terlihat kesal.

"Terima kasih" jawabku, "Aku sadar kamu memiliki urusan yang penting mendadak dan aku paham. Tapi bukankah lebih baik kamu mengabariku terlebih dahulu. Dua pekan ini kamu melakukan apa?" Lia bertanya langsung

"Maaf, aku sengaja tidak mengabarimu karena kupikir kamu tidak perlu mengetahuinya dan khawatir. Aku kembali ke desa kerumah orang tuaku ayah ku sakit dan sekarang sudah lebih baik jadi aku kembali lagi ke kota" jelasku

"Maaf aku tidak mengetahuinya" ucapnya

"Tidak apa lagipula aku tidak memberi tahukannya dulu padamu, maaf ya."

Aku bersyukur memilikinya dia sangat pengertian. Bahkan sampai repot sendiri mengerjakan catatan untukku padahal dia sendiri yang kutahu sibuk.

Kuharap dia akan terus ada untuk selalu mendukungku.