webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · Realistic
Not enough ratings
31 Chs

Aku Paham

Tidak terasa setelah kupejamkan mataku. Sinar matahari yang terbit dari jendela membuat ku terbangun. Kumulai aktivitas ku sehari hari, cuci muka, makan, lalu mandi dan bersiap siap berangkat ke kampus.

Kebetulan disaat menuju ke kampus aku bertemu dengannya.

"Labib, tumben kamu berangkat dijam yang sama denganku" tanya Lia langsung mendekatiku.

"Hha, iya aku sedikit lebih telat bangunnya. Yasudah lanjut dikelas saja mari segera kesana agar tidak terlambat." jawabku.

"Oh, baiklah." jawabnya sambil menatapku serius.

Kembali lagi, aku datang tepat waktu. Tepat disaat jam mata kuliahku dimulai sekarang. Namun, aku merasa berbeda hari ini. Lia tetap berada didekat ku tapi, aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan saat ini.

"Canggung" pikirku.

Tapi saat ini sedang ada materi yang disampaikan jadi akan kukesampingkan itu dahulu aku akan fokus lagi.

Waktu terus berjalan dan tidak terasa sudah waktunya istirahat lagi. Baiklah aku akan istitahat dan makan siang sekarang karena sudah waktunya tiba.

"Ayo kita makan bersama lagi" Lia menghampiriku padahal aku bawa bekal saat itu, "Kebetulan aku juga bawa bekal mari kita makan bersama lagi" kali ini Lia yang mengajakku tentu saja aku canggung tapi aku mempersilakan dia dan dia memakan bekal kami bersama sama.

Kemudian setelah beberapa waktu kami selesai makan, "Labib, aku ingin mengatakan sesuatu padamu saat ini" dan ia mulai mengajakku bicara, "Apa yang ingin kau katakan kepadaku?" tanyaku.

"Soal kemarin aku ingin membicarakannya sekarang, sebenarnya aku mengajakmu makan bersama adalah untuk alasan ini, aku ingin mengatakan 'Maaf' kita tidak bisa pacaran kita mungkin harus berteman saja dulu" ucap dia membicarakan pengakuan ku kemarin aku menganggukkan kepalaku saja dan ia kembali kekelas begitu saja.

Aku bingung dan bertanya tanya pada diriku, "Apakah benar aku mencintainya lalu apa yang harus kurasakan saat dia menolakku" pikirku bertanya tanya.

Aku tidak bisa memaksakannya, perasaan dia padaku lagipula aku tidak mencari cinta terlebih dahulu.

Bel berbunyi dan kami kembali kekelas seperti biasa. Materi selesai dan kami dipersilakan pulang. Dia tetap pulang bersamaku, esoknya ia kembali mengajakku makan bersama lagi dan pulang bersama. Begitu terus selama seminggu ini, "Mengapa diriku kesal seperti ini, sebenarnya apa yang kurasakan padahal baik kalau dia melakukan hal itu seperti biasanya" pikirku kembali.

Aneh, aku merasa berbeda. Aku mulai memikirkan hal yang tidak tidak tentang Lia, aku kesal. "Padahal dia telah menolakku, tapi ia tetap berjalan bersamaku" pikirku

Sebenarnya aku paham apa yang kurasakan saat ini. Aku kesal karena perasaanku padanya itu jujur namun ia menolakku. Dia bertingkah seperti biasa seolah aku tidak pernah merasa untuk mencoba memilikinya.

Padahal aku ingin dia menjadi pacarku. Mungkin, memang tidak bisa berbohong soal perasaan kami. Aku juga akan berusaha, sial tapi apakah aku bisa.

Sulit mungkin, apakah aku harus diam saja dan memperhatikannya secara diam diam.

Ketakutan ku akan dia yang membenciku perlahan lahan. Selalu menghantuiku setiap harinya. Padahal aku bisa memberi nasihat kepada orang banyak namun aku sangat pesimis soal diriku sendiri. Aku butuh pendukung.