Bab 103.
Selesai makan siang, Sinta mengetuk pintu kamarku, baru saja ingin rebahan. Ia masuk sambil membawa buku katalog berisikan gambar peralatan dapur. Seperti panci atau dandang presto, teflon tutup kaca, dan rantang bersusun bahan Stainles steel. Dan masih banyak lagi gambar lainnya.
"Punya siapa katalognya?" tanyaku.
"Punya teman, Bu, Sinta menjadi reseller!beritahunya.
"Pasti produk ini mahal, kan?" tanyaku lagi.
"Bisa di cicil kok, sebanyak tiga kali!" jawabnya.
"Oh, iyalah, kalau tak seperti itu mana ada orang yang mau beli," sahutku.
"Ibu boleh lihat dan cuci mata, kan?" selorohku.
"Boleh, dong! Siapa tau ada yang nyantol!" harap Sinta.
"Haa ... haaa, mulai promo," ejekku.
"Namanya usaha, Bu! Seperti motto penjual online, " awalnya nanya-nanya hingga akhirnya terlena." Haa ... haaa, kami berdua pun jadi terkekeh.
"Di sekolah tempat Sinta ngajar, udah ada dua orang yang order, Bu!" ucap Sinta.
"Mereka order apa?" tanyaku.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com