2 Ch 1. Hari Pertama

STIE Bogor adalah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi yang berada di pertengahan kota Bogor. Kampus yang cukup terkenal memiliki jurusan D3 Akuntasi, D3 Keuangan dan Perbankan, S1 Akuntansi, S1 Manajemen Keuangan dan S1 Manajemen Pemasaran dengan Akreditasi A. Masuk STIE Bogor pun tidak mudah, harus mengikuti tes terlebih dahulu.

Nara memilih S1 jurusan Akuntansi karena semasama putih abu-abunya Akuntansi adalah mata pelajaran yang ia sukai, meski terkadang pusing menghitung berjuta-juta bahkan miliaran. Sedangkan Nathan, sahabat Nara ketemu SMA memilih S1 jurusan Manajemen Pemasaran.

Hari itu Nara datang dengan semangat khas mahasiswa baru. Ia memakai celana bahan hitam dengan kaos biru yang dimasukan ke dalam celananya, rambut hitam yang dibiarkan terurai, tak lupa sepatu berwarna putih.

"Nathan!" Nara berlarian kecil menghampiri Nathan.

Tidak ada yang istimewa dari Nathan. Ia memakai kacamata bulat, poni yang hampir menutupi mata serta kemeja abu-abu dan celana bahan hitam membuat penampilannya tidak disenangi kaum hawa.

"Oh hai Nara!" balas Nathan.

"Sarapan yuk! Gue belum makan nih, tadi buru-buru takut telat hehehe ...."

Nathan melihat jam pada tangan kirinya, masih ada 15 menit sebelum masuk. Nathan pikir itu cukup mengingat Nara makan dengan cepat.

"Yuk! Makan nasi kuning aja, katanya yang di depan sana enak," tawar Nathan.

"Ok deh."

Mereka berjalan menuju penjual nasi kuning yang tak jauh dari kampusnya. Saat sampai mereka mendengar siswi-siswi bergosip tentang mahasiswa ganteng jurusan Akuntansi, selama ospek berlangsung mahasiswa tersebut sudah menjadi pusat perhatian. Nara tak mengetahuinya karena ia tidak mengikuti ospek, baginya hanya membuang-buang waktu. Sebagai gantinya, ia mempelajari materi dasar Akuntansi di rumah.

"Lo liatkan pas dia nanya perihal kampus? Gila karismanya itu lho."

"Bener banget! Ada ya orang yang mendekati sempurna."

"Iya gue aja kaget! Udah ganteng, pinter pula dan katanya dia baik banget."

"Duh jadi pengen ngulang aja deh, biar seangkatan."

"Hahaha ngaco lo, udah semester 5 nih. Harus persiapan buat skripsi."

"Hahaha nanti aja dipikirinnya."

"Kebiasaan nih, mepet-mepet hahaha ...."

Nara sih bodo amat, ia tidak mempedulikannya. Cowok ganteng? Jangan harap Nara terpesona akan wajahnya.

"Ra, lo udahkan?" tanya Nathan.

"Udah nih, eh bentar minum dulu."

"Santai ... lo minum aja dulu, biar gue yang bayar."

Sesudah Nathan membayar dan Nara menghampiri Nathan, mereka kembali ke kampus. Beberapa mahasiswa membicarakan betapa manisnya Nara, namun ada juga yang menggunjing Nathan. Mereka tidak tahu saja bahwa sebenarnya Nathan memiliki wajah yang tak kalah tampan dengan lelaki itu.

"Ra, nanti gue kabarin kalau udah selesai," ucap Nathan yang bersiap menaiki tangga menuju kelasnya.

"Iya, gue juga bakal kabarin lo," ujar Nara.

"Ok!"

Baru saja Nara melangkahkan kakinya, teriakan mahasiswi memenuhi koridor lantaran siswa yang menjadi topik hangat lewat dengan tersenyum.

Dilihat sekilas saja Nara tahu bahwa ia membanggakan wajahnya. Tidak lama setelah itu datangnya perempuan cantik idaman laki-laki. Dia memiliki tubuh ideal, rambut coklat panjang bergelombang memakai dress putih selutut dengan jaket jeans dan sepatu hitam menghampiri laki-laki itu.

"Bastian!" panggil perempuan itu.

"Hai Aurel," balas Bastian seraya mengusap ujung kepala Aurel membuat siapapun iri.

"Yuk ke kelas," Aurel berjalan di samping Bastian. Banyak pasang mata melihat bahwa mereka adalah pasangan yang cocok. Satu ganteng dan satu cantik.

***

Mengikuti kelas dengan baik, setiap ada yang penting ia catat. Ia harus lulus tepat waktu.

Di kelas Nara berkenalan dengan seorang gadis bernama Alya. Alya merupakan cewek tomboy, tidak pernah sekalipun ia menggunakan dress.

"Nara, lo laper ngga? Kalau ngga juga temenin gue makan yuk!" ucapnya.

"Hahaha hayu, gue juga laper nih," balasku.

"Ok let's go!" ujar Alya semangat menarik tangan Nara sampai Nara tersandung.

Bastian yang saat ini ada di belakangnya segera membantu Nara. Aurel memandang Nara sinis, ia pikir Nara melakukannya dengan sengaja agar menarik perhatian Bastian.

"Lo ngga apa-apa?" tanya Bastian membantu Nara.

Nara menerima bantuan tersebut, "makasih, sorry ngerepotin," ucap Nara begitu saja.

Nara menghampiri Alya, "yuk!" sekarang Nara menarik tangan Alya. Alya udah takut aja kalau Nara marah-marah.

Bastian memandang Nara, ia heran dengan sikap Nara yang cuek.

"Aurel ada yang salah diwajah gue?" tanyanya.

"Ngga ada, lo tetep ganteng," jawab Aurel.

"Benar, wajah gue ngga masalah. Cewek itu yang bermasalah," batin Bastian.

Disisi lain, Alya meminta maaf kepada Nara.

"Nara sorry, beneran deh gue ngga sengaja. Lutut lo baik-baik ajakan? Aduh maaf," ucapnya sedikit panik.

Sebenarnya Nara ngga marah, Nara hanya iseng saja. Ia senang melihat muka panik teman barunya itu.

"Liat nanti deh, dimaafin apa ngga," ujar Nara seraya memakan baso kecil.

"Sedih banget deh gue, baru aja temenan udah bikin salah," lirihnya.

Nara sudah ngga ikut lagi, ia pun tertawa.

"Ih kok lo ketawa sih?" protes Alya.

"Habis lo lucu hahaha ... gue ngga marah kok, gue cuma ngerjain lo aja hahaha ..." jelas Nara dengan tawanya.

"Dosa apa gue dapet temen modelan begini," gerutu Alya.

"Sabar-sabar aja ngadepin Nara, emang gitu anaknya," sahut Nathan dengan sebungkus roti.

"Lho Nat, udah selesai?" ucap Nara.

"Udahlah, kalau belum ngapain gue disini?" ujar Nathan.

"Kali aja lo cabut hahaha ..." balas Nara.

"Ngapain masih di kampus kalau mau cabut? Mending ke Mall sekalian," omel Nathan sembari membuka bungkus roti.

"Temen lo Ra?" tanya Alya yang sedari tadi memperhatikan.

"Iya, temen ketemu SMA. Nathan kenalin ini Alya, Alya kenalin ini Nathan," Nara memperkenalkan mereka.

"Hai, salam kenal ya," ucap Alya yang dibalas anggukan oleh Nathan.

Mereka bertiga mulai berbincang-bincang. Nara tidak sadar bahwa Bastian memperhatikannya. Bastian tidak habis pikir, cewek semanis Nara berteman dengan cowok cupu.

***

Nara membuka pintu rumahnya, suasana yang sepi sudah menjadi makanan sehari-hari. Kedua orang tua telah tiada karena kecelakaan pesawat, sedangkan kakak Nara sibuk bekerja. Nara tidak boleh mengeluh, Nara harus kuat supaya tidak menjadi beban.

Nara menutup semua gorden, ia membuka kulkas menampil beberapa butir telur. Nara memutuskan untuk membuat dadar telur pakai keju.

Nara mendapatkan notifikasi dari insta bahwa Alya mengikutinya dan tak lama setelah itu Alya mengirim pesan melalui insta yang berisikan Alya senang berkenalan dengan Nara serta meminta nomor Nara. Tentu saja Nara langsung memberikannya.

Di tempat lain dan waktu yang sama. Bastian sedang dipusingkan dengan tingkah papanya yang membawa wanita simpanan ke rumah. Bastian lelah dengan semua ini. Pasti nanti malam terjadi keributan.

"Kamu udah pulang, sana makan. Bibi udah masak," ucap pak Doni, papanya Bastian.

"Udah makan," balas Bastian bohong, mana mungkin ia mau makan dengan wanita simpanannya itu. Pasti nanti pak Doni akan berlagak seperti keluarga.

"Untung aja gue masih waras, kalau ngga udah gue bunuh tuh cewek!" pikirnya.

Beberapa menit kemudian, bu Kia pulang dan langsung mengomel. Lalu, terjadilah keributan.

Bastian masih tidak habis pikir, kenapa orang tuanya tidak bercerai saja? Wanita itu juga menjijikan, ia gampang sekali tergoda dengan wajah tampan pak Doni tanpa mempedulikan keluarganya.

"Cih, menyebalkan!" gerutunya.

***

avataravatar
Bab berikutnya