Setelah hari di mana Illona mengubah penampilannya, makin banyak laki-laki yang mencoba mendekati gadis itu. Hugo yang terkadang melihat kejadian tidak mengenakan itu, terus berdecak kesal. Laki-laki itu selalu ingin menghampiri mereka dan mengganggu obrolannya. Namun, ada kalanya Hugo tidak bisa karena kesibukannya yang tidak sama dengan Illona.
Karena hal tersebut, suatu ketika Hugo mengomel sendiri tanpa ada lawan bicara. Tindakannya itu membuat Andre yang tengah memakan roti di sampingnya bertanya-tanya.
"Sebenarnya ada apa denganmu? Dari tadi mengomel terus. Kamu masih lapar? Mau aku belikan roti lagi?" tanya Andre kesal. Ia merasa telinganya tidak sanggup lagi mendengar suara Hugo.
"Tidak! Bukan itu!" sahut Hugo. Karena kedua laki-laki itu hanya berdua saja di belakang sekolah, mereka berbincang dengan sedikit santai tanpa peduli ada yang terganggu atau menguping.
"Lalu?" Andre hanya melirik. Ia lebih fokus pada makanannya karena merasa lapar setelah tidak sarapan. Namun, Hugo yang tengah bersikap kekanak-kanakan langsung merebut roti di tangan sahabatnya. "Hei! Apa yang kamu lakukan? Aku lapar tahu!" seru Andre kesal.
Kini laki-laki itu menghela napas. Ia menyibakkan poninya yang turun kemudian menatap ke arah Hugo yang terlihat lebih kesal darinya.
"Jadi ada apa? Ceritalah dan kemudian bertingkah normal seperti biasanya!" seru Andre. Meski terdengar biasa, tetapi Andre berbicara dengan penuh penekanan hingga orang yang mendengar akan tahu kalau dirinya tengah kesal.
"Illona ...." Hugo tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Illona? Kenapa dengannya? Membuatmu kesal? Tumben sekali, bukankah biasanya dia membuatmu senang?" tanya Andre. Laki-laki itu menatap sahabatnya karena Hugo hanya menyebutkan nama gadis itu dan membuatnya tidak paham ada masalah apa.
Setelah beberapa saat keheningan menyapa, Hugo menggeleng. Dia mulai memberitahu kalau Illona tidak melakukan apa pun yang membuatnya kesal. Ucapan Hugo yang berbelit pun membuat Andre kesal.
"Sudahlah, langsung ke intinya saja!" ucap Andre sembari memegangi kepalanya yang terasa nyeri karena Hugo.
Karena melihat sahabatnya mulai kesal, Hugo mulai menceritakan keresahannya dengan cepat. Ia menjelasakan semuanya tanpa terkecuali.
Setelah penjelasan Hugo selesai, Andre yang sejak tadi mendengarkan dengan serius seketika tertawa. Meski ia tidak bisa mendengar jelas semua penjelasan sahabatnya, tetapi Andre tahu kalau inti pembicaraan Hugo adalah, dia yang merasa cemburu karena Illona di dekati oleh laki-laki lain.
Tawa Andre semakin pecah. Ia merasa sahabatnya terkadang sangat kurang di bidang asmara. Karena bagaimanapun juga Andre dan teman yang lain tahu kalau Hugo memang menyukai Illona, tetapi laki-laki itu justru masih tidak memahami bahwa dirinya tengah cemburu.
"Berhenti tertawa! Bukannya memberiku solusi malah menertawakanku," ucap Hugo kesal.
Andre menepuk bahu sahabatnya. "Bagaimana lagi ya, kamu ini memang ... ah, sudahlah!"
Mendengar respon Andre, Hugo menjadi kesal. "Ada apa! Cepat beritahu aku!"
Karena merasa kasihan, Andre pun merangkul Hugo, ia bersiap untuk berbicara hingga membuat sahabatnya mendekat dan mencoba mendengarkan dengan fokus.
"Apa kamu tahu kenapa kamu seperti ini?" tanya Andre. Hugo sontak menggeleng, meski ia ingin kembali mengomel, tetapi dirinya memilih diam dan mendengarkan Andre.
"Di sini!" Andre menunjuk ke arah dada Hugo hingga membuat laki-laki itu menatapnya bingung. "Di sini ada perasaan yang baru tumbuh, dan kamu saat ini sedang cemburu jika melihat Illona didekati laki-laki lain," jelas Andre.
Hugo terdiam. Ia sedang mencerna apa yang dikatakan sahabatnya. "Cemburu? Aku? Menyukai Illona?" gumam Hugo dengan raut wajah yang seolah tidak percaya dengan apa yang ia rasakan.
Andre yang mendengar suara sahabatnya hanya mengangguk-angguk. Namun, ia memilih diam agar Hugo bisa mengerti perasaannya sendiri. Lagi pula yang terpenting menurutnya adalah, Hugo bisa segera menyadari perasaannya dan segera bertindak sebelum menyesal.
Saat Andre tengah meneguk minumannya, tiba-tiba Hugo berdiri dan segera berlalu pergi. Andre yang terkejut pun segera meneriaki sahabatnya, meski tidak mendapat jawaban saat ia bertanya kemana Hugo hendak pergi.
"Ada apa?" tanya salah seorang teman mereka yang baru datang.
"Benar, ada apa? Kenapa juga Hugo terburu-buru begitu? Ada masalah?" timpal siswa yang lain.
Andre menggeleng. "Tidak ada apa-apa. Aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba pergi."
Di sisi lain, Hugo yang tengah berlari, mencari keberadaan Illona. Ia pergi ke ruang kelas gadis itu, tetapi tidak menemukan siapa pun. Saat menyusuri lorong, ia juga tidak menemukan seseorang yang dicarinya, hingga akhirnya laki-laki itu pergi ke satu-satunya tempat yang belum ia datangi, kantin.
Setibanya di sana, banyak anak berlalu lalang karena memang waktu istirahat sedang berlangsung. Keramaian yang menyapa membuat Hugo kesulitan mencari sosok Illona. Ia bahkan sudah dua kali salah mengenali gadis yang dicarinya, karena meski tidak banyak, memang masih ada beberapa anak seperti Illona yang mengenakan rok di bawah lutut. Mereka biasanya adalah gadis kutu buku yang tidak peduli dengan penampilan, atau siswi yang terkucilkan seperti Illona.
Di saat Hugo hampir menyerah dan berbalik menuju pintu keluar kantin, ia justru berpapasan dengan gadis yang dicarinya.
"Hah, kamu malah datang sendiri, " ucap Hugo sembari mengacak rambutnya. Ia tidak tahu harus kesal atau senang. Karena sejak tadi mencari, orang yang ingin ditemuinya justru datang sendiri.
"Ada apa, Hugo? Aku baru mau menemuimu setelah membeli ini," ucap Illona sembari memperlihatkan susu kotak dan roti di tangannya.
Tanpa menjawab, Hugo langsung menarik tangan Illona dan membawa gadis itu menjauhi keramaian. Karena tindakan mendadak itu, Illona merasa bingung dan terus bertanya-tanya apa yang terjadi pada Hugo. Selain itu, mereka juga tidak bisa menghindari tatapan dari anak-anak lain yang penasaran terhadap apa yang terjadi.
"Hugo, jawab, sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Illona yang masih panik sejak saat meninggalkan kantin.
"Sabar sebentar, Illona," jawab Hugo yang masih fokus mencari tempat yang lumayan sepi.
Setelah hampir memutari satu gedung, kedua remaja itu akhirnya berhenti di dekat gudang yang sepi. Hugo langsung memojokkan Illona di dinding dan dia pun segera menatap wanita itu dalam-dalam.
"A-ada apa, Hu-hugo?" tanya Illona gugup.
Laki-laki itu tidak menjawab, ia justru semakin erat mencengkeram bahu Illona.
'Apa aku benar menyukainya?' Sorot mata Hugo semakin dalam. Ia juga terus menerus bertanya dalam hati. Hal itu terjadi sampai bel masuk berbunyi, hingga Illona pun tidak sempat memakan apa yang sudah dibelinya.
"Maaf menyita banyak waktumu. Kembalilah ke kelas, aku akan menjelaskannya nanti," ucap Hugo. Ia melepaskan cengkeramannya dan memegangi kepalanya serta pinggangnya.
"Ba-baiklah. Kamu juga segera masuk sebelum terlambat," sahut Illona. Kakinya segera berlari membawa tubuhnya meninggalkan Hugo. Meski masih banyak pertanyaan yang ingin disampaikannya, ia memilih menyimpannya karena tidak mau terlambat masuk kelas.
Dengan napas terengah-engah, Illona merasa lega tiba di ruang kelas sebelum guru datang. Akhirnya dia menyempatkan diri melahap roti dan meminum susu yang sudah dibelinya. Karena bagaimanapun perutnya terasa kosong karena belum makan. Namun, belum sampai habis guru sudah masuk hingga gadis itu terpaksa menyimpan sisa makanannya.