webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Seni bela diri
Peringkat tidak cukup
76 Chs

Part 64

No one wishes to have dark days, sleepless nights, grumpy mornings, and this endless dark tunnel with no sign that it ever ends. We try to hide our feelings, but forget that our eyes speak. ~ John

Duar! Duar!

Tom menembakkan pelontar granatnya ke arah musuhnya.

"Itu yang terakhir, ayo kita pergi ke perhentian selanjutnya." Kata Lucas sambil membuka kompasnya dan menghilang bersama Thomas.

"Jadi misiku setelah ini adalah menemui sepupuku. Kemudian kembali ke Cycrotonictus?" Tanya Tom kepada Lucas yang kini berada di dalam pesawat jet.

"Ya, atau kau mau pulang ke rumahmu?" Tanya Lucas

"Tidak terimakasih, istriku pasti akan mengusirku dari rumah setelah melihat keberadaanku yang mengerikan di televisi. Dia pasti tak akan membiarkanku masuk ke rumah karena sudah membuatnya sakit jantung." Kata Tom sambil menyiapkan beberapa senjatanya, scope, jam tangan, dan juga topeng.Kemudian Ia menyiapkan beberapa magazine miliknya. Setelah itu Ia memasukkan semua peralatannya ke dalam tas hitam miliknya kecuali topengnya. Kemudian Ia memakai tas berisikan parasutnya.

"Tunggu. Kau akan langsung lompat dari atas sini?" Tanya Lucas

"Iya, apa ada masalah?" Tanya Tom

"Tidak ada."

"Jangan khawatir, aku tidak akan mati dari ketinggian. Sampai jumpa di persimpangan berikutnya." Kata Tom sambil memakai topengnya dan melompat terjun bebas dari atas pesawat jet.

Setelah mencapai ketinggian tertentu Tom langsung menarik parasutnya ketika Ia sampai di tempat Badan Inteligen Pusat.

Ia langsung menekan tombol di dekat topengnya dengan cepat sehingga bagian atas topengnya terbuka.

Kemudian Ia membuka laptopnya dan memasang beberapa peralatan di gedung itu.

"Baiklah kamera mereka sudah mati dan saatnya giliranmu untuk meretas sisanya, Rob." Kata Tom sambil meninggalkan laptop itu menyala dan kemudian berjalan dengan sendirinya.

Setelah itu Tom melompat dari gedung dan melontarkan tali baja dari balik pakaiannya yang kemudian merekat pada gedung lainnya. Seketika itu Ia berayun hingga sampai gedung bagian atas tersebut. Setelah itu Ia menyiapkan senjata snipernya dan bersiap untuk menembak mereka.

Tom mengarahkan senapan itu pada target-targetnya dan kemudian menembaki mereka dari atas gedung.

"Akan kukalahkan score headshotmu, Luke."

"Pffttt, coba saja. Ada kabar baik Tom, kami sudah membunuh dan menggagalkan rencana orang-orang yang menyamar sebagai anggota Nostra Santino palsu yang ingin meneror pemerintahan. Mereka adalah tentara bayaran yang bisa menjadi makhluk campuran hasil percobaan Arthur Allfero, masing-masing memiliki mata yang sama dan postur tubuh yang mirip dengan kita menurut peran mereka masing-masing. Mereka sudah dibunuh semua. Kepolisian, militer, dan orang-orang pemerintahan kaget dan bingung dengan apa yang terjadi. Namun kami bisa mengatasinya. The Black Hawk punya banyak orang orang palsu yang mencemarkan nama baik kita. Tapi itu semua sudah dibereskan berkat Ronnald Boston yang kini tak punya pilihan selain membantu kita. Kini hanya tersisa markas dan orang-orang bayaran The Black Hawk saja yang perlu dibereskan. Mungkin semuanya akan mereda, Tom."

"Dunia akan damai jika orang-orang berhenti mengurusi urusan orang lain."

"Selain itu rencana Ray adalah memakai para tahanan penjara dan para kriminal lainnya untuk bekerja sama dengan kita."

"Agrgh sial! Tembakanku meleset mengenai lehernya." Kata Tom yang masih saja menembaki mereka.

"Ha! Sudah kuduga kau tak akan bisa mengalahkan scoreku. Ngomong-ngomong kenapa mereka tidak melakukan serangan baik terhadapmu? Seharusnya ada salah satu yang melihatmu dari atas gedung?"

"Itu karena aku bisa menghilang. Mereka tak akan bisa melihatku ataupun senjataku. Karena aku sekarang membuat semuanya tak terlihat."

"Bagianku sudah beres, Tom. Sisanya kuserahkan padamu."

"Mereka semua bersembunyi. Dasar pengecut." Kata Tom sambil melemparkan senjatanya asal. Kemudian langsung melompat turun ke arah markaas. Kemudian memukul bagian dinding markas sampai berlubang. Seketika itu Ia langsung melemparkan bom asap dimana-mana, dan berubah menjadi werebear untuk menyerang mereka semua yang berada di dalam markas.

30 menit kemudian markas itu sudah tidak menyisahkan satu pun manusia yang hidup di dalamnya. Tom yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya langsung meletakkan sebuah kotak dan meninggalkannya disana sambil pergi menghilang menggunakan kompasnya, bersamaan dengan kotak tersebut yang meledakkan seluruh tempat itu.

***

"Apa urusan anda datang kesini?" Tanya sosok yang sedang menghampiri Thomas yang duduk sambil menghisap rokoknya.

"Aku ingin bertemu dengan Tyson Theomund. Bilang padanya bahwa sepupunya baru saja mampir." Ucap Thomas sambil mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

"Baik, tuan." Katanya sambil melangkah pergi.

Tak lama kemudian sosok itu kembali lagi dan menghampiri Thomas.

"Ikut aku."

Thomas langsung membuang rokoknya dan mengikuti orang itu. Hingga sampai ke ruangan lain, tempat beberapa pria berjas sedang berbincang-bincang dan minum. Disana sudah ada sosok pria berjas berambut coklat sedang berdiri menunggu Thomas untuk datang.

"Tangan kananmu sangat kaku, maksudku apa karena namaku terkenal di dunia dan menjadi buronan membuatnya merasa bahwa aku adalah ancaman bagimu?" Kata Thomas sambil menunjuk ke belakang.

"Mungkin dia takut padamu. Sudah lama tidak bertemu denganmu sepupu! Kau tidak pernah datang sejak kejadian yang menimpa adikmu." Sambut sosok berkacamata yang wajahnya lumayan mirip dengan Tom.

"Lama tak bertemu denganmu juga, Tyson. Aku semakin sibuk dengan bisnis gelap, lalu urusan pekerjaan legal semakin banyak." Kata Thomas

"Mereka bilang kau sudah mati. Aku penasaran kenapa kau masih bisa bebas dari para FBI itu. Apa kau menyuap tentara bayaran?" Tanya Tyson sambil tertawa.

"Tidak, anggap saja aku punya teman-teman yang membantuku."

"Tapi sungguh, masalah Nostra Santino makin dilupakan akhir-akhir ini. Apa yang kau perbuat saudaraku?" Tanya Tyson

Thomas langsung mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum.

"Kau memang selalu membuatku terkesan, jadi apa yang membuatmu datang ke tempat ini?" Tanya Tyson lagi.

"Aku butuh bantuanmu, untuk masalah Nostra Santino ini. Kamu tahu sendiri bahwa aku sudah menjadi mafia sejak lama, tapi kami tidak akan menyerang dengan terang-terangan. Jika ada saksi pun, kita langsung bunuh saksi itu. Jika ada rekaman CCTV pun kami akan meretasnya untuk menghapusnya."

"Lalu bagaimana kalian bisa ketahuan dengan berbagai bukti yang sudah kuat? Bagaimana cara mereka menemukan bukti itu?"

"Arthur Alfero mengkhianati dan mantan anggota kami Ronald Boston, keduanya mengkhianati kami. Mereka sebenarnya adalah kelompok The Black Hawk. Bodohnya kami, yaitu kami sudah mencium gerak-gerik mencurigakan dari Arthur tapi kami bahkan tidak berbuat sesuatu."

"Baiklah, aku akan membantumu. Dan ngomong-ngomong, public sudah mendengar kalau dalam waktu dekat kau dan para anggota mafiamu akan menuju pengadilan. Banyak orang yang percaya bahwa itu hanyalah berita bohong karena mereka menganggap kalian sudah mati. Tapi apakah itu benar?"

"Itu benar, tapi kami masih hidup. Dan pengadilan itu nantinya akan lebih tampak kepada saing mendiskusikan masalah daripada pengadilan sungguan. Singkatnya aku punya beberapa kenalan untuk memanipuasi mereka."

"Kalian semua masih hidup termasuk Luke Bernadeath? Tapi itu mustahil. Mereka sudah menunjukkan mayat Luke Bernadeath kepada semua orang."

"Dia juga masih hidup."

"Tapi ngomong-ngomong berita tentang markas yang digunakan untuk mayat Luke Bernadeath... Ah, sudahlah kau dan para anggota mafiamu memang nekat. Aku akan menemanimu ke pengadilan."

***

Rambut remaja laki-laki berambut pirang kecoklatan yang tadinya berdiri menjadi turun akibat melakukan perkelahian beberapa jam yang lalu. Kini dirinya tampak seperti Kevin.

"What the fuck?" Kata Marvin yang sedang berdiri di atas gedung ketika melihat ke bawah bahwa ada sebuah robot laba-laba besar berada di tengah jalan yang sepi.

Marvin langsung menoleh ketika mendengar drone miliik Steven terbang di dekatnya.

"Marvin! Perubahan rencana. Aku, Kevin, Harry, William, dan Christian akan ambil alih untuk urusan robotnya. Kau pergilah jemput Kenneth dan ambil alih urusan elang hitamnya. Lokasinya hanya beberapa blok dari sini."

"Baiklah aku akan turun ke bawah." Kata Marvin sambil melompat meruni gedung-gedung.

Sementara itu Kenneth baru saja memberikan buku perjanjian kepada anak buah Razel. Dan setelah mendapatkan buku itu, sosok itu langsung pergi menghilang. Bersamaan dengan selusin tentara bayaran The Black Hawk yang mencoba menembakinya dengan pelontar granat.

Sial! Bagaimana mereka bisa tahu?! Batin Kenneth sambil langsung berlari pergi dan menghindari dari tembakan mereka.

Kenneth yang masih melompati pagar dan apapun yang menghalanginya sambil berbelok ke arah gang-gang agar Ia tidak mudah dikenai. Ia juga melemparkan berbagai smoke agar tidak dikenai oleh mereka.

Terkadang tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang aman untuk sementara. Batin Kenneth sambil melihat ponselnya yang sedang menunjukkaan markas kecil The Black Hawk.

Beberapa menit pun berlalu.

Kenneth berhasil masuk ke dalam markas kecil itu dengan melumpuhkan beberapa orang saja. Saat ini dia sedang berada di balik pintu besi, di suatu ruangan dengan penuh uang dan beberapa berkas.

"Mereka tidak mengambil satu pun dollar." Kata salah satu pasukan The Black Hawk yang baru saja masuk ke ruangan itu diikuti oleh teman-temannya yang lain.

"Kita akan membaginya." Kata rekannya.

"Kita lakukan dengan cepat." Ucap orang terakhir yang memasuki ruangan itu sambil menutup pintu, tempat yang dibuat Kenneth untuk bersembunyi di baliknya. Beruntungnya orang itu tidak menyadari keberadaan Kenneth karena terlalu sibuk dengan uangnya. Sampai salah satu rekannya yang lain tidak sengaja menoleh ke belakang dan melihat Kenneth sedang berdiri di sana.

"Apa-apaan?!"

Mereka yang berada di ruangan itu langsung menatap Kenneth.

"Ehmmm hai?" Kata Kenneth yang sudah tidak tahu mau melakukan apa lagi.

Salah satu dari mereka langsung menyerang Kenneth, tetapi Kenneth dengan cepat meninju lehernya dua kali dengan keras sampai orang itu terjatuh ke bawah. Kemudian salah satu rekannya yang lain langsung mengeluarkan pisau dan menyerang bagian kepala Kenneth, tetapi dengan cepat Kenneth langsung menunduk dan menendang perut musuhnya. Dengan cepat musuh yang membawa pisau tadi menyerang Kenneth lagi, namun Kenneth langsung menangkisnya dengan tangannya. Dan langsung meninju kepalanya. Ketika musuhnya yang lain akan meninjunya dengan cepat Kenneth menangkapnya, dan menyikut perut musuhnya dengan keras. Kemudian Ia membanting musuhnya dengan keras, dan menendang kepalanya.

Musuh yang lainnya pun langsung menendang Kenneth, tetapi Kenneth dengan cepat langsung menangkap kakinya dan melemparnya hingga mengenai lemari senjata. Ketika musuhnya akan mengambil sebuah flash disk yang terjatuh dari sakunya dan kelihatannya sangat penting. Kenneth langsung menendangnya flash disknya ke atas, dan menangkapnya. Kemudian musuh yang lainnya langsung mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya kepada Kenneth, tetapi Kenneth lebih cepat menembakkan peluru-pelurunya terlebih dulu ke musuh-musuhnya di ruangan itu.

Setelah memasukkan flash disk ke dalam sakunya. Ia langsung melangkah keluar dari ruangan itu. Ketika Ia melangkah keluar, Ia langsung menabrak musuh yang lain, beserta disambut tembakan musuh lain dari arah lainnya.

Peluru-peluru itu nyaris mengenai kepala Kenneth, tapi beruntungnya Kenneth langsung menunduk, menghindar, dan dengan cepat memukul kepala musuh di depannya dengan pistol, dan menendangnya sampai terjatuh di lantai bawah. Keemudian Kenneth langsung berlari menghindar, ketika musuhya menembakinya lagi, dan membalas menembaki musuh itu tepat di dadanya.

Setelah itu musuh yang berada di lantai bawah langsung menembaki Kenneth yang berada di atas, tetapi Kenneth dengan cepat berlari menghindar, dan langsung, melompat turun ke bawah tepat ke meja billiard sambil menembaki musuh-musuhnya dengan kedua pistolnya.

Setelah mereka semua mati, seseorang langsung bertepuk tangan di belakang Kenneth.

"Kau sudah banyak belajar. Sekarang kau akan melawan bosnya." Kata Marvin sambil menunjuk beberapa meter dari Kenneth seorang pria besar gendut sedang berjalan menghampiri Kenneth sambil membawa tangga kayu. Kenneth langsung menarik pelatuknya dari pistol-pistolnya tetapi pelurunya telah habis.

"Mungkin sebaiknya kau serang dia duluan." Ucap Kenneth

"Apa kau gila? Tinggiku hanya 184 cm, sedangkan pria itu lebih dari 2 meter."

"Tinggiku hanya 171 cm, dan secara teknis kau lebih berotot daripada aku."

"Tapi kau kan lebih cepat daripada aku." Kata Marvin sambil berlari menendang pria gendut itu dengan kedua kakinya, namun Ia malah terjatuh ke bawah karena tendangannya tidak mempan. Pria gendut itu langsung memukul Marvin dengan tangga, tetapi Marvin dengan cepat menangkisnya dengan mengambil tangga lainnya. Kemudian Ia langsung bangkit dan melemparkan sebuah batu besar ke arah pria gendut itu, namun dengan cepat pria gendut itu langsung meninju batu besar itu sampai terpecah belah. Seketika itu Marvin langsung mengambil batu besar yang lainnya dan melemparkannya kepada pria gendut itu, namun pria gendut itu langsung meninjunya lagi sampai batu itu pecah. Kemudian pria gendut itu langsung meninju Marvin, dan membanting Marvin ke lantai dua kali dengan keras.

Ketika pria gendut itu mau meninju Marvin, Kenneth dengan cepat mengeluarkan tali yang mengikat ke tangan pria gendut itu, tetapi pria gendut itu langsung menarik tali itu dengan cepat sehingga Kenneth terjatuh ke lantai.Kenneth kemudian dengan cepat bangkit dan melompati pria gendut itu, dan bergerak cepat untuk menghindari serangan pria gendut itu, serta mengelilingi musuhnya tersebut untuk mempererat ikatan pria itu. Kemudian Kenneth menariknya, seketika itu Marvin bangkit sambil membawa batu besar dan memukul kepala pria itu sampai batunya pecah, bersamaan dengan musuhnya yang tumbang itu. Kenneth masih memperhatikan pria yang tergeletak itu.

"Temui aku di gang rahasia sebelah." Ucap Marvin

"Tapi bukannya kau sudah berada disini?" Tanya Kenneth, tetapi Marvin sudah hilang.

"Dapat kekuatan klonning ya?" Kata Kenneth sambil memutar bola matanya, dan berlari pergi menuju gang sebelah.

Tak lama kemudian Kenneth keluar dari terowongan bawah tanah, dan langsung menemukan Marvin yang sudah menunggu Kenneth di dekat lambhorgini advendatornya.

"Kenapa lama sekali padahal kau cepat?" Ucap Marvin

"Aku melihat berkas-berkas The Black Hawk terlebih dahulu... Intinya kita harus menemukan burung elang hitam milik The Black Hawk untuk mendapatkan informasi lebih rinci. Karena mereka meletakkan beberapa infromasil di rompi The Black Hawk itu." Kata Kenneth sambil masuk ke dalam lambhorghini milik Marvin, serta memberikan sebuah flash disk kepada Marvin.

"Aku sudah dengar soal burung itu dari Stephen. Tapi yang pasti, flash disk ini menyimpan informasi lebih daripada burung elang. Lebih baik kita biarkan paman Robert saja yang membuka benda kecil ini." Kata Marvin sambil menyimpan flash disk itu, serta bangkit berdiri dan masuk ke dalam lambhorgininya. Kemudian mengemudikan mobilnya dengan cepat.

***

Di suatu daerah bersalju, Victor yang mengenakan pakaian hitamnya berjalan mendekati Razel yang sudah menunggunya.

"Kau pasti Razel? Namaku Victor Wayne dan aku ingin menyampaikan kabar dari Kevin bahwa, Stephen menemukan robot-robotnya. Dan robot-robot itu sudah diserahkan kepada Robert Severus. Meskipun tidak semua robot bisa selamat, tetapi Stephen bilang bahwa ayahya, juga sudah membangun ulang dan memprogram ulang robot-robot gagal milik Abigail Thazaky untuk dijadikan pasukan cadangan perang."

"Lalu bagaimana dengan tim manusia yang mengunjungi anggota kelompok kelompok yang sangat berpengaruh itu?"

"Semuanya sudah beres dan diuurus, mereka semua menyutujuinya dan bersedia membantu. Aku juga sudah memberikan apa yang kau butuhkan seperti bukti, dan lain-lain kepada anak buahmu."

"Bagus, manusia seperti kalian memang bisa diandalkan."

"Apakah dengan bantuan mereka, Nostra Santino akan lepas dari segala hukum."

"Dunia ini adalah dunia yang mudah sekali untuk dimanipulasi, sebenarnya dengan adanya bantuan dari mereka sudah cukup. Hanya saja aku memanipulasi beberaa ari mereka dan mengendalikan pikiran mereka untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi."

"Jadi Nostra Santino sudah pasti bebas dari hukum nantinya? Lalu untuk apa dilaksanakan pengadilan yang akan dihadiri oleh mereka dalam waktu dekat?"

"Untuk menyebarkannya kepada public, tapi pengadilan itu sebenarnya lebih cenderung seperti pemungutan suara ataupun perundingan untuk mendiskusikan sesuatu."

"Kau selalu membuat dunia yang rumit ini tampak mudah."

"Dunia manusia memang mudah untukku. Tapi kalau duniaku sendiri sangat rumit. Meskipun lebh rumit beberapa abad lalu dengan adanya system yang kuat akan bertahan sedangkan yang lemah tak akan bertahan. Hampir dimana-mana kau akan melihat kekerasan. Aku memang bisa mengendalikan semua pikiran manusia di dunia ini tapi aku tak bisa mengendalikan pikiran setiap orang di Cycrotonictus. Saat ini di Cycrotonictus, manipulasi tidak akan berjalan semudah di dunia manusia. Satu-satunya yang bisa mengendalikan pikiran setiap orang di Cycrotonictus hanyalah Abaddon, dan Collins. "

"Jadi, pikiran siapa yang bisa kau kendalikan di Cycrotonictus?"

"Sebenarnya semuanya. Hanya saja aku tak bisa mengendalikan setiap pikiran keluarga kerajaan . Yah tergantung dari kekuatan orang itu ataupun orang yang lebih kuat dariku seperti Collins. Tapi efek pengendali pikiran punya batasan. Maksudku pengendali pikiran itu akan hilang dengan sendirinya aku tidak tahu pasti kapan, karena setiap orang berbeda. Tergantung dari seberapa besar kekuatan orang itu. Semakin kuat orang itu, maka semakin cepat pengendali pikiran itu hilang."

"Jadi, di dalam Cycrotonictus terbagi menjadi 5 posisi yaitu posisi rakyat biasa, bangsawan, keluarga kerajaan, kemudian raja, setelah itu kaisar?"

"Kurang lebih seperti itu, tapi kami lebih sering menyebut keluarga kerajaan dengan sebutan bangsawan juga."

"Jika aku menusukmu sampai berdarah, kau langsung sembuh dengan cepat seketika itu juga, bukan? Tapi kenapa jika kau dipukul oleh Diablo Cycrotonictus kau tidak akan pulih secepat tusukanku?" Tanya Victor

"Mau seberapa banyak senjata manusia ataupun para manusia yang memukuliku, aku akan cepat pulih. Tapi jika misalnya Diablo yang menyerangku. Aku tak akan pulih semudah itu. Semua orang di Cycrotonictus begitu, jika orang yang menyerang mereka lebih kuat daripada mereka ataupun sama-sama kuat, maka mereka akan membutuhkan waktu untuk pulih, tergantung dari seberapa parah lukanya. Tapi jika mereka diserang oleh seseorang yang lebih lemah dari mereka, maka mereka akan pulih dengan cepat." Kata Razel

"Apa kau benar-benar memanipulasi semua pikiran manusia-manusia itu?" Tanya Victor lagi

"Tidak semua, beberapa diantaranya kusuap dengan berlian. Cycrotonictus mempunyai banyak tambang berharga. Karena itu mudah bagiku untuk mendapatkan benda-benda yang berharga bagi manusia." Kata Razel sambil menghilang pergi.

***

"Burung elang hitam itu lebih besar daripada dugaanku. Apa yang Arthur berikan padanya setiap hari sampai Ia jadi sebesar itu. Mereka juga memakaikan burung elang itu rompi, sebagai juga menyimpan hard disk untuk data klien dan penjualan narkoba lainnya." Kata Kenneth sambil membuka kaca jendela mobilnya.

"Arthur memang gila. Kau tahu, burung elang itu digunakan untuk transaksi cairan-cairan aneh itu. Terkadang Ia menggunakan burung itu untuk transaksi narkoba. Karena kau tak akan melihat seekor burung elang dipenjara. Jadi, anggota The Black Hawk selalu bersih." Kata Marvin sambil memegangi setir mobilnya.

"Arthur memang cerdik." Ucap Kenneth

"Itu konyol, bodoh, dan illegal." Kata Marvin

Kenneth langsung bersiul sehingga burung elang hitam besar yang tadinya bertengger langsung menyambar sekotak cairan yang tak jauh dari mereka dan terbang menghampiri kaca jendela mereka sambil memberikan sekotak cairan itu dan menunggu mereka untuk membayar sekotak cairan itu.

"Kurasa aku siap. Aku hanya ambil itu?"

"Iya, hanya lakukan itu."

Grep!

Kenneth langsung menangkap burung elang itu dan seketika itu juga burung elang itu langsung bersuara seakan-akan meminta bantuan, sehingga suara dari burung elang itu menarik perhatian pengawas The Black Hawk yang akhirnya mencoba menembaki mereka, dan sisanya menyiapkan sepeda motor sport untuk menghampiri mereka.

"Sial! Kita harus pergi sekarang juga." Kata Kenneth yang masih memegangi burung elang itu agar tidak terbang kabur.

Marvin langsung memutar mobilnya dan langsung menancap gasnya sehingga mereka melaju dengan cepat.

"Tarik burung sialan itu!" Teriak Marvin sambil masih focus mengemudi.

"Aku mencobanya!" Kata Kenneth yang masih saja menarik burung elang yang masih saja mengepakkan sayapnya untuk kabur.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Tembakan mereka akhirnya mengenai bagian belakang mobil Marvin.

"Ahh! Sial!

Terlihat bahwa tepat di belakang mobil Marvin beberapa sepeda motor masih saja mengejar mereka.

"Ambil burung itu dan masukkan kepalamu ke dalam, Ken! Apa kau mau kepalamu tertembak oleh mereka?!" Kata Marvin yang masih saja melaju.

"Burung sialan ini sangat kuat!" Kata Kenneth yang masih memegangi kaki burung elang itu.

"Ken, kembali ke dalam mobil sekarang juga dan lakukan perlawanan!"

"Aku sedang mencobanya! Pelankan mobilnya jika kau tidak mau kepalaku putus karena tertabrak sesuatu!" Kata Kenneth yang masih saja menarik burung itu.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Lampu belakang mobil Marvin langsung pecah setelah ditembaki oleh mereka.

"Jika aku pelankan mobilnya maka mereka akan lebih mudah menembak kepalamu!" Kata Marvin sambil melaju dan menyalip semua kendaraan yang menghalangi mereka.

"Menyerah saja burung sialan!" Umpat Kenneth.

Tiba-tiba sebuah truk besar yang mengangkut tangki minyak berhenti di depan mereka sehingga Marvin dengan cepat membanting setirnya ke kiri dengan tiba-tiba sambil menembaki truk itu dengan pistolnya sampai meledak dan mengenai beberapa pengendara sepeda motor yang mengejarnya. Bersamaan dengan Kenneth yang berhasil menarik burung elang itu ke dalam dan memasukkannya ke dalam kurungan.

"Akhirnya bajingan ini tertangkap juga." Ucap Kenneth sambil mengambil TrackingPoint Guns dan mengeluarkan setengah badannya lewat jendela mobilnya. Kemudian menembaki mereka. Para pengendara sepeda motor yang mengejar mereka langsung terjatuh dari sepeda motornya karena tembakan Kenneth. Tapi sisanya membalas menembaki Kenneth juga. Sayangnya tembakan mereka hanya mengenai spion Marvin. Karena salah satu dari pengendara motor itu terlalu sibuk mengejar mereka, maka Ia tidak memperhatikan sekitarnya sampai pengendara motor itu tertabrak oleh mobil yang sedang melaju dari arah lain.

"Aku cinta perjalan ini!" Kata Marvin sambil tertawa dan berbelok dan melaju lebih cepat.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Salah satu dari tembakan mereka akhirnya mengenai bahu kanan Kenneth.

"Aggghhh!! Sialan!" Umpat Kenneth yang langsung kembali masuk ke dalam mobil sambil memegangi bahu kanannya.

"Mereka tidak menyerah, sulit mati, dan masih saja mengejar kita. Mereka semakin dekat" Kata Kenneth sambil menoleh ke belakang ketika melihat ada pengedara sepeda motor yang sudah berada di samping Kenneth dan bersiap untuk menembak mereka.

"Jangan khawatir aku bisa mengatasi ini." Kata Marvin sambil menghantamkan mobilnya ke arah sepeda motor itu sehingga sepeda motor itu terjepit oleh dinding dan mobil Marvin. Bersamaan dengan Marvin menembaki kepala pengendara itu dengan menggunakan pistolnya. Sehingga cipratan darahnya mengenai Kenneth.

"Menjijikkan!" Kata Kenneth sambil mengusap matanya yang terkena cipratan darah.

"Hahahahaha, maaf Ken." Kata Marvin sambil tertawa.

"Oh sial!" Ucap Kenneth ketika Ia melihat sebuah mobil yang mengejar mereka mengeluarkan machine gun.

"Menunduk!"

Mobil mereka ditembaki tapi beruntungnya tidak ada yang terkena tembakan dari machine gun itu, karena Marvin memutar arah mobil mereka sehingga musuh mereka terpaksa menghentikan tembakan machine gunnya. Di saat itu lah Kenneth mengambil pelontar granat dan menembaki mobil tersebut sampai meledak.

"Ada yang semakin dekat. Bahuku sudah tidak sanggup digerakkan lagi." Kata Kenneth yang melihat sebuah pengendara sepeda motor yang sudah berada di samping mereka.

"Ini mudah hahahahaha." Kata Marvin yang tertawa layaknya psikopat sambil menghantamkan mobilnya ke sepeda motor itu sehingga pengendara motor itu langsung menghantam kendaraan lain.

"Jumlah mereka terlalu banyak! Bukankah mereka terlalu berlebihan hanya untuk mengambil seekor burung elang kembali?!"

"Aku punya solusinya." Kata Marvin yang tertawa sambil membelokkan mobilnya dan meaju ke arah jembatan yang putus.

"Marvin! Jangan mencoba melakukannya!" Kata Kenneth yang sangat panik.

Marvin masih saja tertawa dan makin menancap gasnya sampai akhirnya mobil mereka melompat melewati jembatan putus itu.

"AGGGGHHHH KITA AKAN MATI!!" Teriak Kenneth

Mobil itu akhirnya mendarat ke tol bagian bawah dan terguling sehingga mobil Marvin penyok dan mengeluarkan asap.

"Kau gila Marvin!" Kata Kenneth sambil keluar dari jendela yang terbuka dari lambhorghini Marvin.

"Hahaha. Aku rasa itu sedikit bodoh." Kata Marvin yang juga menyusul keluar.

"Kau hampir membunuh kita!"

"Dengar, aku minta maaf, aku sedang memancimencoba kabur dari mereka dan aku hanya ingin-

Brummmm!!! Salah satu dari sepeda motor yang mengikuti mereka berhasil menyusul mereka dan melaju cepat ke arah Kevin.

Buakkk!!

Marvin langsung terjatuh setelah kepalanya dipukul dari belakang menggunakan tongkat baseball oleh seorang pengendara sepeda motor.

"Orang itu nekat juga untuk sampai kesini!" Kata Kenneth sambil langsung mengambil pelontar granat dari dalam mobil Marvin.

"Sialan! Apa masalahmu bung!"Kata Marvin sambil bangkit berdiri dan mengejar sepeda motor itu sambil menembakkan pistolnya kepada pengendara sepeda motor yang masih melaju dengan sepeda motornya. Namun, tembakan Marvin yang mengenai punggung pengendara itu sia-sia karena Ia memakai rompi anti peluru.

"Sialan kau!" Kata pengendara sepeda motor itu sambil menembakkan peluru-peluru dari sebuah pistolnya tepat ke arah Marvin sehingga peluru-peluru itu mengenai lengan dan kaki Marvin.

"Bajingan! Orang sialan!" Umpat Marvin yang kini tergeletak sambil memegangi lengannya yang tertembak dan menahan rasa sakit dari kakinya yang tertembak.

"What the fuck!" Teriak Kenneth sambil menembaki sepeda motor orang itu dengan pelontar granat sampai meledak. Setelah itu Ia langsung menghampiri Marvin yang terluka dan menyeret Marvin ke tempat yang lebih aman.

"Ken, coba lihat lenganku. Apa aku baik-baik saja? Ayahmu kan pernah belajar medis."

"Aku tidak tahu, coba kulihat." Ucap Kenneth sambil melihat luka Marvin.

"AAACCCKKKK!!! Mengerikan!" Kata Kenneth panik sambil berlari pergi dengan wajah tidak tenang.

"Kenneth Changretta! Kembali kesini!" Teriak Marvin yang masih memegangi lengannya.

"Kau tertembak!" Teriak Kenneth yang masih saja berjalan pergi.

"Aku tahu, bajingan! Kau juga tertembak tetapi kau menjauhiku!"

"Itu karena lukamu lebih parah dan mengerikan!" Kata Kenneth yang masih saja menjauh dari Marvin.

"Kenneth kembali kesini dan Jadilah pria jantan!"

"Aku bukan pria! Usiaku baru saja 15 tahun!"

"Masa bodoh! Sekarang telfonkan dokter pribadiku dan ambil burung sialannya dari mobilku!"

***

"Apa kalian gila?"

"Inikah ksatria-ksatria yang akan memenangkan perang? Ramalannya pasti 1000% salah! Kita sudah diambang kehancuran! Aku rasa masa depan yang tak terhindar itu benar-benar menjemput ajal kami semua sebentar lagi." Kata Colossus ketika Ia melihat para anggota Nostra Santino dipukuli, dan seakan-akan kalah total dalam latihan di masing-masing ring.

"Memang kau melatih mereka menjadi lebih baik daripada sebelumnya, tetapi untuk menjadi seorang ksatria dibutuhkan waktu lebih sari bertahun-tahun untuk menjadi ksatria yang hebat! Dan mereeka tak lebih dari mantan manusia Kemampuan mereka masih saja seperti prajurit!" Kata Colossus lagi.

"Seperti prajurit, huh?" Ledek Razel ketika para anggota Nostra Santino kini membalas melawan.

"Mereka sudah melakukan yang terbaik." Kata Ivy

"Mereka sudah siap bertempur di medan perang." Kata Leo ketika melihat setiap anggota Nostra Santino yang kini sudah mengalahkan lawannya.

"Kalah diawal, menang diakhir." Kata Rael

"Tetap saja kita tak boleh meremehkan pasukan Collins."

"Apakah kau tahu berapa banyak peraturan yang sudah kalian langgar?!"

"Aku tidak tahu, mungkin 100?" Kata Rael sambil tertawa dan tidak menganggap perkataan Colossus serius. Sedangkan Ivy hanya menahan tawa.

"Kau pikir ini permainan?"

"Ya, ini permainan. Permainan pura-pura kau ingat?" Balas Leo sambil menyeringai.

"Sudah cukup dengan kegilaan kalian! Kalian akan diasingkan dari Cycrotonictus!"

"Hei bajingan! Kau pikir siapa dirimu? Kau bukan kaisar yang seenaknya akan mengusir kami dari Cycrotonictus. Kau adaah raja yang paling tidak becus yang aku pernah temui di Cycrotonictus. Bahkan Astinos Haxes masih becus menjadi seorang raja meskipun dia pengkhianat. Seharusnya kekuasaanmu turun kepada Leo. "

BLAARRRR!!! Petir langsung keluar dari tangan Colossus dan menyerang Rael sampai Ia terpental beberap meter.

"Kau mau bertarung pak tua? Ayo bertarung! Akan kukalahkan kau seperti keparat gila yang tidak becus akan posisinya!" Kata Rael langsung bangkit sambil mengeluarkan sabit mautnya

"Hentikan pertarungan bodoh ini. Lebih baik kita membahas perang karena hanya kau satu-satunya raja yang belum kuberi strategi perang." Kata Abaddon yang masih dalam wujud Draco dengan bayangan hitam yang mengelilinginya.

"Tidak mungkin. Abaddon masih hidup?"

"Legenda itu nyata, pak tua."

"Yah, Colossus. Kaisarmu ini masih hidup. Selama aku ada di sini. Akulah yang akan menguasai semuanya."

***

Charles duduk dengan jas hiamnya disertai beberapa wanita disebelahnya. Melihat hal itu, Steven yang baru saja datang, langsung membuka mulutnya.

"Ada apa denganmu hingga kau menyisir rambutmu hingga rapi? Biasanya kau tak pernah menyisir rambutmu? Dan apakah gadis-gadis ini pacarmu? Aku kira kau hanya setia kepada Annie?" Tanya Steven sekaligus meledek Charles.

Charles hanya tertawa kecut sambil meminum whiskeynya setelah mendengar ledekan Steven.

"Ada keperluan apa kau memanggilku, Charles?" Tanya Steven lagi

"Apakah kau mendengar kabar tentang Draco, Charlie, dan anggota Nostra Santino lainnya?"

"Kudengar Draco bangkit dari kematian, dan bertambah kuat-

Perkataan Steven langsung terpotong, dan senyuman candaan Steven menghilang, karena menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Kau ada disana, saat Tony membicarakan mereka. Bagaimana kau bisa tidak tahu? Seharusnya aku merasakan ikatan keluarga diantara kita. Tapi saat bersamamu, aku tidak merasa ada ikatan apapun. Awalnya kukira kau menggunakan semua keanehan ini sebagai lelucon, tetapi tenyata tidak. Kau bukan Charles."

"Hmmm, Tony Eugene Kingstone. Nama kakak yang paling tua dan terkuat diantara kalian, bukan?" Tanya Collins yang berwujud Charles

"Collins Sialan!" Bentak Steven sambil mengeluarkan rantai untuk menyerangnya, setelah itu dia mengeluarkan ledakan foton untuk menyerangnya, tetapi Collins dengan mudah menangkis itu semua.

Steven yang masih terlihat tidak percaya, langsung mengeluarkan kekuatan kegelapannya lagi dan menyerang Collins, tetapi tiba-tiba tubuh Steven sama sekali tidak bisa digerakkan. Dan perlahan-lahan pikirannya menjadi kosong, matanya mulai menjadi hitam. Sekali lagi Ia menjadi boneka Collins.

Waktu pun berlalu

Vlad kini masih menarik tangan Annie dengan kasar dan membawanya ke suatu ruangan.

"Kenapa kau lakukan ini?"

"Aku tidak tahu, tetapi Charles menyuruhku untuk melakukannya, tidak peduli kau suka atau tidak." Kata Vlad dengan ekspresi marah sambil mengunci Annie di suatu ruangan yang penuh dengan cermin itu.

"Annie!" Kata Bill sambil menghampiri adiknya itu.

"Bagaimana kau bisa disini bersama May?" Tanya Annie

"Aku tidak tahu permainan apa yang Vlad mainkan. Aku juga tidak tahu apa yang Vlad mau dariku. Tetapi Vlad mengunciku disini tanpa alasan. Sudah kukelilingi ruangan ini, tapi aku tidak bisa menemukan jalan keluar. Dindingnya bahkan terbuat dari baja." Kata Bill

"Tapi Vlad bilang padaku dengan ekspresi marah dan tidak senangnya, bahwa Charles yang menyuruhnya. Tapi, Charles tidak mungkin melakukan ini, kan?" Tanya Annie

"Kurasa Charles mengatakan sesuatu kepada Vlad sehingga membuat Vlad marah dan melakukan ini?" Kata Bill

"Aku rasa begitu-

Prang! Prang! Prang! Prang! Prang Prang!

Cermin-cermin disekitar mereka langsung pecah dan menusuk mereka. Bersamaan dengan sebuah bayangan hitam yang mulai muncul membentuk sebuah sosok, yang tak lain adalah Steven.

"Senang bertemu dengan kalian..." Sapa Steven sambil menyeringai seperti psikopat sambil menusukkan kedua pedang kegelapannya ke jantung mereka dan mengeluarkan ledakan foton yang besar, hingga membuat tempat itu meledak.

Sementara itu Charles yang berada di meja kerja langsung bergetar hebat.

Aku bisa merasakannya. Annie dan Bill, orang-orang yang paling aku cintai mati. May, dan Sam juga tiada...

"Aku akan membunuhnya!" Bentak Charles yang matanya kini menjadi hitam.

Waktu pun berlalu, terjadi pertarungan brutal antara Charles, dengan Steven. Hampir semuanya hancur lebur berkat pertarungan mereka. Sudah dapat dikatakan bahwa Steven kalah dalam peperangannya melawan Charles. Bersamaan ketika Steven kalah, kesadaran Steven mulai kembali. Tetapi meskipun Steven kalah, Charles tetap tidak peduli. Ia tidak akan berhenti menyerang Steven, sampai Steven mati. Tetapi beruntungnya, Steven tidak mati di tangan Charles, karena diselamatkan oleh Tony, Eliott, dan Vlad. Mereka bertiga berhasil membuat Charles yang berwujud naga Darius pergi lewat lautan. Meskipun pada akhirnya dia harus menghancurkan sebagian besar daerah sekitarnya terlebih dahulu, sebelum pergi ke lautan.

***

Abaddon... Kurasa karena aku sudah lama tinggal di tubuh Charles, dia bisa menggunakan separuh kekuatanku. Charles masih menggila setelah kematian kakak angkatnya, kekasih dan sahabatnya. Dia menghancurkan semuanya, dia menjadi tak terkendali. Collins masih tidak ditemukan, tapi kabar baiknya Steven masih hidup, dan berhasil diselamatkan oleh Tony, Eliott, dan Vlad. Saat dimanipulasi oleh Collins. Steven melihat sekilas pikiran Collins tentang melaksanakan dua peperangan yaitu perang di dunia manusia, dan perang di Cycrotonictus agar ketika dia menang, dia bisa menguasai dua dunia sekaligus. Menurutku, tujuan Collins memanipulasi Steven untuk membunuh ketiga orang kesayangan Charles adalah untuk menimbulkan konflik diantara mereka yang membuat mereka saling membunuh satu sama lain. Mungkin kita harus peringatkan yang lain untuk tetap waspada dan-

Perkataan Darius kepada Abaddon yang masih berwujud Draco menjadi terpotong karena Laura yang tiba-tiba muncul, menyebabkan mereka berdua menoleh ke arah Laura.

"Draco! Bisa bicara sebentar?" Tanya Laura yang mendekat ke Draco.

"Aku pergi dulu." Kata Darius sambil menghilang dan menyisakan es dan butir-butir salju disekitarnya.

"Aku sudah bilang, aku bukan Draco. Aku adalah Abaddon."

"Draco yang kukenal ada didalam sana. Dan aku tidak apa kau mendengarku atau tidak. Tapi aku harap kau mendengarku... Draco, selama ini aku tak bisa memandangmu hanya sebagai sahabat. Aku tak bisa mengatakan apa yang kurasakan padamu, karena kita hanyalah sahabat. Kau bisa melawannay, Drac. Aku tahu kau berbuat banyak kesalahan, tetapi itu tidak apa. Karena para teman-temanmu, sahabatmu, dan kakakmu menerimamu pa adanya. Kau masih punya orang-orang yang menyayangimu. Mereka membutuhkanmu. Mereka hanya mau mendengarkan, Draco. Hanya kau yang bisa memimpin kita semua. Mereka butuh Draco Kingstone. Aku butuh Draco Kingstone. Tak ada orang yang bisa menggantikan Draco. Hentikanlah semuanya ini, karena hanya kau yang bisa menghentikan semua ini. Hanya kau harapanku, harapan kami semua. Setiap kali, aku melihatmu, hatiku seakan-akan tak mau berhenti berdebar, apalagi jika aku berada didekatmu. Kau membuatku merasa dekat, aku tak butuh apapun, karena hanya kau yang aku butuhkan. Setiap kali kita bercanda, aku semakin jatuh hati kepadamu." Kata Laura dengan sungguh-sungguh.

Suara familiar itu? Laura! Aku harus keluar dari tempat gelap ini!

Kau membunuh semua orang, kau harus bunuh dirimu sendiri untuk menghentikanmu, jadi kau tidak bisa menyakiti orang lain.

Aku dulu mendapatkan darah kotor di tanganku karena aku dulu bersenang-senang dengan aib lain. Tapi kini aku tahu darah siapa yang harus ada di tanganku.

Semua tindakan ada konsekuensinya. Lindungi yang berharga sebelum terlambat. Kau sudah membuat kesalahan berulang kali. Kau bisa membahayakan semua yang kau miliki.

Draco yang masih bungkam dan menatap Laura dengan ekspresi datar langsung membelalak ketika Laura menciumnya.

Aku butuh hidupku kembali, aku punya sesuatu untuk dilakukan, hanya satu kesempatan lagi, aku harus melarikan diri dari ruangan hitam ini, aku perlu melihat mereka sekali lagi. Biarkan aku melihatnya lagi. Keluar dari tubuhku Abaddon!

Laura melepaskan ciumannya, bersamaan dengan mata yang tadinya sepenuhnya hitam menjadi berwarna hijau seperti semula.

"Laura?" Kata Draco dengan ekspresi senang tapi kemudian ekspresi itu berubah menjadi marah.

"Apa yang yang kau lakukan?!" Bentak Draco

"D-draco?"

"Ya! Ini aku! Anak sialan dari Rossie Krystall yang jalang!"

"Kenapa kau seperti ini?" Tanya Laura yang tidak mengerti.

"Karena kau seharusnya tidak memberikan nyawamu pada Demos!" Bentak Draco

"Kalau bukan aku, maka siapa lagi yang akan menjual nyawanya hanya untuk nyawamu?!" Balas Annie

"Tidak ada yang perlu mengorbankan nyawanya hanya untuk anak tak berguna sepertiku!"

"Apa kau mengharapkan mereka berdua? Michael dan Felix masih layak untuk hidup normal!" Bentak Laura

"Jadi kau sendiri tidak layak?! Kau lebih layak daripada aku! Kau tidak perlu repot-repot melakukannya untukku! Aku dilahirkan untuk menjadi kiamat bagi kaumku dan kaummu! Bukannya kau bilang kau ingin hidup dan menghabiskan waktumu dengan ayahmu?! Kenapa kau melakukannya?! Kenapa Laura?! Katakan!!!" Bentak Draco

"Karena aku mencintaimu!!!"

"Berhentilah mencintaiku!!! Orang-orang banyak berbuat bodoh karena dibutakan oleh cinta! Hanya orang bodoh yang jatuh cinta!"

"Aku tak bisa Draco! Aku mencintaimu sejak aku mengenalmu! Aku tak bisa berhenti mencintaimu ketika kau menunjukkan senyumanmu, tertawa bersama, bercanda bersama, dan kau selalu ada untukku ketika aku membutuhkanmu. Aku tak bisa mengeluarkanmu dari kepalamu. Aku melakukan semuanya untukmu! Aku meninggalkan apapun yang kau tidak sukai, aku senang melakukannya, dan aku tak mengeluh karenamu. Memang kusadari aku tidak sebaik yang kau kira dan aku bukanlah orang penting. Kupikir kau akan mencintaiku, Drac." Kata Laura sambil menahan air matanya.

"Sayang sekali Laura, aku dulu hanya mencoba bersikap baik untukmu, bukan untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Aku tak bisa merasakan apapun. Jika kau mau Draco yang polos, lemah, dan masih bersenang-senang. Sayang sekali anak itu sudah lama mati." Kata Draco dengan dingin.

Plak!

Tamparan keras mengenai wajah Draco. Tapi anak setinggi 178 cm itu hanya diam, dan menatap Laura dengan tajam.

"Bisakah kau setidaknya menghargai apa yang selama ini aku lakukan untukmu?!" Bentak Laura yang kini sudah mengalirkan air matanya.

"Aku tidak pernah memintamu untuk melakukan semua itu untukku." Ucap Draco dingin.

"Kau berubah Draco. Kau bukanlah orang yang kukenal dulu." Kata Laura yang masih menahan air matanya, meskipun beberapa tetes air mata sudah mengalir.

"Aku sudah bilang, anak itu sudah mati. Apakah kau sekarang menyesal telah membangkitkanku kembali?" Tanya Draco dengan wajah datarnya.

"Tidak, jalani hidupmu dengan baik. Terimakasih sudah selalu berada disisiku dulu." Kata Laura sambil melangkah pergi dan mengalirkan air mata yang semakin deras.

Sedangkan Draco hanya menatap kepergian Laura dengan ekspresi datarnya.

It's hurts when you realize you aren't as important to someone as you though you were.

Jleb! Sebuah pedang langsung menusuk dari belakang Draco, dengan cepat darah yang tadinya keluar merah menjadi hitam di perut Draco. Leher Draco juga sama sekali tidak bisa menoleh ke belakang karena ditahan oleh bayangan hitam itu.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Darah hitam langsung keluar dari mulut anak itu. Draco langsung terjatuh hanya dengan ditusuk sekali oleh pedang itu. Rasanya tubuh Draco melemas dan panas. Draco sama sekali tidak bisa menggerakkan satupun anggota badannya karena Ia seakan-akan ada yang menahannya. Kemudian seseorang mengeuarkan kekuatan gelap dengan memegang kepalanya.

"Arggghhh!!!"

Seketika mata Draco kembali menjadi hitam.

Rasanya lebih sakit daripada kematianku yang pertama. Aku tidak akan mati lagi! Batin Draco

Tom sedang asik berbincang dengan Ray yang berada di sebuah toko tak berpenghuni. Kemudian Tom langsung merasakan ada sesuatu yang muncul di beberapa bagian tubuh Tom. Ray yang melihat leher Tom seakan muncul sesuatu berwarna hitam, langsung berfikir bahwa ada yang salah dengan Tom.

"Aku merasa aneh." Ucap Tom sambil menghentikan langkahnya. Bersamaan Tom yang merasa kesakitan karena seakan-akan kekuatannya digerogoti oleh sesuatu. Bayangan itu bertambah besar dan memisahkan diri dari tubuh Tom. Setelah bayangan itu memisahkan diri, Tom menjadi lega, sekaligus bingung. Karena bayangan itu saat ini mejadi Draco yang terluka di perutnya.

"Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Ray kepada Draco yang sedang kesakitan memegangi perutnya.

"Seseorang menusukku dan aku sekarang... aku seakan-akan mempunyai kekuatan yang makin berlebih. Aku rasa aku kenal sosok itu. Dia berbicara dalam hati, dan aku mendengarnya."

"Apa kau sepertinya kenal suara itu?" Tanya Tom

"Maximus Kingstone, kakekku sendiri. Tapi kenapa dia menusukku. Argghh, sakitnya masih terasa. Aku tidak bisa menyembuhkan lukaku lebih cepat." Kata Draco

"Bagaimana kau bisa keluar dari dalam tubuhku?" Tanya Tom

"Aku juga bisa melakukan itu kepada seluruh Kingstone karena kami sedarah. Tapi, di saat pertama kali aku masuk Nostra Santino, setiap anggotanya pasti meminum darah anggota lainnya. Jadi bisa dikatakan, kita ini terhubung." Kata Draco

Ray pun mendekati Draco dengan salah satu matanya yang bertambah biru.

"Kekuatanmu makin terasa kuat, begitu juga dengan energimu." Ucap Ray

"Itu berarti-

"Kakekmu memberikan sebagian kekuatannya kepadamu." Ucap Ray

"Kenapa dia melakukan itu?" Tanya Draco kepada dirinya sendiri.

"Kita harus pergi, sebelum ada orang yang melihat kita. Aku juga harus mengantar Jacob pulang ke rumah, sebelum istriku membunuhku." Kata Tom sambil membuka kompasnya, serta menggandeng tangan mereka berdua, dan pegi menghilang.

***

"Jika iblis itu sudah tinggal di dalam tubuhmu, maka tubuhmu juga ikut memiliki kekuatan yang sama seperti raja iblis yang pernah tinggal di dalammu. Semua itu hanya bekerja untuk keluarga Kingstone saja. Jika iblis itu tinggal di dalam manusia ataupun bangsawan lain, maka mereka akan mati." Kata Diablo yang kini berwujud manusia berambut hitam.

"Kenapa?"

"Sudah kubilang sudah seperti itu perjanjian ketiga raja iblis dengan kaisar." Kata pria berjas itu.

"Apakah kau benar-benar tidak mau membantuku kami?"

"Untuk apa? Dia itu ayahmu. Dan masalahnya aku benci kepada ayahmu yang terlalu ikut campur pada urusanku di masa lalu. Meski aku menghormati kakekmu, bukan berarti aku akan bermurah hati pada anaknya yang paling tidak berguna." Kata Diablo

"Baiklah, aku mengerti."

"Aku heran kenapa kau tetap menyelamatkannya meskipun dia sudah melakukan perbuatan yang salah kepadamu? Dia sering meninggalkanmu, aku tahu kau punya memori menyenangkan bersama dengan ayahmu, tapi itu tak sebanyak anak-anak normal lainnya. Faktanya, kebanyakan dia selalu taka da disana. Faktanya dia selalu meninggalkanmu. Jika saja dia tidak mengambil batuku dan batu Darius, mungkin semua ini tak akan terjadi." Tanya Diablo

"Bagaimana pun juga dia ayahku, jadi aku harus menyelamatkannya. Mungkin ayahku banyak membuat pilihan yang salah tapi dia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik dengan caranya sendiri. Apakah kau bahkan punya ayah Zurtmotrius?"

"Aku membunuhnya, demi tahta kerajaan. Aku juga membunuh seluruh keluargaku demi dapat menguasai The Hellworld."

"Kenapa?"

"Saat umurku masih sangat muda, di Cycrotonictus ada sistem...

Diablo diam sejenak sambil menatap ke bawah.

"Sistem apa?" Tanya Draco

"Hanya yang kuat akan bertahan, sedangkan yang lemah tidak akan bertahan. Cycrotonictus adalah dunia yang keras dulu. Aku membunuh mereka, bukan hanya karena kekuasaan. Tapi aku hanya tidak mau menjadi orang yang tertinggal di belakang mereka, lemah, menyedihkan, dan terkucilkan. Aku hanya ingin bertahan hidup. Aku hanya ingin diakui karena aku tidak ingin dibuang. Jadi, aku membuang semua empati, simpati, dan cinta saat sistem itu berlaku. Lalu aku membunuh mereka semua."

"Bagaimana perasaanmu setelah membunuh mereka? Apa kau menyesal ataupun sedih?"

"Tidak, aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. Aku hanya merasakan kekosongan. Rasanya hampa, gelap, dan seperti merasa kesepian. Saat aku membunuh mereka dan akhirnya beritanya tersebar luas, aku naik tahta. Abaddon mengenalku, dia memujiku, dan mempercayaiku. Entah kenapa rasanya aneh sekali." Kata Diablo

"Setelah kejadian itu dan sudah beberapa abad berlalu , kau merasakan perasaan-perasaan itu lagi, kan?" Tanya Draco

"Ya, pada wanita iblis yang sadis pada era itu."

"Sepertinya sama-sama psikopatnya denganmu. Jadi ketika kau menemukan orang yang mengerti dirimu, dan sama denganmu. Maka, kau seakan-akan merasa kalian cocok. Maksudku kalian pasti adalah duo terbaik dari hellworld di era kalian saat itu. Entah kenapa seakan-akan kau merasakan chemistry yang kuat di antara kalian." Kata Draco

"Kurang lebih seperti itu. Tapi bagaimana kau tahu?" Tanya Diablo

"Aku pernah merasakannya. Tapi hanya karena kita kehilangan satu hal itu tidak akan membuat kita kehilangan segalanya. Terkadang kita harus merelakan kepergian seseorang." Kata Draco tersenyum miring sambil menghilang pergi.

***

"Use your power to find us and lead us."

"I will try my best."

"Aku penasaran kepadamu, Drac. Kenapa kau mengajak idiot itu?" Kata Robert sambil menunjuk ke arah Vincent.

"Mungkin karena Vincent punya selera humor yang tinggi daripada kau." Ledek Luke kepada Robert

"Bajingan, selera humor Vincent mengerikan. Entah kenapa, aku lebih suka saat kau mati. Suasana menjadi lebih tenang." Balas Robert

"Kau seharusnya mengajak Charlie daripada Robert yang pemarah." Ledek Vincent

Draco langsung menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah mereka bertiga dan menghembuskan nafas panjang.

"Setelah kalian berlatih dari Cycrotonictus dan pulang ke bumi untuk sementara. Beberapa dari kalian langsung pulang ke rumah untuk menemui keluarga kalian. Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti dunia yang kalian inginkan, dunia yang dipenuhi cinta dan keluarga. Kalian sepertinya sangat bahagia ketika hidup di dunia itu." Kata Draco, yang kemudian diam sesaat.

"Charlie pulang kepada Victoria, untuk berbicara soal pernikahannya yang ditunda, dan mungkin pernikahannya yang tak akan terjadi jika kita kalah perang. Karena sudah jelas, kita semua akan mati kalau kalah dari Collins. Dan tentunya dia harus berbicara yang sejujurnya kepada Victor Grayne kalau dia menikah dengan Victoria nanti." Kata Draco lagi

"Mereka akan menikah? Wow, anak itu tumbuh begitu cepat." Ucap Luke

"Kau tak mau menyusul menikah juga, Drac?" Canda Vincent

"Bajingan, dapat pacar saja belum. Kau mau menyuruhku menikah dengan siapa? Denganmu, hah? Aku bisa gila, kalau punya istri sepertimu." Balas Draco

BLARR!!

Badai es menghantam dinding es dan menyerang ke arah mereka. Draco dengan cepat, mengeluarkan badai apinya di sekeliling mereka agar mereka tak terkena badai es itu.

Tubuhku tiba-tiba tak bisa bergerak!

Matilah aku! Ini jebakan!

Seketika itu, mereka terjatuh dan tubuh mereka terkena tusukan tusukan es yang besar.

"Apa kalian baik baik saja?!" Tanya Luke yang masih tertancap tusukan es itu.

"Kau buta ya?!?! Apakah kami terlihat seperti baik baik saja!?" Bentak Robert

"Aku cuman mengingatkan kita harus segera melepaskan diri kalau tidak-

"Ya! kami baik baik saja hanya saja dadaku berlubang, hahahahahaha..."

"Bocah gila! Sudah jelas jelas dalam situasi seperti ini kau tertawa?!" Bentak Robert kepada Vincent

Tubuhku tiba tiba menjadi membeku sialan!! Batin Draco

Duar!

Dinding es dihadapan mereka pecah dan muncullah Darius.

"Hahaha... k-kadal besarnya keluar juga... " Ucap Vincent

"K...kalau tidak melakukan sesuatu... kita bisa bisa dimakan seperti es krim dan... mati konyol..." Kata Luke

"B...bagaimana rasa...nya dibekukan...s-seperti kena karma bukan?" Ledek Vincent kepada Robert

"S-sialan...disaat kita mau mati... kau sama saja seperti ini ke...parat!"

"Bocah api! Cuman kau satu satunya harapan...kita." Kata Luke

"Tapi tanpa Diablo... apakah mereka masih mengikuti perintahku?"

"Tak ada salahnya mencoba, bukan?"

"Aku memanggilmu makhluk makhluk neraka!" Ucap Draco seketika itu makhluk makhluk neraka bangkit dan membantunya. Ia juga sambil berubah menjadi tengkorak berapi dan melenyapkan es yang ada.

Duar!

"Sial! Charles akan kembali ke dasar laut!"

"Tak akan kubiarkan!" Ucap Draco sambil membuat seluruh lautan beku beserta kaki dan tangan Charles.

Robert langsung mengeluarkan uap asap dan beberapa kabut tebal agar Charles tidak bisa melihat. Vincent yang terbebas dan mengeluarkan badut-badut menyeramkan yang membawa rantai dari balik es untuk menahan Charles yang berwujud Darius itu. Sedangkan Luke menyerangnya dengan gelombang radiasi dan ultrasonic. Tak lama kemudian Robert langsung memanipulasi nafas dan emosi Charles.

Seketika itu Draco langsung mengeluarkan lingkaran sihir dari tangannya dan menyegel kekuatan Darius, dengan wujud rantai-rantai berwarna hitam yang mengelilingi tubuh naga itu. Bersamaan dengan tulisan-tulisan kuno yang sangat panas, melekat dalam seluruh tubuh Charles. Kemudian Draco mengeluarkan lingkaran sihir lagi dan menyerang Charles dengan sekali tebasan, wujud Charles langsung berubah kembali menjadi manusia. Setelah itu Ia langsung mengguakan sedikit kekuatan hitamnya untuk membuat ilusi mimpi sehingga Charles tidak akan bangun.

"Vince, gunakan kekuatan teleportasimu untuk membawa ayah pergi. Aku harus pergi ke suatu tempat." Kata Draco sambil langsung menghilang.

Tak lama kemudian Draco muncul sambil memanipulasi gravitasi di sekitarnya agar Ia tidak terjatuh ke bawah dalam kata lain bisa dibilang dia seakan-akan terbang.

Setelah itu Ia membuat kolam renang di sekitarnya menjadi beku.

"Kulihat kau sudah memakai kekuatanmu dengan baik." Kata Diablo yang berada di depannya.

"Ini tidak seberapa jika dibandingkan kekuatan Collins, aku akan kalah total."

"Tenang saja, aku akan melatihmu. Aku berjanji pada akhirnya dia akan tunduk padamu. Collins sering kali memanipulasi pikiran dan menggunakan ilusi. Akan kuaari bagaimana caranya tidak akan jatuh dalam jebakannya." Kata Diablo

***

Charles duduk di rerumputan sambil memetik satu demi satu kelopak bunga, dan menjatuhkannya ke bawah.

"Aku turut berduka, ayah. Aku juga mencintai Annie seperti ibuku sendiri dan aku mencintai Bill seperti pamanku sendiri. Aku tahu, kau merasa terpukul karena itu. Ayah melakukan hal bodoh saat orang yang dicintaimu mati. Tidak apa-apa, itu wajar. Mungkin aku pun bisa melakukannya juga kalau aku berada di posisi ayah." Kata bocah berambut coklat yang kini berdiri di dekat Charles.

"Rasanya seperti mimpi, ketika mengingat kami telah berpisah. Kenapa setiap akhir kisah selalu berujung pada perpisahan?"

"Ayah, perpisahan itu datang menemui siapapun. Cara menghadapinya hanya tergantung padamu. Terkadang Ia menghampirimu tanpa pertanda, dan banyak orang yang mengalami itu. Tapi yang jelas, hari-hari yang membahagiakan kembali. Sambil berproses untuk mengalahkan rasa sedih tersebut. Kau akan bertumbuh menjadi sosok yang lebih kuat."

"Dari mana kau tahu itu?"

"Kakek pernah berbicara seperti itu padaku. Dia tak langsung berbicara denganku secara langsung, tapi aku mendengarnya dari dalam hati." Kata Draco

"Rasanya berat."

"Ya, memang rasanya berat melihat seseorang pergi, apalagi jika orang itu sudah pergi untuk selamanya." Kata Draco sambil menatap ke arah pepohonan.

"Ada apa dengan perutmu yang lubang itu?"

"Oh, lubang yang berdarah hitam di perutku ini? Itu bukan apa-apa. Tadi kakek menusukku." Kata Draco sambil tertawa.

"Kakek melakukan apa?!" Tanya Charles yang sepertinya salah dengar.

Bel mansion Kingstone berbunyi, Draco dengan cepat menghilang dari hadapan Charles dan muncul ke pintu utama dan membukakan pintunya.

"Tom? Aku kira kau sudah pulang ke rumah?" Tanya Draco

"Beberapa menit yang lalu memang aku sudah pulang ke rumahku sambil mengantar Jacob pulang."

"Bagus untukmu. Apakah kau mau mengambil barang-barang atau senjatamu?" Tanya Draco

"Bolehkah aku tinggal disini?"

"Tunggu, apa?"

"Aku diusir dari rumah."

"Oh... Baiklah tak masalah mungkin kita semua masih bisa berkumpul dan membahas rencana perang." Kata Draco sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Tak masalah, setidaknya tempat ini lebih aman daripada tinggal di hotel." Kata Thomas sambil melangkah masuk. Diikuti oleh Draco yang baru saja menutup pintu utamanya, dan berjalan menuju ruang tamu.

"Diablo! Bisakah kau melatih Tom sebentar, dan mengajarkannya-

"Aku bukan pembantumu! Dia manusia. Aku ini raja, aku punya harga diri." Kata Diablo yang duduk di sofa.

"Lebih baik aku saja yang melatih Tom dan membahas rencana perang denganya. Adikku ini memang sedikit aneh." Kata Darius sambil berdiri dan menarik Tom pergi.

"Cih! Aku tidak sudi punya kakak yang suka menganggap semuanya adalah permainan sepertimu." Kata Diablo

"Hei! Aku dengar itu, Zurt!" Kata Darius yang sudah berada jauh dari mereka.

Zurt langsung memutar bola matanya sambil berkata.

"Lebih baik kau lanjutkan untuk menghibur ayahmu."

"Kurasa... aku lebih baik menemui kakek." Kata Draco yang seakan-akan merada diusir dari mansionnya sendiri.

Waktu pun berlalu. Kini tiba pada akhirnya bahwa Nostra Santino datang ke pengadilan. Tetapi sebelum pengadilan yang berlangsung, James mencegah Nostra Santino palsu saat ingin menyerang berbagai lembaga pemerintah. Setelah menangkap mereka James pun juga membawa para anggota utama palsu ke pengadilan sebagai bukti. Meskipun para hakim hanyalah boneka milik Razel, tetapi setidaknya kehadiran mereka akan disebarluaskan di berita. Tom sudah terlihat datang bersama sepupunya, sedangkan sebagian lagi adalah ketua dari kelompok-kelompok berbahaya. Sebagian lagi adalah orang yang mempunyai jabatan tinggi, dan punya urusan dengan Nostra Santino. Pengadilan dimulai dengan mengungkap semua kejahatan yang dilakukan oleh Nostra Santno. Setelah itu dibalas dengan bukti-bukti yang ada bahwa Nostra Santino tidak bersalah. Nostra Santino sendiri juga mengungkap pelaku-pelaku yang menyamar menjadi mereka untuk melakukan kejahatan yang sama sekali mereka tak perbuat. Mereka juga mengatakan Arthur Alfero yang ternyata adalah bagian dari The Black Hawk, mengkhianati mereka dan menjalankan rencana kriminalnya sendiri tanpa sepengetahuan mereka.

John bilang di mata public, Nostra Santino hanyalah kambing hitam dan korban. John juga bilang bahwa sebenarnya mereka telah dijebak oleh The Black Hawk, yang tak lain adalah musuh mereka. Robert juga mengumpulkan bukti-bukti kejahatan The Black Hawk di dalam pengadilan, seperti penyuapan kepada beberapa anggota pemerintah, kepolisian, termasuk uji coba illegal kepada manusia yang dilakukan oleh ilmuan gila bernama Arthur Alfero. Lucas juga bilang kepada mereka bahwa Collinslah yang merencanakan semua ini, untuk menguasai dunia, menciptakan era baru. Dan untuk mengatasi perang di dunia manusia, dalam waktu dekat, kuncinya adalah robot robot milik Robert yang pernah dibangun olehnya. Mereka juga bilang di dalam pengadilan bahwa mereka memang mafia, tetapi mereka juga bekerja untuk Negara Inggris dalam mengatasi tingkat criminal yang tinggi. Karena itu mereka menawarkan robot-robot milik Abigail Thazaky yang sudah dibangun ulang oleh Robert untuk melawan pasukan makhluk campuran buatan Collins.

Setelah berdebat cukup lama di dalam sidang, Nostra Santino akhirnya terbukti dinyatakan tidak bersalah, tetapi sebagai gantinya mereka harus membantu pemerintahan untuk menghadapi pasukan Collins, jika perang di dunia memang benar-benar terjadi. Mereka pun akhirnya pulang dengan perasaan puas, dan memutuskan untuk menjalankan urusan mafianya seperti biasa tanpa sepengetahuan pemerintahan, kecuali untuk Draco dan Charlie. Charlie masih saja ingin menjelaskan permasalahannya dengan Victoria, dan juga tinggal dengan Victoria untuk sementara. Sedangkan Draco masih menenangkan ayahnya untuk tidak membunuh saudaranya sendiri, sekaligus berlatih dengan para bangsawan yang ada. Dia juga kembali ke sekolah, tetapi kali ini berbeda. Dia sendirian sekarang, meskipun hanya ditemani oleh Michael dan Felix. Dia tetap merasa kesepian. Selama di sekolah banyak waktu yang di habiskan untuk menyendiri dan menghisap rokoknya di halaman belakang sekolah. Dia juga banyak menghabiskan waktunya untuk minum di bar milik Tom dan pergi ke club Vincent. Terlalu banyak pikiran di kepalanya, Ia benar-benar butuh istirahat sejenak dari semua ini.

Nostra Santino pun mengembalikan reputasinya di dunia gelap, dan mengalahkan musuh mereka dengan musuh mereka yang lain, untuk mempercepat urusan mereka. Dan membuat mereka tidak selalu turun tangan dalam sesuatu. Tak ada satu pun dari mereka yang memutuskan untuk menggunakan kekuatan mereka, agar tidak menambah konflik atau adu domba lagi. Saat ini mereka masih tetap waspada dan hati-hati terhadap segala sesuatu. Saat ini pun mereka membunuh beberapa anak buah, mata-mata, dan orang-orang lainnya yang diduga berkhianat kepada mereka, agar tak ada lagi Arthur Alfero yang lainnya bagi Nostra Santino.