webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · Seni bela diri
Peringkat tidak cukup
76 Chs

Part 44

Don't ask me

Why I changed

Asked yourself

What you did to me.

Sometimes it's better to be alone.

Nobody can hurt you. ~ Ron

Charlie mengintip dari celah pintu. Disana terlihat ruangan besar. Tempat para anggota The Black Hawk berkumpul. Disana hanya ada Mr.Two Face yang duduk di depan laptopnya. Ketika Charlie memasang magazine pistolnya.

"Charlie! Jangan menembaknya sekarang! " Kata Draco lewat alat komunikasinya

"Draco?! Dimana kau? Sedang apa kau disini? Sudah kubilang jangan mengikutiku!"

"Aku sedang di ruang CCTV. Aku tak mengikutimu. Ini kemauanku. Jika kau tertangkap bagaimana? Siapa yang akan menolongmu hmm? Tenang saja kita bekerja sama dengan cara berpencar. Jadi bila salah satu dari kita tertangkap. Sisanya harus menyelamatkan."

"Baiklah terserah kau saja."

"Apa kau yakin 100 persen jika itu adalah Ron?"

"Aku hanya yakin 1 persen. Aku juga tak tahu jika itu Ron atau tidak. Mungkin saja aku terlalu merindukannya sampai berpikir Mr.Two Face itu Ron. Ditambah lagi jika memang benar itu Ron. Dia tak akan melakukan tindakan yang seperti itu. Aku sangat mengenalnya. Dia sangat baik. Sangat jauh berbeda dengan Mr.Two Face. Jadi tak mungkin itu Ron."

Mr Two Face pun memandangi patung kecil yang terletak di sebelah laptopnya. Kemudian Ia membuka kepala patung kecil itu dan memasukkan sebuah sandi. Seketika itu juga air terjun buatan yang terdapat di belakang meja berubah terbelah menjadi sebuah jalan yang menuju ke sebuah ruangan. Saat itu juga Mr.Two Face pun masuk ke sana. Sebelum air terjun itu tertutup Charlie langsung bergegas masuk kesana sebelum tertutup.

Ketika Ia tiba di ruangan. Tak ada apa pun disana semuanya gelap. Seketika itu juga lampu di sekelilingnya pun menyala tiba tiba terdengar suara keras Mr.Two Face di seluruh ruangan itu.

"Halo Charlie, lama tak bertemu. Kau pasti mencari pacarmu yang kau cintai. Tenang saja pacarmu aman berada disini bersamaku."

"Bajingan!! Lepaskan dia!"

"Terkadang hidup memang tak sesuai seperti yang kau inginkan. Bukan begitu Charlie?"

"Siapa kau?!?! Kenapa kau bisa tahu namaku?!?!"

"Bukankah itu sudah jelas!?!? Apakah kau melupakannya?!?!"

"Aku tak mengenalmu!!! Kenapa kau melakukan ini?!"

"Kenapa aku melakukan ini??? Itu yang selalu ditanyakan semua orang. Bayangkan saja jika kau tahu seluruh kebenarannya. Kau pasti juga akan melakukan ini."

"Apa maksudmu?!?!"

Seketika itu juga ruangan itu dipenuhi dengan gas yang menyebabkan pandangan Charlie sedikit demi sedikit menghilang. Kemudian pingsan.

***

Charlie membuka matanya. Ia sedang berada di kursi besi dengan alat alat disekitarnya. Tangan dan kakinya terikat besi. Charlie sudah beberapa kali meronta namun usahanya tetap saja nihil. Ia melihat ada Mr.Two Face sedang duduk di samping Victoria. Victoria bungkam. Ia tak mengatakan sepatah kata pun.

Sial! Batin Draco yang berada di dalam ducting AC yang berada di atas Charlie. Ia sedang mengintip lewat celah celahnya.

"Kau bertanya siapa aku?? Aku hanyalah seorang teman lamamu yang kau khianati Charlie." Kata Mr.Two Face mendekati Charlie

"Apa maksudmu?! Aku tak mengerti."

"Kau tahu kenapa mereka menyebutku Two Face?" Kata Mr.Teo Face

Mr.Two Face pun melepaskan topi mafianya. Kemudian Ia melepas topengnya. Charlie seketika itu terkejut bahwa itu benar benar Ron. Wajahnya tidak seperti dulu. Separuh wajahnya terdapat luka bakar.

"Aku terlihat mengerikan bukan? Sekarang kau tahu kenapa mereka menyebutku Two Face hmm?"

"K-kau masih hidup?!?!"

"Tentu saja aku masih hidup. Tentu saja semua orang mengira aku mati."

"Kenapa kau melakukan ini Ron?" Tanya Charlie tak percaya.

"Oh kenapa kau melakukan ini Ron. Aku sampai bosan mendengar pertanyaan itu pada orang orang yang dulu pernah mengenalku... Kau pasti tidak percaya bahwa aku melakukan semua ini. Bukan begitu Charlie? Kuberitahu alasannya. Sebenarnya aku lebih senang melihat James yang duduk di kursi itu daripada kau. Tapi sekarang hanya ada kau. Jadi apa boleh buat?"

"Memangnya apa salah James. Apa salahku? Aku tak pernah berbuat salah padamu Ron. Jika memang iya aku minta maaf."

"Pfffft... APA SALAH JAMES?!?!? Oh entahlah Charlie?!! Jika kau mendapatkan segalanya dan saat ulang tahunmu yang ke sepuluh tahun!! Ketika kau merayakannya dengan bahagia saat di rumahmu! Dengan kue yang masih menyala dan semua orang di ruangan itu memintamu untuk membuat permohonan dan meniup kue itu! Dan ketika kau meniupnya! Semua orang bertepuk tangan dan seketika itu juga seorang pria mendobrak pintu rumahmu dan menembaki semua orang yang ada disana. Semua lenyap begitu saja, termasuk kasih sayang yang paling kuingin pertahankan seumur hidupku. Orang itu menembak seluruh keluargaku. Hanya satu orang yang tidak tewas malam itu. Yaitu aku. Lalu seluruh hidupku dipenuhi dengan pertanyaan Kenapa harus aku? Kenapa aku tak mati malam itu? Kenapa aku tidak ikut keluargaku mati saja? Kenapa orang itu tak membunuhku? Kenapa harus hari itu? Kenapa harus keluargaku? Dia telah menghancurkan hidupku! Jadi setiap harinya kuhabiskan dengan menginginkan balas dendam. Kau tak percaya pada ceritaku? Silahkan saja pergi ke kamarnya. Kita lihat apakah kau bisa memecahkannya. Just follow the flames."

"Orang itu adalah James bukan? Kenapa kau tak pernah bilang padaku?"

"...Pertama kukira aku bisa mempercayaimu. Tapi kau tak ada bedanya dengan James. Kuberi tahu kau alasannya Charlie... Jika kau memang bisa kupercaya. Kenapa kau menyerahkanku pada Hongkong saat itu? Kenapa kau mendengarkan James? Kenapa kau lebih memilih atasanmu daripada sahabatmu sendiri? Memang kau bukan penyebab dari kebakaran itu. Tapi sebelum kebakaran... Ketika aku tertembak, kau hanya memandangiku dengan terkejut, sedih, dan kasihan tapi kau sama sekali tak menolongku. Ketika kau tahu bahwa saat itu gedung itu akan meledak. Kau tak menolongku, kau hanya memandangiku sekilas dan membawa pergi koper koper berisi uang itu. Aku tahu saat itu James menyuruhmu pergi dan membawa uang itu daripada menolongku dan kau mematuhinya. Seperti anjing yang sangat setia pada tuannya. Sekarang aku yang akan bertanya padamu. Kenapa kau tak menyelamatkanku saja saat itu? Kenapa kau memilih uang itu daripada aku? Kau takut pada James?"

"..." Charlie diam namun tangannya yang terikat dibelakang melepas gelang pemberian Robert tadi. Kemudian menggenggamnya dengan kedua tangannya.

"Sudah kuduga. Anggota kalian benar benar seperti anjing yang sangat patuh pada tuannya. Apakah kau pernah punya pikiran negatif? Karena kepalaku hanya berisi pikiran pikiran negatif yang selalu bermunculan setiap hari. "

"Sekarang nikmati waktu penyiksaanmu. Pikirkan lagi kenapa kau melakukannya." Kata Ron sambil kembali duduk dan mengisyaratkan untuk menyalakan mesinnya pada anak buahnya. Lalu duduk disamping Victoria.

Seketika itu juga mesin dengan alat suntik yang bekerja seperti bor menyala masuk ke kepala Charlie. Saat itu juga seluruh ruangan dipenuhi teriakan Charlie.

Draco mengerutkan alisnya dan menutup mulutnya.

Sial! aku tak bisa berbuat apa apa. Aku harus memikirkan kembali cara agar aku juga tidak tertembak ketika turun disana. Argghh bajingan! Ayolah Vic, kumohon lakukan sesuatu.

Victoria menutup matanya dan menggenggam tangannya.

Genggaman Charlie pada gelang itu mulai melonggar karena sakit yang dideritanya.

"Cukup!" Kata Victoria beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Charlie. Ron pun langsung mengisyaratkan pada anak buahnya untuk menghentikannya. Victoria kini sudah berada di dekat Charlie dan memegang kedua wajahnya.

"Charlie... aku percaya padamu. Jangan mati... Aku mencintaimu." Bisik Victoria

Seketika itu juga genggaman Charlie mulai erat pada gelangnya. Charlie pun membuka kedua mata birunya. Ia pun langsung menekan kepala singa pada gelang itu. Ia pun memandang Victoria beberapa saat.

"Gelang." Bisik Charlie

Victoria pun mengerti maksud Charlie dan langsung mencium Charlie sambil mengambil gelang yang berada di genggaman Charlie dengan perlahan. Victoria pun melepas ciumannya.

"Sudah selesai kisah Romancenya? Kau beruntung memilikinya Charlie." Kata Ron.

Draco menembakkan bom kecil pintu dekat Charlie berada dan bersiap siap menyalakan smokenya.

"Sekarang!" Kata Charlie

Draco pun melempar smoke smokenya dan Victoria langsung melemparkannya pada mesin pengendali kursi Charlie.

Duarrr!! Bom pintu dan bom gelang Charlie meledak bersamaan.

Seketika itu juga ikatan Charlie lepas dan menggandeng Victoria pergi. Draco pun segera turun dan juga pergi.

Charlie dan Draco pun menembaki penjaga penjaga yang berusaha mengejar mereka dan yang menghalangi mereka. Mereka juga menembaki penjaga penjaga bersenjata yang menembaki mereka. Ketika Charlie melewati tabung gas di dekat gedung itu.

Ia langsung berkata.

"Bawa pergi Victoria dari sini dengan mobilmu. Aku akan segera menyusul."

Draco mengangguk dan melakukan apa yang dikatakan Charlie.

Ia pun segera menyalakan bom dari jam tangannya dan bergegas pergi menuju mobilnya, melaju pergi menyusul Draco. Seketika itu juga gedung itu meledak.